Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pendaftaran)

Mei 18, 2013

Rabu malam, 24 April 2013. Gue begitu seneng, karena besok adalah hari terakhir UN. Itu artinya gue bisa mengucapkan selamat tinggal kepada les, buku-buku berangka rumit dan semacam itu. Dan saat itu gue lagi belajar IPA untuk besok. Pada saat belajar gue membayangkan hari-hari setelah UN yang tanpa les, tidak ada belajar, yang ada hanya cara menghabiskan waktu sampai masuk SMA, dan teman-teman, dan juga ibadah. Menyenangkan sekali.

Tapi, semua pikiran yang amat indah itu sempat terganggu saat Ibu gue menawarkan gue untuk ikut testing di SMA Taruna Bakti. FYI, Taruna Bakti adalah salah 1 Yayasan Pendidikan yang bisa dibilang bagus di Bandung. Pas gue SD awalnya gue mau ikut testing di SMP Taruna Bakti. Tapi apa daya saat gue mau daftar ternyata pendaftaran sudah ditutup. Apa daya si ganteng lewat gue pun akhirnya masuk di SMPN 43 Bandung, sekolah gue sekarang ini. Oke, balik lagi ke penawaran Ibu gue. Gue pun menyetujui penawaran yang sangat menggiurkan bagi anak sekolah itu karena, begitulah. Setelah itu Ibu gue bilang kalo kita harus daftar besok setelah UN, karena Jumat adalah batas pendaftaran. Gue juga ngajakin Fawwaz, siapa tau dia berminat. Tapi, dia gak mau dengan alasan mau daftar ke Sampoerna Boarding School yang nyatanya pendaftaran disana udah ditutup sejak tanggal 15 Maret yang lalu, kalo gak salah, miris. Akhirnya, setelah disetujui, Ibu gue besok akan ke sekolah untuk mengurus pendaftaran ke SMA Taruna Bakti.
Setelah UN selesai, Ibu gue akhirnya datang ke sekolah untuk fotokopi rapot dan buat surat kelakuan baik. Awalnya gue gak yakin bakal dikasih surat kelakuan baik, karena gue dan anggota R-Bros lainnya adalah buronan paling dicari di SMPN 43 Bandung. Tapi, gue bernafas lega karena petugas TU mengizinkan gue untuk buat surat kelakuan baik dan status buronan kelas 15 pun dicabut dari diri gue. Kenapa bisa begitu? Apakah gue dicintai semua orang saat itu atau apakah gue adalah mahluk dengan masa jomblo terlama di SMPN 43 Banndung? Ternyata bukan. Gue bisa buat surat kelakuan baik karena guru yang membuat surat itu bilang ke gue "Kamu terlalu sempurna untuk jadi buronan" sambil menunjukkan ekspresi genit-genit dangdut. Semua orang yang ada disitu pun akhirnya bertepuk tangan dan bersuka cita, sementara status buron gue berubah menjadi lebih ganteng, yaitu pujaan. Bahkan gue mendapat 2 penghargaan. Yaitu sebagai orang pertama yang membuat surat kelakuan baik dan siswa terganteng tahun ini. Penghargaan yang terakhir itu diakui oleh WWF dan ditandatangani oleh Sutan Bhatoegana, Mentri Peduli Tampang dan Kegantengan Indonesia. Bahkan rencananya gue bakal diarak keliling Bandung, dan pada akhirnya dibakar dan abunya akan dipakai untuk bakar sate (?). Dan saya tetap jomblo.

Oke, cukup basa-basinya. Setelah selesai buat surat kelakuan baik dan fotokopi rapot. Gue, Ibu dan Adek gue yang entah datang dari mana pun berangkat ke Taruna Bakti, Jalan LLRE Martadimanadinata No. 52 Bandung. Itu adalah kali pertama gue masuk ke gedung Taruna Bakti, bravo. Saat gue datang, suasana tampak sepi. Tidak terlalu banyak anak SD (di lantai 1 dipakai untuk SD Taruna Bakti) yang berkeliaran, dan makan rumput. Entah karena sifat jomblo pusaka gue yang membuat semua siswa saat itu masuk ke kelas masing-masing atau entah karena emang sepi saat itu, Wallahu a'lam. Seperti tidak ada kehidupan disini, tapi tidak terlihat tanda-tanda adanya meteor jatuh disini, membingungkan. Gue, Ibu dan Adek gue pun mempunyai tugas pertama, mencari kehidupan dengan menemukan TU SMA Taruna Bakti. Yang ternyata ada di lantai 3 (ya, lantai 3).

Setelah naik ke lantai 3 dengan penuh keringat dan perjuangan. Gue pun akhirnya menemukan TU nya. Seketika itu juga gue pun langsung Sujud syukur sambil teriak-teriak "Allahu Akbar!! Terima kasih ya Allah, akhirnya doaku selama 17 tahun (dengan umur gue yang baru 14 tahun) terkabul!! Allahu Akbar!! I'm belong to Allah". Beberapa saat kemudian Rudi datang entah darimana dan melempar gue dari lantai 3 dengan alasan membuat onar dan menggangu ketenangan non-jomblo. Oke, mari berhenti berkhayahal dan mari kita lanjutkan kisahnya.

Setelah sampai, Ibu gue duduk di kursi tunggu TU-nya, bersama seorang Ibu tak dikenal yang juga akan mendaftarkan anaknya. Dan pada saat yang sama gue lihat di meja TU nya ada seorang Ibu-Ibu yang duduk di depan petugas TU dan juga 2 siswi yang ada disamping meja itu, pemandangan mengerikan. Perkiraan gue kedua siswi itu sekolah di SMPN 13 Bandung. Dan awalnya gue kira 2 siswi itu bertugas menggoda Bapak TU itu agar bisa mendapatkan makanan gratis, eh salah fokus. Maksudnya agar bisa diterima di SMA Taruna Bakti. Ternyata perkiraan gue salah, mereka juga ternyata ingin daftar, dan tentu saja tidak ada makanan gratis.

Beberapa menit kemudian Ibu dengan 2 siswi itu pergi meninggalkan ruang TU. Dan sekarang giliran Ibu-Ibu yang ada disebelah Ibu gue tadi yang mendaftar. Ternyata, setelah Ibu gue mengobrol dengan Ibu-Ibu tadi secara mencekam, tajam, basah dan dipenuhi oleh logika daripada imajinasi belaka (layaknya obrolan 2 orang Ibu-Ibu yang baru pertama kali bertemu), ternyata anak si Ibu itu dari SMPN 2 Bandung, ngeri coy. Gue pun akhirnya melihat-liat sekitar lagi, banyak cowo ganteng ternyata, ada yang (kayanya) blasteran malah. Untung gue gak lupa diri, kalo nggak mungkin gue udah dilempar Rudi dari lantai 3 untuk yang kedua kalinya. Tapi malahan gue melihat ada Bapak-Bapak yang lupa diri saat mau daftarin anaknya. Bapak-Bapak itu masuk dengan jantan, liar dan percaya diri (kok malah kaya harimau mau kawin ya?) dan berkata kepada petugas TU "Biarlah BBM naik, daripada BBM gak dibales!! Hahahaha!! Kemerdekaan di tangan kita!!" sambil berjoget-joget diatas meja, lalu Rudi datang lagi dan melempar gue dari lantai 3 (lagi, lagu dan lagi). Eh, sebentar, kok gue yang dilempar ya? Duh, salah fokus lagi #MaklumJomblo. Saya ralat, beginilah kira-kira percakapannya :

Bapak-Bapak : "Pak, saya mau daftarin anak saya nih."

Petugas TU : "Pak, apasih yang gak boleh buat Bapak seorang?". Eh salah, maksudnya "Surat kelakuan baik sama fotokopi rapot mana, Pak?"

Bapak-Bapak : "Oh itu syarat pendaftarannya ya? Saya tidak bawa, Pak"

Petugas TU : "Oh ya sudah, Pak. Besok kalau mau Bapak datang lagi dengan bawa persyaratan tadi. Kalo hari ini bisa sampai jam 2, dan kalau besok hanya sampai jam 9 pagi, Pak."

BTW, saat itu waktu menunjukkan pukul 04.00 WJS (Waktu Jerman Sekitarnya) alias pukul 10.00 WIB (Waktu Indah Bersamamu), tsaahhh.

Beberapa saat setelah Bapak tadi keluar ruangan, sekarang giliran Ibu Ibu tak dikenal tadi yang selesai mendaftar. Akhirnya, sekarang giliran gue untuk mendaftar. Yah, begitulah. Gue bantu Ibu gue mengisi kolom yang Ibu gue gak tau, seperti alamat kantor Ayah gue, yang gue pun lupa, haduhh. Dan NISN (atau apapun itu namanya) yang ada di Ijazah SD, yang gue gak bawa. Semua berjalan begitu saja, sampai akhirnya tanpa disadari gue selesai mendaftar, dikasih kartu peserta, dan berhak ikut test di SMA Taruna Bakti. Setelah keluar ruangan, gue pun terjun dari lantai 3 saking bahagianya. Lagi, lagi, lagi dan lagi (oke, hanya jomblo garis keras yang akan melakukan itu). Setelah sampai di lantai 1 (dengan tangga, tentu), gue keluar gedung Taruna bakti dengan perasaan bahagia. Mungkin sama bahagianya dengan jomblo yang akhirnya mempunyai pacar setelah 350 tahun menjomblo atau sama bahagianya saat kita tau bahwa Timnas Indonesia berhasil menjuarai Piala Eropa 5x berturut-turut. Menyenangkan, ganteng dan sangat panas.

Saat gue sampai di rumah setelah sempat ke sekolah gue dulu bentar. Gue akhirnya menemukan 5 fakta tidak menarik yang disimpulkan dari kisah pendaftaran ini. Apa saja itu? Mari kita simak :

1. Percaya atau percaya, gue daftar di Hari Kamis, dan testingnya akan dilakukan hari Sabtu-Minggu. Itu berarti gue jomblo mulia hanya punya Hari Jumat untuk beristirahat setelah 4 hari sebelumnya menghadapi kisah mengerikan yang dinamakan "Ujian Nasional". Hari Jumat itupun harus gue pakai untuk mengulang pelajaran untuk testing.

2. Entah kebetulan atau tidak, gue mendapat nomor peserta 2013-443. BTW, sekolah SMP gue adalah SMPN 43 Bandung, dan nomor pesertanya 2013-443, entah kebetulan atau tidak. Biarlah Tuhan menjawab, kita hanyalah Hamba yang bertugas untuk beribadah kepada Tuhan #MendadakPuitis

3. Dari beberapa temen di sekolah yang gue ajakin testing di Taruna Bakti, hanya ada 0 (ya, nol) orang yang berminat. Bukan karena biayan (mungkin), tapi karena waktunya mepet. Atau mungkin mereka menolak tawaran gue karena malas buat surat kelakuan baik. Karena mereka berpikir bahwa mereka sendiri adalah buronan paling dicari sepanjang masa.

4. Ternyata petugas TU SMA Taruna Bakti itu mirip Pak Irawan. Guru Matematika sementara gue saat kelas 8 lalu. Nobody cares? Biarlah, udah biasa kok *nangis*

5. Gue ganteng

Salam dari si ganteng bernomor 2013-443.
Begitulah, kisah trilogi bagian pertama tidak menarik gue saat daftar ke SMA Taruna Bakti beberapa waktu lalu. Bodoh? Gak jelas? Aneh? Ganteng? Laba-Laba? Biarlah, gue membuat trilogi ini untuk mengasah pengalaman nulis gue, kalau kata-kata diatas sesuai dengan artikel ini silahkan dikomentari dengan bijak. Oiya, gue juga membuat kisah ini agar bisa diceritakan ke anak cucu gue nanti. Begini kira-kira cerita gue ke cucu gue saat gue udah tua nanti : "Kakek dulu pas daftar SMA ketemu cowo ganteng loh, sepertinya dia blasteran deh. Untung Kakek dulu gak lupa diri. Coba kalo lupa diri, mungkin Kakek udah mirip Tom Cruise sekarang".

Yah, begitulah. Maaf bila kepanjangan. Dan tunggu saja kisah gue selanjutnya. Terima kasih, Wassalam :D

You Might Also Like

3 komentar

  1. Ceritanya minggu ini gue mau observasi di SMA Taruna Bakti, eh pas nyari di google nyasar ke blog ini. Aih, ternyata ketemu jomblo akut juga. Jadi inget temen gue yang senang nulis di sangalay.blogspot.com gaya bahasanya hampir sama. Ok, tetap nulis yah. Kalo gak sibuk nebeng ke blog alay gue juga boleh haha dandelionliar.blogspot.com :) See you, oh iya sukses yah semoga diterima di SBM ITB (sambil nunduk, karena doa gue gagal buat masuk sana) *curcol haha

    BalasHapus
  2. Yayasan PendidikanTaruna Bakti memang tempat yang berkualitas, Dari TK, SD, SMP dan SMAnya juga berkualitas dan bergengsi banyak rekanan dan anak saya yg sekolah disana banyak yg masuk ITB, kedokteran artis dll. pokonya sekolah ini memang berkualitasdeh

    BalasHapus