Haykal Satria Panjeraino. Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Haykal !

    • Beranda
    • Tentang Aq
    • Kuliah
    • Bisnis
    • Keseharian
    • Romansa
    • Serius

    By : Rizki Anugrah H.
    Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan itu adalah pembangunan nasional yang meliputi semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan.

    Bagi negara berkembang seperti Indonesia pembangunan merupakan langkah awal yang dilakukan untuk tercapainya peningkatan kualitas hidup masyarakat dan tersebarnya hasil-hasil pembangunan secara merata. Seers menitikberatkan tujuan pembangunan pada tiga hal yaitu untuk mengurangi kemiskinan, menanggulangi pengangguran, dan mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya (Seers dalam Sudjana, 2004: 178). Indonesia cukup lama tertinggal dalam pembangunan infrastruktur. Akibatnya, muncul kesenjangan antarwilayah, pertumbuhan ekonomi antardaerah tidak berimbang, dan banyak potensi ekonomi daerah yang tidak diberdayakan. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi rentan gejolak ekonomi dan cukup lama berkutat pada zona lesu. Permasalahan inilah yang menjadi landasan terbentuknya kebijakan pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

    Giatnya pemerintah menggalakan pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok negeri merupakan upaya yang bertujuan untuk membangun ekonomi yang berkeadilan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan mengurangi tingkat pengangguran. Hebatnya, kebijakan pembangunan infrastruktur ini tidak menjadi omongan pejabat semata. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, bahwa dampak dari kebijakan pembangunan ini mulat terasa. Saat ini, Rasio Gini Indonesia pada September 2016 berada pada angka 0,394, menurun dari angka 0,41 pada 2015. Pada Maret 2017 Ratio Gini juga bergerak turun meskipun penurunannya hanya 0,001. Selain itu, sejak kuartal keempat tahun 2016, pemerintah berhasil membalikkan ekonomi yang sebelumnya melambat.

    Upaya menurunkan ketimpangan bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini pun juga diakui oleh pemerintah. Pemerintah sadar bahwa ketimpangan ekonomi masih terlihat nyata dalam masyarakat. Permasalahan ini haruslah diatasi secara roadmad atau jangka panjang. Karena itulah pemerintah mengeluarkan Kebijakan Pemerataan Ekonomi yang mencakup tiga area utama. Ketiga area itu adalah Kebijakan Pemerataan Lahan, Kebijakan Pemerataan Kesempatan, dan Peningkatan Kapasitas SDM. Namun, untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi Indonesia ini, pemerintah saja tidaklah cukup. Kita harus memakai teori kolaborasi. Perubahan sebuah kota bahkan tidak cukup hanya mengandalkan peran pemerintah tetapi juga harus melibatkan, pengusaha, masyarakat, dan media. Pemerintah mempunyai political power, pengusaha mempunyai capital power, masyarakat termasuk di dalamnya komunitas mempunyai social power, dan media mempunyai information power. Masing-masing sektor ini mempunyai nilai perubahan sebesar 25% sehingga ketika digabungkan akan terjadi perubahan yang bernilai 100%,

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Sekarang, mari kita ngebahas yang cukup serius dibalik segala ketidak-intelekan yang pernah gue tulis di blog ini. Kita mulai dari judul tulisan ini, Liebe, diambil dari Bahasa Jerman, yang artinya 'cinta'.

    Jadi, apa itu cinta?

    Entah udah berapa banyak orang dari jaman Firaun masih main gundu yang mencoba mendefinisikan arti cinta itu sendiri, sehingga sampe sekarang gue yakin ada banyakkkkk banget definisi cinta yang bisa aja berbeda bagi tiap orang. Buat beberapa orang yang suka sama filosofi keanginan semesta, cinta bagi mereka tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata, tapi bisa dirasakan. Buat orang yang demen banget mantengin Wikipedia, definisi cinta menurut mereka mungkin adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian. Mungkin buat pemegang member Cherrybelle Garis Keras, makna cinta adalah kamu karena "Love is youuu". Atau mungkin buat fans beratnya D'Bagindas, makna cinta adalah C.I.N.T.A, dan mungkin bagi orang yang udah lama les di First English dan Institute The British, arti "what is love?" bagi mereka adalah "apa itu cinta?". Jadi, sebelum gue dikeroyok dan ban motor gue dibakar massa, ada baiknya gue ngutip salah satu bagian terakhir dari bukunya Ika Natassa yang judulnya "Critical Eleven" yang kebetulan lagi bahas soal definisi cinta secara singkat :

    "ANYA
    Selama beratus-ratus tahun, penulis, filsuf sampai orang-orang biasa seperti kita berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan cinta. Anaïs Nin, penulis, mengatakan "What is love but acceptance of the other, whatever he is". Aktris Katherine Hepburn pernah bilang, "Love has nothing to do with what you are expecting to give -- which is everything". Haruki Murakami di novel Kafka On the Shore menulis 'Anyone who falls in love is searching for the missing pieces of themselves. So anyone who's in love get sad when they think about of their lover. It's like stepping back inside a room you have found memories of, one you haven't seen in a long time.'

    Favoritku diantara semuanya adalah yang pernah kubaca dalam penerbangan dari Sydney ke Jakarta, lima tahun yang lalu, setelah pertemuan pertamaku dengan Ale beberapa hari sebelumnya. Buku Antoine de Saint-Exupéry berjudul 'Airman's Odyssey' yang iseng kubeli di toko buku bandara, 'Love does not consist of gazing at each other, but in looking outward together in the same direction' ".

    Okay, sekarang gue bakal nulis definisi cinta menurut gue sendiri, and probably it would be long. Jujur aja, definisi cinta seorang Haykal waktu SMA yang punya penyakit jomblo menahun dan Haykal waktu kuliah udah beda jauh. Apalagi semenjak gue pacaran, gue jadi tau banyak hal yang gak gue tau sebelumnya dan juga belajar banyak hal yang gak pernah gue alamin sebelumnya, termasuk soal cinta ini, dan hal itu gue sebut dengan "strange feelings" karena emang ada beberapa hal yang baru gue alamin sampe gue suka bingung harus bereaksi kayak gimana. Dan kalo boleh jujur juga, waktu SMA gue sempet gak percaya kalo manusia bisa ngerasain cinta. Ya, gue liat banyak temen gue pacaran, sebegitu mesranya, kemana-mana bareng, fotonya relationship goals banget, gak malu kalo kentut depan pacarnya sampe berak-beraknya keluar, tapi kadang gue juga suka mikir apa mereka bener-bener feel that real love? Entah karena guenya yang keseringan mengalami cinta sepihak aja apa gimana, tapi gue masih suka berpikir gitu bahkan sampai sekarang, tapi seenggaknya udah gak separah dulu dan gue juga udah nyoba buat lupain gagasan bego nan jomblo sekali itu, karena semakin lama, tau sendiri kan, hehe.

    HAHAH JIR KOK GELI YA NULIS GINIAN.

    Oke kembali ke mode serius.

    Sebelum gue kuliah, yang artinya waktu gue SMP atau SMA, makna cinta sendiri simpel banget buat gue: cinta adalah apa yang menggerakkan elu untuk jadi lebih baik lagi ke depannya. Atau kata lainnya, cinta adalah Mario Teguh, memotivasi. Ini gue alami waktu gue SMP dan SMA. Dimana waktu SMP sendiri, gue cuman punya satu gebetan selama 3 tahun di SMP. Waktu itu gue diberi mukjizat berupa 3 tahun sekelas sama dia padahal sistem kelasnya diacak tiap tahun, tapi tetep kebegoan dan kepolosan gue membuat ujung-ujungnya gue ditikung juga (mau bilang ditikung juga gak bisa sih soalnya ya gak ngapa-ngapain :(( ) tapi intinya, salah satu alasan kenapa dulu gue lanjut ikut eskul PMR sampe lulus adalah salah satunya karena dia HEHE Ya Allah gue waktu SMP minum air putih aja dicampun mecin kayaknya :(

    Tapi okelah mari kita lanjut, jarang-jarang kan blog ini bisa dibully.

    Waktu SMA, kisahnya gak beda jauh. Selama 3 tahun di SMA, gue punya 2 gebetan. Gebetan pertama, yang kayaknya semua anak di angkatan gue tau siapa orangnya, gue incer selama kurang lebih 2 tahun 1 bulan, dimana selama periode itu gue bener-bener gak ada perkembangan sama sekali, ya sempet ada sih tapi abis itu gak ngapa-ngapain lagi, dan yang anehnya gue malah lebih deket sama Ibunya daripada sama anaknya. Lalu sampe akhirnya muncullah si gebetan kedua ini yang ujung-ujungnya malah jadi kayak pelarian aja karena gue capek 2 tahun gak ngapa-ngapain dan karena sebegitu jomblonya gue saat itu. Bahkan si gebetan kedua ini sampe sekarang cuman 2 orang yang tau identitasnya. Mungkin gue bisa sebut gebetan kedua ini lebih ke “Temen tapi baper”.

    Ah iya, selain motivasi, waktu masa-masa pembodohan itu gue juga belajar bahwa cinta adalah soal move-on, kalo kita siap mencintai maka kita juga harus siap melepaskan. Goenawan Muhammad, penyair terkenal itu, pernah ngetweet kayak gini di Twitternya sekitar 2 minggu yang lalu "Dalam perjuangan yang sengit, tak siap menang dan tak siap kalah berarti TAK SIAP. Prepare for the worst. Fight for the best”. Karena selama apapun lu pacaran sama seseorang, belum tentu ujung-ujungnya bakal nikah, karena siapa tau lu sekarang ini cuman minjem jodoh orang buat sementara waktu doang, jadi kapan pun kita harus siap buat move-on. Ditikung setelah sekelas 3 tahun, ditolak cinta setelah hampir semua temennya bilang pasti diterima, Line gue diblock sama gebetan, ngedengerin gebetan nyeritain mantannya terus, adalah pait-pait yang pernah gue alami selama masa SMP-SMA. Makanya, setiap gue dapet masalah soal ginian, gue selalu ngingetin diri gue sendiri bahwa gue udah sering ngadepin pait-pait yang kayak ginian waktu jaman SMP-SMA dulu, walau jelas pait-pait waktu masih jomblo sama pas udah pacaran bakalan beda jauh, tapi seenggaknya gue bisa memotivasi diri gue bahwa kenyataannya, gue masih bertahan setelah banyak kepaitan itu melanda hidup gue. Harusnya, masalah waktu pacaran lebih gampang diatasi karena lu punya hak buat menyelesaikan, baik itu masalah atau hubungannya tergantung seberapa pelik masalahnya. Tapi bisa juga lebih susah, terutama soal move-on.

    Buat move-on, emang kita gak bisa nentuin seberapa lamanya, karena itu tergantung sama diri kita masing-masing. Gue pernah baru bisa move-on setelah 7 bulan, tapi pernah juga udah bisa move-on setelah 1 bulan. Emang gak gampang sih buat move-on, gue aja dulu baru bener-bener bisa move-on setelah berbulan-bulan gak ketemu si penyebab gue gak bisa move-on ini. Tapi, waktu mau lulus SMA, gue dikasitau satu hal penting banget soal move-on dari Pak Dadi, guru sejarah / sosiologi yang juga wali kelas gue waktu kelas 12 dan jadi salah satu guru favorit gue semasa SMA. Pak Dadi adalah tipe yang gak beda jauh sama gue, sama-sama suka baca buku dan jenis bukunya pun hampir sama. Kita pun sering ngobrol bareng sampe sore abis pulang sekolah, biasanya sama Pak Yandi, Hasna, Nadyra, Jul, atau kadang si Gazza juga. Ngobrolnya kadang soal materi yang diajarin tadi, tapi malah seringnya ngobrol soal hal-hal diluar sekolah kayak politik, filsafat, sampe kisah asmara SMATB karena Pak Yandi adalah sumber nomor satu kalo soal gosip di SMA gue. Suatu waktu, kita (gue, Hasna, Nadyra, Jul, Pak Yandi juga) lagi ngobrol soal Nadyra atau Hasna gitu gue lupa soal mereka yang lagi galau-galaunya sama cowok, terus Pak Dadi bilang kayak gini :

    Untuk melupakan, kita harus mengikhlaskan.

    Kalimat sederhana Pak Dadi yang kayaknya dia dapet dari buku Tere Liye itu terus ‘ngena’ buat gue dan gue kasih ke temen-temen gue yang lagi galau soal pacar atau mantannya. Karena setelah gue pikir, itu emang bener. Buat bener-bener bisa move-on dan lupa sama masa lalu, kita harus mengikhlaskannya. Karena dengan ikhlas, itu artinya kita udah berserah diri sama Tuhan dan ngebiarin Tuhan nyelesein masalahnya. Bukan cuman masalah cinta, tapi juga masalah hidup, karena hidup adalah soal move-on. Karena hidup ini bukan melulu soal cinta. Karena hidup ini bukan melulu soal kesedihan.

    Dan buat gue pribadi, kunci move-on juga adalah sabar. Kadang-kadang, kita tetep gak bisa ngelupain masalahnya walau udah yakin banget bahwa kita udah ikhlas, padahal sebenernya itu berarti kita belum sepenuhnya ikhlas, tapi kita gak sadar. But sometimes move-on is not that simple. Kadang, waktu kita udah bener-bener mau move-on, tiba-tiba aja suka ada hal yang ngingetin kita sama kejadian yang ngebuat kita jatuh itu. Buat gue, it’s okay, kita cuman bener-bener perlu waktu aja buat bisa move-on total asal kita bisa sabar, ada anggapan terkenal yang bilang bahwa time would heal the wounds. Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling terkenal juga pernah bilang kayak gini "Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana sehingga kau lupa akan pedihnya rasa sakit yang sedang kau alami". Setiap orang punya lukanya masing-masing, dan luka itu juga yang jadi sebab kekuatan setiap orang selama ini.


    Jadi, mungkin itu sekilas soal makna cinta buat gue semasa SMP dan SMA, yang penuh dangdut banget dan penuh drama tapi sayang gaada produser FTV yang mau nayangin kisah gue tiap Jumat siang di SCTV buat ditonton sama Perkumpulan Asisten Rumah Tangga Ceria Clalu yang ada di tiap RT di Jabodetabek. Tapi waktu kuliah, pikiran gue jadi lebih terbuka soal yang namanya cinta. Karena waktu kuliah ini gue mengalami yang namanya pacaran untuk yang pertama kalinya HAHA Ya Allah sehilang arahkah daku saat sekolah dulu :( Selain itu, banyak temen gue dari luar kota yang pacaran sama temen SMA-nya dan otomatis harus menjalani LDR, yang otomatis juga ngebuat gue belajar lebih jauh soal cinta ini, karena LDR adalah masalah yang jarang ada di ranah pergalauan temen-temen gue waktu SMA. Setelah sebelumnya cuman bisa baca soal kisah-kisah LDR tanpa ada rasa empati sama sekali, akhirnya di kuliah ini gue lumayan bisa ngerasain perjuangan temen-temen gue yang LDR sama pacarnya. Kayak Gemilang yang pacarnya di Tasikmalaya, Ilham Akbar yang pacarnya di Semarang, Ferrel yang pacarnya di Surabaya, Roosy juga pacarnya di Surabaya, dan puluhan orang lain di SBM angkatan gue yang harus menjalani LDR karena kuliah ini. Dari mereka semua, gue belajar banyak hal, baik yang bagus atau yang buruknya, yang ngebuka pikiran gue lebih luas soal hal ginian.

    Dan salah satu yang ngebuat gue mikir adalah waktu Rara, pacar gue, suatu waktu cerita gini ke gue “Kal ih si itu baru putus lho sama pacarnya, padahal udah 4 tahun pacaran mereka huhuhu sedih banget. Si itu juga putus sama pacarnya padahal udah tinggal nikah kayaknya mereka, si ini juga putus tauu belum lama ini, si itu juga bentar lagi mau putus deh kayaknya berantem mulu soalnya”.

    Intinya, banyak temen kuliah gue yang putus setelah menjalani LDR ini, padahal setau gue banyak dari temen gue ini yang udah pacaran selama 3-4 tahun, terus putus gitu aja padahal belum setahun LDR-an dan malah ada beberapa dari temen gue yang baru putus ini yang langsung bisa move-on dan udah deket sama orang baru setelah mereka putus. Gue juga gak paham lagi kenapa mereka bisa putus, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Mereka putus setelah bertahun-tahun pacaran, cuman gara-gara jarak yang misahin mereka yang bahkan belum setahun dijalani. Sempet kasian sih gue ke beberapa temen gue yang kayaknya belum bisa move-on, karena abis putus itu mereka jadi sering kemana-mana sendiri dengan muka murung dan susah diajak ketawa, ada juga yang abis putus hobinya jadi sering ngegalau di snapgram dan juga nyanyi-nyanyi lagu galau, tapi ada juga yang udah langsung move-on dan cerita ke gue “Eh Kal gue mau ngedeketin si ini nih, bantuin dong”. All the best for you guys aja lah.

    Kadang-kadang, hidup emang se-gila.ya.ada.yang.kayak.gitu itu.

    Gue mau nyoba menganalisis penyebab kenapa banyak temen-temen gue yang LDR bisa putus setelah bertahun-tahun pacaran dan kenapa banyak orang yang gak suka LDR. Yah, walau LDR yang gue jalani cuman sebatas waktu pacar gue pulang ke Surabaya dan gue tetep di Bandung HEHEHE. Jadi, setelah analisis sana-sini dan nanya ke berbagai polsek serta lampu merah, gue mendapat kesimpulan bahwa salah satu penyebab putus rangorang yang LDR itu adalah karena mereka masih susah beradaptasi buat meyakinkan diri mereka kalo mereka percaya sama pasangan mereka yang ada di tempat nun jauh disana. Mereka mungkin gak yakin dia atau pasangannya bisa menjaga diri waktu lagi jauh-jauhan, karena kalo udah lama gak ketemu, semua kemungkinan bisa aja terjadi kalo kita gak ngejaga komunikasi baik kita sama si doski. Karena cinta terjadi waktu kita saling percaya dan saling menghargai.

    Kalo kata Tere Liye mah “Tidak perlu cemas apalagi takut, apalagi dalam urusan perasaan. Karena jikalau itu memang sejati, kita tidak akan cemas walau sesenti, sejauh apapun ia pergi, dia pasti akan kembali”. Gue juga jadi keinget salah satu quotes terkenal dari Richard Bach, penulis buku ‘Si Camar Jonathan Livingston’ yang bagus dan memberi motivesyen itu, yaitu “If you love someone, set them free. If they back, they’re yours. But if they don’t, they never were.”

    Saling percaya dan saling menghargai ini bukan cuman buat rangorang yang lagi LDR aja, tapi berlaku juga buat semua orang, dan kita pun gak usah melakukan sesuatu yang mewah-mewah (kayak ngebawa dia makan malem di Istana Sultan Brunei) buat membuktikan kalo kita menghargai dan percaya sama pasangan kita. Saling percaya bisa lu lakukan dengan tidak mengekang dia, tetep ngasih dia kebebasan buat ngabisin waktu sama temen-temennya, sama keluarganya, sama diri dia sendiri. Tapi tetep lu harus kasih batasan sama kepercayaan lu ini, jangan terlalu ngasih dia kebebasan karena gimana pun, kalian udah berkomitmen satu sama lain. Kunci biar saling percaya sendiri adalah jujur, baik ke diri lu atau ke pasangan lu. Dan buat menghargai pasangan lu sendiri juga bisa dilakukan dari hal-hal kecil, kayak misalnya perhatian, ngedukung apa yang pasangan kita lakukan, ngehargain setiap kekurangannya dan nyoba buat bantu dia nemuin potensi yang dia gak tau, atau kadang menghargai bisa dilakukan dengan sesimpel gak main HP waktu lagi berduaan. Karena waktu kalian lagi ngobrol berdua, artinya lu udah berkomitmen buat ngasih waktu sama si dia ini, bukan sama orang-orang yang ada di HP lu. Karena kalo misalkan lu keseringan ngutak-ngatik HP waktu lagi berduaan sama si dia, bisa jadi si dia ini bakal males ke lu dan malah bakal nyari pelarian karena lu yang terus ngobrol sama orang-orang di HP lu padahal kenyataannya, lu lagi ngobrol sama dia.

    Karena hal yang besar dimulai dari hal yang kecil.

    Tapi kadang, hidup gak sesimpel itu buat bisa percaya sama orang. Gue jadi inget salah satu kisah yang menurut gue sedih banget, kejadiannya belum lama kayaknya. Soal anak bungsunya Amien Rais, namanya Haqy, tiba-tiba ngelamar cewek yang sebenernya udah punya pacar tapi lagi LDR-an, namanya Selma, dan si cewek ini nerima lamaran anak Amien Rais ini dengan berbagai pertimbangan dan akhirnya terpaksa harus mengorbankan cowoknya, yang lagi menjalani pendidikan di Malang sana (Selma ini di Jogja btw). Gue rada mager buat nyeritain semua kisah-kasihnya, karena bisa lebih panjang dari tulisan gue sendiri, jadi coba lu cari-cari aja di Google “Kisah Selma-Haqy” atau cari di Instagram dengan hestek #HaqySelmaJourney.

    Buat beberapa orang, kisah mereka itu relationship goals banget dan inspiratif. Tapi buat gue dan beberapa orang lainnya juga, kisah mereka gak inspiratif sama sekali. Walau secara agama, emang cara yang paling bener itu adalah langsung ngelamar buat ngajak nikah. Tapi tetep aja gak etis, karena si Selma dan mantan pacarnya ini (namanya Senna) udah pacaran lama dan LDR-an yang artinya seenggaknya dari awal mereka udah membuat komitmen untuk bersama terus walau ada badai menghadang walau jarak memisahkan mereka ~ Komitmen adalah janji dan komitmen ini ada dalam pacaran yang melibatkan orang dewasa. Selama masih berkomitmen bersama, yaudah hargai komitmennya. Mau seburuk apa pun pasangannya, kalo masih berkomitmen bersama ya tetep hargain komitmen itu. Kalo nggak sanggup atau nggak mau lagi, yaudah putusin komitmennya. Gausah nunggu biar lu ditikung, karena bakal lebih nyesek buat mantan lu ntar. Kalo istilah kerennya sih, jangan ninggalin waktu lagi sayang-sayangnya. Kisah Selma-Haqy bakalan lebih inspiratis dan etis kalo misalkan Mbak Selma ini emang lagi single dan lagi memantaskan diri buat dapet yang terbaik, lalu Mas Haqy dateng ngelamar tanpa embel-embel “Nikah ditinggal mantan”. Atau kalau mau edan sekalian, Mas Haqy ini minta izin ke Mas Senna buat ngelamar Mbak Selma, biar bisa diselesein dengan cara yang laki sekalian.

    YA ALLAH HAHA GUE GEMES BANGET BACANYA KENAPA SIH RANGORANG ANEH-ANEH AJA.

    Tapi siapalah gue ini yang cuman netizen yang suka ngisi bensin motor pake kegiatan yang bermanfaat. Karena pada akhirnya, mereka nikah juga dan Mas Senna harus dikorbankan di Malang sana. Untungnya Mas Senna ini kayaknya tabah dan ikhlas buat nerima kalo Mbak Selma ternyata gak sedewasa yang ia bayangin waktu dulu komitmen pas LDR-an. Keikhlasan Mas Senna ini tergambar dari Mas Senna yang pernah sekali waktu nge-upload foto lampu dengan caption yang gue lupa persisnya tapi intinya adalah lu gak akan bisa menghargai cahaya bila tidak ada kegelapan.

    Ngebahas Selma-Haqy, gue jadi mau coba bahas salah satu hal yang bisa jadi paling menarik dan juga jadi salah satu hal yang paling gak mau dialami sama muda-mudi yang sedang tayang-tayangnya. Selingkuh.

    Gue pengen aja nulis ini setelah kira-kira seminggu lalu, waktu gue lagi scroll tymlin di Twitter, gue liat bahwa si Joshua (yang dulunya nyanyi lagu “Diobok-obok” itu) ngetwit kayak gini “Reply tweet ini dengan satu fakta yang mantan / gebetanmu gak tau”, dan gue pun cuman bisa ikut baca aja karena gue gak punya mantan dan kalau pun punya, fakta yang mantan / gebetan gue gak tau gak akan lebih dari “Konoha bukan Negara demokrasi”. Waktu lagi scroll tymlin sambil baca reply netizen ke tweet si Joshua ini, gue nemu ternyata banyak banget yang selingkuh waktu masih pacaran dulu, ada juga yang ngaku kalo dia suka adeknya, ada juga yang bilang semoga istrimu gak tau kalo kita masih sering ngechat, ada juga yang ngaku kalo gebetannya gak tau bahwa dia mutusin mantannya dulu gara-gara alisnya gak simetris. Tapi dari itu semua, salah satu reply yang paling menarik adalah dari cewek yang bilang gini “Selama 1.5 tahun kita pacaran dulu, aku udah 2 kali selingkuh loh”.

    Jujur aja, reaksi pertama gue abis baca itu adalah, wtf.

    Karena apa ya, kadang gue gak paham aja ada orang yang bisa 2 kali selingkuh waktu lagi pacaran, udah 1.5 tahun pula pacarannya, dan itu bukan waktu yang sebentar. Karena buat gue, yang lebih sakit dari “Mencintai tapi tak memiliki” adalah “Memiliki tapi tak dicintai”, sama kayak lirik lagu Armada yang baru “Asal Kau Bahagia” yang ada di bagian reff-nya “Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu”. Karena kesetiaan itu diuji oleh waktu, jarak, dan hadirnya orang lain.

    Dari sini, mari kita analisis. Sebenernya, apa sih yang ngebuat orang jadi punya niatan selingkuh dari pacarnya? Karena pacar kita membosankan? Karena pacar kita kurang ini kurang itu dibanding selingkuhan? Karena alis dia gak simetris? Karena dia kalo kentut kurang vibra? Apa malah karena pacar kita gak nurut waktu kita suruh buat ngecat rambutnya supaya warnanya sama kayak warna pager TK Harapan Rakyat? Sebenernya, kalo kita udah punya niatan buat selingkuh dari pacar, alasan apapun bisa dicari yang ujung-ujungnya intinya pacar kita jele’ gue maunya sama dia.

    Dan ada satu hal yang mendasari semua alasan dan niatan buat selingkuh itu. Bukan cuman mendasari selingkuh aja, tapi juga mendasari hal yang namanya berantem. Setelah melihat perilaku pacaran temen-temen gue dan menganalisis alasan kenapa mereka putus, gue jadi nyadar bahwa selingkuh dan berantem itu biasanya bukan disebabkan sama ketidakcocokan atau perbedaan. Tapi oleh satu hal yang namanya kebosanan.

    Akuilah wahai kalian yang udah pacaran lama dan tidak LDR (atau yang LDR juga bole deh ikut nimbrung), bahwa sekeren dan seindah apapun pasangan kita, gak akan ngejamin bahwa kita bakal betah terus sama dia. Karena kita manusia. Di suatu titik, kita pasti bakal ngerasa bosen sama pasangan kita, itu wajar banget, apalagi kalo lu ketemu tiap hari sama pacar lu. Tapi, selingkuh bukan cara yang elegan dan etis buat nyelesein masalah kebosanan lu itu. Karena, kalu lu cinta sama seseorang, lu pasti bakal respect sama dia, dan kalo lu udah punya niat buat selingkuh itu artinya lu udah gak ada respect sama dia.

    Karena sebenernya, yang jadi masalah bukanlah bosennya, tapi adalah ilusi waktu lu bosen sama pasangan lu. Waktu lu lagi bosen sama pasangan, bakal muncul tuh ilusi seakan-akan kita nemuin orang yang “lebih baik” dari pasangan kita itu. Dan, kalo misalkan lu putus dan akhirnya milih si ‘orang yang lebih baik’ ini, nantinya lu pasti bakal ngerasa bosen sama dia sekeren apapun selingkuhan lu itu. Jadi, kalo misalkan lu udah nemu pasangan yang oke, yang setia, gak usah deh tergiur dengan ilusi ‘orang yang lebih baik’. Karena faktanya, dia bukan lebih baik dari pasangan kita, cuman lebih baru aja.

    Salah satu bukti kalo kebosanan adalah penyebab utama niat pengen selingkuh atau berantem ada waktu kita masih PDKT. Waktu kita PDKT, semua kekurangan gebetan kita kayak dia yang sebenernya males-malesan kek, rambutnya bau matahari kek, eyelinernya kurang badai kek, sampe kayak dia kalo makan nasi goreng kerupuknya dimakan di akhir kek, pasti bakal kita maklumi. Kenapa? Karena orang yang sedang dimabuk cinta itu toleransinya berjuta-juta, jadi dia bakal maklum dengan semua kekurangan gebetannya, sekalipun ia tau bahwa kalo gebetannya itu brengsek atau playboy, misalnya. Sedangkan orang yang bosan sama pasangan, masalah-masalah kecil akan dijadikan keluhan dan tumbuhlah bibit pertengkaran, dan inilah yang akan membawa arah hubungan itu jadi tidak benul. Penyelesaiannya sendiri tergantung gimana cara lu berkomunikasi sama pasangan lu. Dan suatu waktu, sesuatu pasti berakhir, entah itu masalahnya atau hubungan lu.

    Emang gue akui, kalo misalkan kita gak bosen pun, di dunia ini pasti ada orang yang lebih baik dari kita atau pasangan kita. Yang lebih ganteng, yang lebih cantik, yang lebih pinter, yang lebih keren, yang lebih tajir, yang lebihnya banyak dari kita. Karena emang, beberapa orang emang diciptain sekeren itu sama Tuhan. Tapi, kalo lu emang bener-bener cinta sama seseorang, semua kelebihan yang ada pada orang lain itu bakal gak berarti apa-apa, karena lu tau kalo lu udah merasa cukup dan bersyukur sama apa yang udah lu punya saat ini, walau yang udah lu punya ini banyak kekurangannya. Lu bisa bersyukur waktu lu udah memutuskan buat berhenti nyari yang lain lagi karena udah ada ‘dia’ yang lu punya sekarang. RA Kartini, yang jadi salah satu panutan soal wanita, pernah bilang kayak gini di salah satu suratnya “Tak peduli seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah bisa menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu memang berharga di mata seseorang, tak ada alasan baginya untuk mencari orang lain yang lebih baik darimu”.

    Karena bahagia datang dari dalam diri, dan bersyukur juga datang dari dalam diri. Karena emang gak ada yang sempurna. Tapi walau gak sempurna, kita bisa membuatnya lengkap dengan cara selalu bersyukur dan berterima-kasih buat semua yang kita punya, termasuk ‘dia’ kalo misalkan lu udah punya. Dengan bersyukur sama apa yang udah lu punya, keinginan ini-itu bakal ilang, kecewa & penyesalan bakal ilang. Apa yang akan datang emang pantas disyukuri, tapi apa yang udah kita punya seharusnya lebih disyukuri lagi.

    Dan yang terpenting juga, jangan membanding-bandingkan diri lu atau pasangan lu sama orang lain yang keliatannya lebih baik. Karena setiap orang punya kelebihan kekurangan masing-masing, karena Tuhan nyiptain manusia itu limited edition. Kalo misalkan lu dibanding-bandingin dan lu terima-terima aja, itu artinya lu udah kalah sama diri lu sendiri. Gak ada salahnya juga buat mencontoh perilaku orang yang baik, kalo emang itu bisa ngebuat hidup lu jadi lebih baik ke depannya. Tapi yang gak boleh adalah waktu lu dibanding-bandingin dan lu malah jadi kepikiran terus dan jadinya lu gak belajar apa-apa dan lu malah jadi orang yang gitu-gitu aja.

    Which do you want? The pain of staying where you are, or the pain of growth?

    Dari situ, gue nyadar lagi bahwa kalo ngejalin hubungan, yang terpenting bukanlah seberapa lama hubungannya, tapi seberapa dalam rasanya. Gue jadi inget lagi sama salah satu penggalan sajaknya Aan Mansyur yang judulnya ‘Pukul 4 Pagi’, yang ada di buku ‘Tidak Ada New York Hari Ini’ yang jadi buku puisi resmi film AADC 2. Di sajak tersebut, dia nulis kayak gini “Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang. Jika ada seorang telanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan”.

    Saran dari gue, kalo lu udah punya pasangan yang baik, yang setia, yang ngebuat lu ngerasa nyaman, yang ngebuat lu jadi orang yang lebih baik, sebisa mungkin pertahanin. Gak usah aneh-aneh sama ilusi orang baru itu, karena ujungnya bakal sama aja dan orang baru yang lebih baik itu belum tentu bahagia yang elu cari, dan yang menarik belum tentu yang terbaik. Jadilah pasangan yang tetap sejuk dikala panas, tetap manis di tempat yang pahit, dan tetap tenang di tengah badai yang paling hebat. Jadilah yang teratas, tapi tidak dengan cara menginjak kepala orang lain. Jadilah yang tertinggi, tapi tidak dengan cara mencuri tangga orang lain.

    Selingkuh buat nyelesein masalah kebosanan sama pasangan malah jadi gak etis sama sekali, sekali pun pacar lu mengakui bahwa emang selingkuhan lu lebih baik dari dia. Karena urusan kayak ginian tidaklah sebercanda itu. Buat gue sendiri, kalo misalkan lu emang udah bosen sama pasangan, coba cari kegiatan lain yang aneh-aneh dan jarang lu lakukan berdua kayak roleplay (lu jadi pasangan lu begitu pun sebaliknya), atau main ke tempat yang baru dan asik, atau naik gunung barengan, atau travelling ke tempat yang jauh barengan, atau bisa juga masak barengan, atau mungkin bisa juga kalian sama-sama belajar jadi pawang ujan kan lumayan menghasilkan duit. Atau kalo nggak, cari topik obrolan lain yang jarang kalian bahas, karena emang semakin sering ketemu semakin sering ngobrol, topik obrolan suatu waktu akan habis (dan itulah yang ngebuat selingkuhan selalu lebih menarik, karena membawa topik obrolan baru yang sebenernya sama aja kayak waktu jaman lu PDKT sama si doi). Makanya, coba cari topik yang gak biasa atau kalo bisa yang lucu dan gendheng sekalian supaya bisa mencairkan suasana. Kalo lu biasanya ngobrolin pembahasan PR matbis, coba deh kali-kali lu bahas soal struktur dan pola bulu di dada pria atau bahas kenapa rangorang di twitter setia sekali dengan slogan ‘We fall in love with people we can’t have’, atau kali-kali bahas kenapa ternak lele adalah ide bisnis paling menjanjikan saat ini.

    Atau, kalo cara itu masih gagal juga, coba berikan waktu buat diri lu sendiri, istilah kerennya me time atau q time bagi anak alay pengunjung setia stafaband mah. Kalo kata Fiersa Besari di Instagramnya mah “Sejenak hilang untuk menghargai hadir. Sejenak berjarak untuk menghargai rindu”. Biar lebih paham, coba dengerin lagu Tulus yang ‘Ruang Sendiri’. Kalo misalkan pasangan lu minta waktu sendiri, kasih aja dulu, karena hidup ini bukan melulu soal cinta, ada keluarga, temen-temen, hobi, sekolah, karir juga yang harus kita urusin. Tapi tetep, kasih batasan, jangan sampe dia pengen waktu sendiri selama 15 tahun dan lu ngeiyain aja, itu mah kalo udah beres 15 tahun dia tiba-tiba dateng lagi nganterin anaknya yang mau masuk di hari pertama TK, kali.

    Jadi, semoga klean-klean yang lagi tayang-tayangnya bisa terus awet sama pasangan klean masing-masing. Rasa bosen itu pasti, tapi caranya menghilangkan rasa bosen itu tergantung sama diri kalian masing-masing. Karena bisa bikin banyak orang jatuh cinta di waktu yang sama itu hal yang biasa, tapi berkali-kali bikin jatuh cinta orang yang sama itu baru luar biasa.

    Dan saran gue buat yang jomblo, jangan buru-buru kalo mau suka sama orang, gak semua kekaguman adalah mencintai, dan gak semua kenyamanan adalah bahagia yang elu cari. Kalo misalkan lu sedih nih udah jomblo selama setahun lebih, inget aja gue. Pacaran pertama gue adalah waktu kuliah ini, umur 17 tahun, pasti dong dianggap telat banget sama temen-temen gue yang udah sering gonta-ganti pacar waktu SMP-SMA, sampe gue aja lumayan sering diejekin jomblo waktu SMA dulu, bahkan sampe awal kuliah sebelum gue pacaran. Buat gue, yang bener-bener baik itu bakal dateng tepat waktu. Gak akan terlalu lama, dan gak akan juga terlalu cepet. Karena kalo itu emang spesial, menunggu lama sekalipun bakal tetep kerasa berharga. Yang penting, tetaplah memantaskan diri dengan cara memperbaiki semua kelakuan lu karena jodoh adalah cerminan diri, sambil tetep berdoa diberikan yang terbaik di waktu yang tepat sama yang diatas sana.

    Cari yang sesuai kebutuhan lu, bukan sesuai dengan keinginan lu. Kadang, waktu milih pasangan, kita lupa ngebedain kebutuhan sama keinginan, yang akhirnya kita malah jadi ngedahuluin keinginan diripada kebutuhan, yang ujung-ujungnya bakal ngebawa ke kegagalan karena kalau sesuatu yang kita ingini dari pasangan kita itu pergi, rasa kita juga bakal pergi dari dia. Contohnya gini, kita misalkan pengan punya pasangan yang cakep, tapi apa yang sebenernya kita butuhin adalah punya pasangan yang selalu perhatian. Sayangnya, pasangan yang bisa ngasih perhatian ini mukanya gak cakep-cakep amat, dan yang cakep ini gak terlalu bisa ngasih perhatian dan hobinya malah ngedeketin orang lain waktu udah sama lu, misalnya. Dan anehnya, sebagai manusia, kita lebih cenderung buat milih orang yang cakep walau gak perhatian dibanding orang yang biasa aja tapi bisa ngasih perhatian.

    Nah, kalo udah kayak gini, artinya kita udah ngedahuluin keinginan dibandingkan kebutuhan kita. Akhirnya pun bisa ditebak, hubungan itu nggak akan bertahan lama karena akhirnya kita sadar bahwa yang kita butuhin gak ada di orang yang kita pengen tersebut. Ya, tanpa perhatian, kita nggak bisa nyaman sekeren seganteng sepinter apapun pasangannya. Jadi, buat lu yang lagi jomblo dan ngaku-ngaku lagi jadi fakir asmara, carilah orang berdasarkan kebutuhan lu, bukan keinginan lu. Karena lu bisa aja suatu waktu bosen ama yang elu mau, tapi elu gak akan bisa lepas dari yang namanya kebutuhan. Kebutuhan ini pun menurut gue bisa datang dari kita yang menciptakan kebiasaan barengan, dan nanti kebiasaan itu bakal menciptakan kebutuhan. Yah, gitulah.

    Tapi, perjuangkan apa yang pantes diperjuangkan. Kalo menurut istilah temen-temen gue di kampus mah, jangan jadi ‘bucin’ alias budak cinta, yang tetep bertahan walau udah disakitin atau udah didiemin berkali-kali. Kalo misalkan lu udah ngasih semuanya buat orang yang lu cintai, tapi itu masih belum cukup, mungkin lu ngasih ke orang yang salah. Lepasin aja, karena salah satu seni dari cinta adalah waktu lu mengalah, waktu lu ngeikhlasin dia karena lu sadar selama ini cuman lu doang yang berjuang. Perjuangkan orang yang memperjuangkan elu juga, karena cinta ini bukan urusan sendiri-sendiri. Kalo kata istilahnya mah, jangan buta saat jatuh cinta, don’t lose yourself trying to love someone. Gue jadi inget salah satu penggalan lirik yang ada di lagunya Efek Rumah Kaca – Jatuh Cinta Itu Biasa Saja :

    Jika jatuh cinta itu buta
    Berdua kita akan tersesat
    Saling mencari di dalam gelap
    Kedua mata kita gelap
    Lalu hati kita gelap
    Hati kita gelap
    Lalu hati kita gelap


    Mungkin ada salah satu dari kalian yang udah baca sepanjang ini dan masih memiliki gundah dan tanya dalam hati, “Jadi, makna cinta buat lu tuh apa sih, Kal?”

    Jadi, sekarang, buat gue cinta adalah saat lu ngerasa cukup dan bersyukur sama apa yang lu punya, karena itu bisa jadi faktor bahagia yang lu cari selama ini. Cinta itu waktu kita memberi tapi tidak berharap apa-apa. Ini kayak Allah dengan sifat Ar-Rahman yang artinya “Mahapengasih”, dimana Allah memberi nikmat buat semua mahluk hidup di dunia ini, tapi tidak berharap semua mahluk hidup itu taat pada-Nya. Dalam Bahasa Inggris, istilah keren untuk “Cinta adalah memberi tapi tak berharap diberi” ini yaitu ‘altruistic’. Buat gue juga, cinta adalah ‘rumah’, alias akan jadi tempat kita kembali kemana pun kita pergi. Mungkin bukan buat gue doang, tapi buat semua orang di dunia ini, terutama anak-anak rantau yang jauh dari rumah. Karena keluarga adalah cinta. Karena keluarga adalah rumah. Karena keluarga adalah tempat kita kembali.

    Tapi, cinta gak selamanya soal gebetan atau pacar. Sebenernya, ada orang yang harusnya kita cintai lebih dari pacar atau gebetan kita. Yaitu orang tua, dan diri lu sendiri, dan Allah atau Tuhan lu. Gue jadi inget, waktu masa-masa kelam dimana gue sempet gak percaya kalo manusia bisa ngerasain cinta, gue cuman percaya bahwa cinta yang tulus itu cuman datang dari Ibu ke anaknya. Dan emang, satu hal yang gak bakal ninggalin kita selain Allah adalah doa Ibu kita.

    Gue juga mau nekenin bahwa sebelum mencintai orang lain, ada baiknya lu mencintai diri lu sendiri. Ini supaya lu nanti bisa bangkit lagi kalo misalkan lu jatuh, ini supaya lu bisa move-on kalo misalkan lu dapet masalah. Secinta apapun lu sama seseorang, tapi kalo lu gak cinta diri lu sendiri, lu bakal jadi budak cinta ujung-ujungnya dan itu gak sehat buat idup sama hubungan lu. Karena emang kalo udah pacaran, hal yang bikin kita nyaman sama dia adalah waktu kita bisa jadi diri kita sendiri. So, the first rule of love is love yourself.

    Gue yakin, setiap orang bakal punya reaksi yang beda-beda setelah baca tulisan ini, tergantung dari kelompok umur dan tergantung dari apakah yang baca ini kenal sama gue apa nggak. Mungkin, buat yang masih usia SMP-SMA dan masih berjuang menemukan doinya, dia bakal geli-geli sambil senyum-senyum sendiri keinget gebetan waktu baca tulisan ini, tapi sambil galau karena gebetannya udah 12 menit gak bales chatnya, padahal dia cuman ngasih jeda 11 menit waktu bales chat yang terakhir. Atau mungkin anak kuliahan, yang udah semakin dewasa dan udah males sama bullshit-bullshit percintaan, bakal langsung nutup blog gue dan lalu ngerjain tugas praktikum kimia yang deadlinenya 2 jam lagi, tapi entah kenapa waktu lagi nyari solusi dari permasalahan praktikumnya, dia malah nyasar ke blog ini. Atau mungkin, yang udah Bapak-Bapak dan udah nikah bertahun-tahun sama istrinya, mungkin dia bakal senyum-senyum sendiri sambil berkata dalam hati “Hahaha baca tulisan ini jadi keinget waktu dulu PDKT sama si Bunda, laporin ke Satpol PP ah”.

    Loh-loh?! *digrebek Satpol PP*

    Sebagai penutup, gue mau ngutip salah satu kalimat yang ada buku “Critical Eleven” karya Ika Natassa lagi. Entah kenapa, gue suka banget sama bagian ini.

    “Ada cerita tentang pasangan kaya raya yang lagi merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kelima puluh di sebuah hotel berbintang lima. Si MC dengan riang memanggil pasangan itu ke panggung dan mulai mewawancarai sang istri, “Bu, saya mau korek-korek dikit nih, ya. Menurut Ibu, Bapak ini ada kekurangannya gak?”

    “Sebanyak bintang di langit !! Sampai nggak sanggup saya menghitungnya.”

    Si MC kaget dengan jawaban si istri yang sangat blak-blakan. “Wah, apakah kebaikan Bapak juga banyak sekali, Bu?”

    “Justru sedikit sekali. Ibarat matahari di langit. Bumi malah cuma punya satu matahari.”

    “Lho, kalau begitu kok bisa Ibu hidup bersama Bapak rukun-rukun, akur, saling cinta sampai setengah abad?”

    Sang istri pun menoleh ke suaminya, tersenyum,

    “Karena, Dik, begitu matahari terbit, semua bintang di langit jadi tidak kelihatan.” “

    Selamat lima yang keenam.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Hari Rabu kemaren bukanlah hari yang terlalu baik buat gue dan mungkin bagi beberapa orang. Pagi-pagi waktu gue lagi di jalan ke kampus, motor gue sempet nyenggol mobil orang yang ngebuat si empu mobilnya keluar mobil dan memandang gue dengan tatapan marah, terus dilanjut sama TTKI dimana tugas kelompok bikin proposal gue gak lengkap di bagian lampirannya, matbis yang masih belum paham juga, sampe gue salah dalam pendataan barang performance dan akhirnya ada barang yang kebeli 4 biji padahal cuman butuh satu doang, belum lagi ada salah satu properti performance yang patah (murah sih kalo beli lagi juga) dan juga ada beberapa yang belum dapet, yang ngebuat gue sempet ngerasa gak enak ke Azel sebagai managing team dan juga ke seluruh anak performance. Ah iya, Rabu siang juga ada hujan es yang gede banget di Bandung, yang ngebuat banyak pohon besar roboh, nimpa mobil motor, sampe ngebuat beberapa jalan di daerah Dago macet total karena alurnya diputer, buat mengevakuasi pohon roboh yang ngalangin jalan. Contohnya Jalan Tamansari, dimana gue liat ada 2 pohon gede roboh yang ngalangin seluruh jalan, jadi gak bisa dilewatin mobil, tapi masih bisa dilewatin motor walau tetep hati-hati, jadi yang pake mobil disuruh puter balik sampe Mcd Simpang Dago, dan tentu macet total.

    Menarik.

    Tapi, dari semua hal sial yang kayaknya ada di hari Rabu ini, tetep ada hal yang bikin seneng, yang gak bisa gue liat kalo gue cuman liat sisi buruk dan gak ngebuka mata gue lebih jauh lagi hari Rabu kemaren. Yang pertama, Pak Amas (dosen TTKI gue yang bener-bener legenda itu) sempet terharu waktu dibacain puisi yang dibikin sama kelompoknya Serena, Bella & Gio, yang ngebuat anak-anak sekelas juga ikutan terharu walau selama ini cara ngajar dia terserah banget. Yang kedua, Bu Gantina akhirnya balik lagi ngajar kelas matbis gue setelah 2 pertemuan gak masuk, yang ternyata karena dia nikah hari Jumat kemaren, sama orang Tasik lulusan salah satu universitas di Madinah dan mereka berdua pertama kali kenalan di pengajian. Jadi, selama sekitar 25 menit pertama dipake buat sesi cerita nikahnya Bu Gantina, yang ngebuat anak-anak sekelas terharu lagi sama kisah yang diceritain ini, yang ngebuat Eggy sempet nanya tips n tricknya. Yang ketiga, adalah hal yang ada di depan mata gue sekarang.

    Waktu lagi nulis ini, gue lagi nonton latihan sekaligus pentas performance secara langsung buat Nalaswara hari Sabtu besok. Beda kayak hari-hari sebelumnya dimana biasanya performance ini latihan di studio buat latihan performance, kali ini performance latihan di Teater Rumentang Siang, Jalan Baranang Siang, daerah Kosambi. Latihan ini dilakukan karena waktu itu, 3 hari lagi Nalaswara bakal dimulai, dan supaya semua anak performance bisa tau gimana rasanya tampil di panggung beneran dan juga ngerasain aura panggung dan penonton. Latihan pentas ini sendiri baru diumumin kemaren sama Rais selaku ketua venue. Dan latihan ini sebenernya terbuka untuk ditonton bagi seluruh anak SBM 2019, tapi gak semuanya datang karena masih banyak yang ngurusin kebutuhan divisi masing-masing dan akhirnya yang dateng kesini rata-rata cuman yang emang ada keperluan buat bantu-bantu, macem operasional, LO, medik, dokum, dan juga para petinggi Nalaswara. Gue sendiri ada disini karena gue adalah anggota logistik yang termasuk bidang operasional, jadi gue termasuk wajib dateng kesini, apalagi hampir semua kebutuhan performance ini disediakan sama logistik. Gue sendiri udah ada disini dari jam 4 sore, belum banyak anak operasional lain yang udah dateng waktu gue udah sampe karena emang tadi siang, sempet ada hujan es gede banget yang ngebuat banyak pohon gede di sekitar ITB tumbang, yang ngebuat jalan diputerin lalu ya terjadilah macet yang ngebuat Dipta butuh waktu 2 jam make mobil dari ITB ke Rumentang Siang ini, padahal gue hanya butuh waktu 15 menitan pake motor dari daerah ITB ke Rumentang Siang ini.

    Waktu gue nulis ini, di panggung sana lagi ditampilin pentas drama dari tim yang dinamain Navilera, yang ditampilin sama sekitar 20 orang, yang kalo gue tangkep, ceritanya adalah soal sebuah keluarga di sebuah desa yang tiba-tiba diserang sama tentara sampe ngebuat beberapa pemeran penting di pementasan itu harus mati, dan abis itu dilanjutin dengan pembacaan puisi soal perang sama si Dhita terus lanjut lagi sama nyanyi lagunya Michael Jackson yang Heal the World. Jadi, pada intinya storyline tersebut lebih nunjukkin gimana suasana sedih dan mencekam waktu perang dan juga buat ningkatin empati kita bahwa perang itu gak berguna lewat puisi yang dibacain sama Dhita dan lagu Heal the World. Meskipun beberapa kali Sandra sama Felix (pelatih performance) ngeberhentiin pementasan waktu ditengah dan dikomentarin kayak “Baba mukanya kurang keliatan, Riki kurang ngelawan Nomus, Greg kelamaan, Dhita lebih centil lagi, Amel kurang menjiwai jadi istrinya Riki, sampe posisi tidurnya hebohin lagi”, tapi itu gak ngebuat mereka semua malah makin jelek, tapi malah makin mantep, sampe gue aja yang gak ngerti seni pementasan bisa sampe terharu pas liat pementasannya secara keseluruhan, padahal gue duduk sendirian di deretan paling belakang.

    Abis Navilera selesai, ada pertunjukkan music dance gitu dari WR sama Najla sebagai pemeran utama, dan Karisha, Anin sama Sheren sebagai cewek centilnya. WR sama Najla sendiri dance bareng sambil diiringi lagunya Bruno Mars yang Too Good To Say Goodbye, sama lagunya Ed Sheeran yang Shape of You, yang gue akuin bagus banget, walau speaker panggungnya sempet rada error. Dansa yang diiringi lagu Shape of You makin ngena karena tiba-tiba ada temen gue yang joget dan nyanyiin lagu Shape of You ini buat pacarnya yang duduk di deket gue. Walau ngena, gue tetep mandang mereka dengan tatapan “Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya”, bukannya gue iri atau gimana, tapi ya lu juga bakal memandang dengan tatapan yang sama kalo lu liat secara langsung :(

    Sebelumnya juga, gue sempet nonton Rara tampil buat nyanyi sama Malkiel, Elda, David, sama Devon. Merea berlima nyanyi lagu paling tenar sepanjang sejarah, Bohemian Rapsody punya Queen sama satu lagu lagi yang gue gak tau judulnya apaan. Malkiel jadi pementas utama kali ini, karena mungkin dia yang paling bisa nyanyiin nada Bohemian Rapsody dengan pas dan aduhai. Tapi menurut gue, sempet ada masalah sama mic yang dipake mereka berlima, yang ngebuat suaranya jadi gak terlalu kedengeran, tapi suaranya Rara masih kedengeran walau kecil.

    Abis itu, gue gak terlalu merhatiin siapa yang tampil dan apa yang ditampilin, karena gue rada sibuk di backstage, nyiapin semua kebutuhan performer selanjutnya, Monotown, yang bakal dimainin sama Jona, Tiara Imani & Rara. Agak bingung juga nyiapin barang buat pementasan kali ini, karena ada 3 orang dengan posisi yang berbeda dan barang yang berbeda juga, gue sendiri nyiapinnya bareng sama Toto & Ihsan, sama dibantu anak LO lain. Saking ribetnya, gue bahkan ngegambarin peta pertunjukkan plus posisi serta barang-barangnya abis Risma jelasin gue soal semua alur pertunjukkan ini, gue bahkan harus ngegambar 2x karena sempet salah penempatan di gambar pertama. Abis pertunjukkan musik yang gatau dimainin sama siapa ini selesai, gue dan beberapa anak lain langsung naik panggung, bukan buat kayang massal atau debus, tapi buat nyiapin kebutuhan 3 orang yang bakal tampil, termasuk rante dan pengaitnya. Sekitar 15 menit kemudian, semua termasuk penampil siap. Gue yakinin lagi ke 3 orang tadi kalo rantenya udah cukup kuat nempel ke badan kalian. Abis itu, gue masuk ke backstage dan dapet arahan buat mindahin semua barang ke backstage pas lagu Radioactive beres. Monotown ini sendiri nampilin 3 orang yang kayak terkekang gitu sama kehidupannya, gak ngerasa bebas, terus ya gitulah gue sendiri gak nonton sampe akhir gara-gara ngurusin barang di backstage :( Gue sendiri baru nyadar kalo Risma salah ngasih arahan ke gue, dengan nyimpen wooden easel (tatakan kanvas) sama kanvasnya di sebelah Rara, sementara Tiara malah dikasih meja dan laptop. Padahal, di ceritanya, Rara diceritakan sebagai penulis dan Tiara diceritakan sebagai pelukis, jadi waktu show si Tiara tetep ngelakuin gerakan ngelukis walau gerakannya kayak ngelukis angin. Adegan sendiri ditutup sama sebuah lagu yang mereka nyanyiin bertiga, judulnya Tak Berarti, diciptain sama Brenda, anggota performance juga tapi di tim musik.

    Abis itu, gue lagi-lagi gak terlalu fokus sama apa yang tampil karena terlalu pusing ngurusin semua barang performance, apalagi gue ngurusnya cuman berdua sama Ihsan karena anggota logistik yang lain lagi makan di luar dan susah ditelpon. Pokoknya, pertunjukkan beres jam 9 malem, dimana abis itu gue masih harus bawain semua barang performance ke mobilnya Dipta, terus ikut nongkrong dulu sama sebagian temen SBM gue di warung nasi goreng depan SMA 5, dimana kali itu kayaknya gue baru pertama kali nongkrong sampe jam setengah 1 malem.

    Tapi jujur, gue baru kali ini nonton secara langsung dan full semua hasil dari latihan performance selama ini, dan gue ngerasa mereka keren banget. Gue sendiri awalnya mau masuk divisi performance, mau ngerasain gimana rasanya latihan yang bikin gila sama gimana rasanya tampil di depan banyak orang, tapi akhirnya gue milih logistik karena Dipta katanya bakal susah kalo gue gak masuk logistik.

    Udah passion susah, gan.

    Gue ngerasain bahwa mereka semua pasti capek, kerasa gara-gara gue ngeliatnya aja capek :( Tapi beneran deh, gue gak ngeliat banyak muka capek dan males waktu pertunjukkan selesai dan para performer pulang, yah walaupun ada tapi paling cuman 2-3 orang. Gue ngeliat mereka seneng, mereka tetep bahagia dan kayaknya gak ada beban abis selesai tampil, mereka tetep becanda, tetep hepi, tetep senyum, walau mereka udah latihan lama banget dan sering diberhentiin sama pelatih karena gerakan yang salah. Itu sebenernya yang mau gue contoh dari anak performance, termasuk anak performance Wisokto juga, yang gak beda jauh kayak gini situasinya, lebih ekstrem malah.

    Beda sama gue, yang jujur aja gue rada kesel sama beberapa temen logistik gue, karena gak ada waktu dibutuhin dan kadang keseringan ngeluh sama gak jelas inti omongannya dia mau bantu apa nggak, jadi ujung-ujungnya gue harus kerjain sendiri karena udah keburu males denger dia ngomong lagi. Gue sendiri ngerasa bahwa gue adalah orang yang gak sabar, yang kalo laper dikit pasti ganas, yang kalo sedih atau ngerasa kacau dikit pasti langsung menyendiri sampe gue diforumin sama anggota gue waktu simulasi bisnis (ini kata Faisal HAHA), yang kadang susah banget percaya sama orang sampe banyak tugas tim yang akhirnya gue kerjain sendiri. Kadang, gue bisa gitu karena gue lagi capek, atau lagi laper.

    Gue tau gue capek, gue tau logistik capek, gue tau operasional capek, tapi jangan mengeluh. Kita udah maju sejauh ini, bego kalo tiba-tiba nyerah gitu aja. It’s okay kalo lu salah, it’s okay kalo lu gak paham, it’s okay kalo lu capek, it’s okay kalo lu sedih, it’s okay kalo lu galau divisi lu gak pernah didokumentasiin, it’s okay kalo lu udah kerja capek banget tapi gak dapet makanan, it’s okay kalo lu udah pusing banget dan pengen acara ini cepet kelar. It’s okay, itu manusiawi. Yang terpenting, kita tetep sabar, jalani semuanya dengan hati besar walau semakin lama kepusingan semakin melanda.

    Karena, sabar diperuntukkan bagi orang-orang yang berhati besar.

    Tapi sebesar apa?

    Sebesar kameranya anak viskom?

    Sebesar Ucup anak dekor (HEHE) ?

    Sebesar maskot Nalaswara yang bakal keliling waktu hari H?

    Sebesar panggung Rumentang Siang?

    Sebesar main stage nanti di hari H?

    Sebesar Gedung SBM ITB sama gedung barunya?

    Atau, sebesar harapan kita untuk acara ini?

    Sebesar apapun itu, gue yakin kita bisa jadi orang-orang yang berhati besar, kita bisa jadi orang sabar. Kalo kita pusing dan capek, coba liat anggota divisi lain, yang juga sama capeknya. Liat venue, ngurusin semua panggung dan alat musiknya. Liat sponsor, yang udah nyari uang sana-sini. Liat costume make up, yang udah nyiapin semua kostum dan bahkan harus pake peralatan make up pribadi buat latihan. Liat keamanan, yang udah latihan bela diri berbulan-bulan. Liat performance, yang udah latihan secapek itu sampe bisa sebagus ini. Liat wahana, yang udah berkali-kali diaudit sama Pak BPI dan perjuangan mereka cari vendor sana-sini. Intinya, kita semua emang capek, tapi kita semua bakal ngerasain perjuangannya di akhir. Karena SBM ITB 2019 buat gue itu sebadan, satu capek semua capek, satu seneng semua seneng. Tetap sabar karena Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih dari kamu harapkan sampe kita semua bakal lupa sama kesedihan itu.

    Sekarang udah H-1 Nalaswara, dimana panggung utama udah kepasang kemaren malem. Dimana nanti malem juga performance bakal ada gladi resik sampe jam 12 malem, dimana semua anak operasional bakalan nginep dan beresin semua waktu acara udah selesai. Perjalanan udah sejauh ini.

    Tetap semangat, SBM ITB 2019, Nalaswara udah di depan mata. Fight for the best, but prepare for the worst. Semoga Tuhan menyertai langkah kita selalu.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Jalan-jalan hari Minggu di ITB selalu kerasa beda dengan jalan-jalan di ITB dari hari-hari lainnya. Karena, apa ya, mungkin waktu hari Minggu, atmosfer 'mahasiswa' dengan otak penuh angkanya gak terlalu kerasa di hari Minggu, jadi itu yang ngebuat jalan-jalan di ITB waktu hari Minggu pasti bakalan kerasa beda dibanding hari lain, terutama kalo hari Senin-Jumat dimana kita bakal nemuin berbagai macam tipe mahasiswa ITB yang lagi keliling kampus, entah mau masuk kelas, entah mau pulang, entah mau ke kantin, entah mau salat ke Masjid Salman, atau entah mau ke perpus buat tidur atau belajar. Di hari Minggu, suasananya lebih netral. Penampakan mahasiswa lalu lalang bawa tas sambil nenteng buku ke arah perpus gak akan ditemuin, karena perpus tutup di hari Minggu. Mahasiswa yang lalu lalang tetep ada sih, tapi gak akan lebih dari mau ke kegiatan unit, ke kajian, atau ada tugas kelompok. Selain itu, lu bakal ketemu lebih banyak orang lagi di ITB waktu hari Minggu, yang bukan mahasiswa terutama.

    Selalu menyenangkan bisa jalan-jalan di kampus waktu hari Minggu, terutama hari Minggu pagi, yah walau sebenernya libur.

    Kampus ITB Ganesha sendiri setiap hari Minggu pagi suka dipake buat tempat latihan berbagai kursus beladiri, seenggaknya itulah yang sering gue liat, yang pesertanya gak cuman mahasiswa ITB doang. Banyak yang pesertanya anak-anak umur 6-10 tahun, ada juga yang pesertanya Ibu-ibu, tapi tetep ada yang pesertanya mahasiswa ITB itu sendiri. Selain itu, di hari Minggu pagi, ITB sering didatengin sama keluarga yang mau keliling kampus, mungkin ada yang alumni ITB apa gimana gue gak tau, tapi sering gue liat di Minggu pagi ada keluarga kecil lagi keliling kampus, mungkin Bapaknya nunjukkin anaknya yang masih bocah "Dek, dulu Bapak ketemu Mamamu disini lho" sambil nunjuk WC GKU Barat *loh?!* atau mungkin keluarga itu ngebawa anak-anaknya ke ITB supaya anaknya bisa masuk ITB suatu saat nanti. Karena kebetulan, ITB Ganesha deket sama lokasi CFD Dago, yang emang dilaksanaik tiap hari Minggu dari jam 6-10 pagi, dan di Jalan Ganesha sendiri banyak yang jualan makanan buat sarapan, jadi gak heran ITB hari Minggu suka rame sama masyarakat umum. Termasuk mungkin yang lagi pacaran, atau yang lagi PDKT, karena lingkungan ITB yang asri dan banyak pohonnya cocok banget buat dipake jalan bareng sama pacar atau sama gebetan. Biasanya, Plaza Widya sering dijadiin tempat foto bareng karena backgroundnya yang legendaris, yaitu 2 gedung labtek berapa ya gue lupa HEHEHEHE kayaknya Labtek XIII sama Labtek XII.

    Selain itu, hari Minggu di ITB juga suka diisi sama berbagai macem acara tiap fakultas, yang biasanya diadain di Aula Barat atau Aula Timur, biasanya seminar atau pameran pendidikan atau workshop atau entah apalah itu. Jadi, banyak juga masyarakat umum yang dateng buat ngikutin acara yang emang biasanya ada di ITB tiap hari Minggu, sekalian jalan-jalan. Setiap hari Minggu juga, di depan ITB ada les Bahasa Inggris gratis yang digagas sama seorang Bapak-Bapak usia 40-50 tahunan, tempatnya di Menara Kubus dan siapapun boleh ikutan dan gratis. Bapak ini biasanya nyediain 20-30an kursi plastik warna merah yang nanti disusun jadi beberapa grup dan nanti orang yang ikutan hari itu bakal dibagi ke beberapa grup untuk lalu ngomongin hal yang udah ditentuin sebelumnya, biar gak bingung aja sih, mungkin kesananya kalo udah nyambung bebas mau ngomongin apa. Gue sendiri belum pernah ikutan English Course depan ITB itu, tapi gue pernah hampir jadiin kursus itu sebagai target wawancara gue buat mata kuliah SHS (Studies of Human Society) sekitar sebulan yang lalu, tapi gak jadi karena udah nemu target lain buat diwawancara.

    Plaza Widya Nusantara
    Buat gue sendiri, hari Minggu tanggal 9 April ini adalah hari Minggu kedua berturut-turut gue dateng ke kampus, padahal gak ada jadwal kuliah resmi. Minggu lalu, gue ke ITB di hari Minggu abis gue jogging pagi di Saraga, dan gue nekat cari jalan kaki dari ITB belakang sampe ITB depan buat sekedar pengen cari sarapan di deket area CFD. Dan kali ini, gue ke ITB di hari Minggu karena suatu hal yang dinamakan Nalaswara, yang acaranya bakal jalan tanggal 22 April, alias sekitaran 2 minggu lagi, jadi gue dan semua anak angkatan gue harus mulai kerja keras buat kelangsungan Nalaswara ini. Hari ini sendiri, agenda Nalaswara adalah simulasi beberapa wahana, dan gue sebagai logistik dapet tugas buat ngebantu wahana Hotel Sola punyanya si Fachry dkk, karena emang Hotel Sola ini jadi salah satu wahana yang minta bantuan logistik buat nyari kebutuhan barangnya. Jadi, gue diagendain dateng jam 8 pagi buat persiapan simulasi wahana Hotel Sola, dan semua anggota logistik pun harusnya dateng jam 8 pagi hari Minggu ini.

    Gue sendiri berangkat rada awal pagi itu, sekitar jam 7.15 karena gue tau macetnya Bandung hari Minggu itu kayak gimana, dan gue pake mobil. Sampe di Jalan Ganesha, gue sempet bantuin Afif dulu bawa barang kebutuhan Hotel Sola dari kosannya di Jalan Taman Hewan terus gue parkir di area Seni Rupa. Gue sempet ketemu Rara sebenernya yang lagi sarapan bareng temen SMP-nya di depan Masjid Salman, tapi gue gak bisa ngikutin terus gara-gara rakyat logistik Nalaswara udah nunggu gue di Gedung SBM sana, jadi gue jalan duluan ke Gedung SBM, sementara Rara (yang baru latihan performance nanti siang) dan temennya entah kemana, mungkin jalan-jalan di dalem ITB juga.

    Waktu gue udah nyebrang dari CC Barat ke Gedung Labtek XIII (atau labtek berapalah itu pokoknya yang ada FTI), gue sempet ketemu tante-tante (atau teteh-teteh mungkin) yang bajunya rapih banget kayak mau ke kondangan dan nanya ke gue Aula Barat itu dimana. Dari tempat gue sama dia berdiri, sebenernya bagian atas Aula Barat keliatan jelas banget, dan gue pun langsung nunjukkin gedung Aula Barat pake jari gue. Tapi ya entah baru pertama ke ITB apa gimana, dia malah nangkep arahan jari gue ke Gedung CC Barat, yang ada persis di sebrang tempat kita berdua berdiri. Karena hari ini gue lagi rada males ngomong, jadi gue mending milih buat anterin dia sampe Aula Barat tanpa banyak omong, paling cuman nanyain disitu ada acara ya lalu dia jawab iya lalu gue jawab hehe, walau ngebuat gue harus bolak-balik tapi gapapa karena selalu menyenangkan bisa ngebantu orang di kampus sendiri, kayak dulu gue tiba-tiba ditanya orang Filipina dimana gedung arsitektur, dan pernah juga ditanya sama sekelompok abang nona kantoran yang nanya ke gue dimana Gedung SAPPK, yang akhirnya gue anterin aja karena waktu itu posisi gue lagi di CC Timur, deket banget dari Gedung SAPPK.

    Abis itu, gue langsung cus ke Gedung SBM, tanpa basa-basi tanpa belok sana-sini sambil mikir bahwa hari ini gue harus bahagia.

    Sampe di Gedung SBM, belom banyak yang bisa gue kerjain gara-gara anak-anak Hotel Solanya pun belom siap semua, jadi gue cuman ngaso-ngaso aja bentar terus sarapan dulu di Tamfest sama si Ihsan, dimana abis itu dia malah minta izin nanti pulang duluan gara-gara harus ngurus lapak satenya yang hari ini bakal jualan di salah satu festival makanan di Jalan Braga. Gue sama anak-anak logistik lain sempet diajakin sebenernya buat dateng ke Braga, ke lapak satenya si Ihsan ini, tapi kemageran mendominasi gue hari Minggu ini ehe ehe ehe pengen di rumah pengen bermain sama Susilo kura-kura kesayangan gue. Akhirnya, gue izinin aja karena emang Ihsan ini kerjanya bisa dibilang top buat ukuran mahasiswa kelahiran 2000, karena dia bantu banyak banget cari barang buat Hotel Sola.

    Luv Ihsan.

    Abis itu, sekitar jam 10an, gue dan logistik lain akhirnya mulai aktif ngebantu Hotel Sola, yang semua kebutuhannya udah siap, termasuk TV dari Afif sama kasur yang dibawa sama Dipta. Gue sama anggota logistik lain pun nge-crosscheck tiap barang yang udah diminta sama Hotel Sola, termasuk ngedata beberapa barang yang belum ada hari itu kayak lampu berdiri. Abis itu, kita pun mulai bantuin nyiapin ruangan Hotel Sola (yang make hampir semua kelas di lantai 1 Gedung SBM) termasuk nyiapin dan masang kain item di dinding bagian belakang kelas 1E, yang jadi ruang utama wahana Hotel Sola ini. Agak susah masang kain item ke dinding kelas ini, karena tinggi dan lakban logistik kurang asik-asik jos buat menyatu dengan dinding, tapi setelah mungkin 45 menit kemudian, tugas masang kain akhirnya selesai, walau beberapa menit kemudian ada beberapa yang lepas dan kita harus masang lagi.

    Tapi, hari Minggu di ITB ini ada yang aneh buat gue.

    Bukan soal mangmang martabak mini yang gak jualan.

    Bukan juga soal sabun cuci tangan di WC lantai 1 yang abis.

    Bukan juga soal kumis pak satpam yang nambah tebel 5 milimeter.

    Bukan juga soal gue mobil gue yang setirnya di kanan tapi rem sama gasnya di kiri.

    Tapi, hari ini gatau kenapa waktu kerasa lamaaaaaaaaaaaaaa banget.

    Dari awal gue dateng ke Gedung SBM, entah udah berapa puluh kali gue nanyain jam ke temen gue dan juga liat jam yang ada di Gedung SBM, karena gue emang gak bawa jam tangan hari itu dan HP gue juga seringnya dimatiin biar gak keganggu kerjanya, karena gue juga berharap cepet-cepet beres ini simulasi karena gue gak bisa tidur dari kemaren malem :( Walau gue akhirnya sempet tidur di kasurnya Hotel Sola pas jam 11 siangan, tapi ternyata itu cuman 15 menit doang padahal gue harap gue udah 3 hari tidur waktu itu *dikeroyok warga*. Gue sendiri waktu bantu Hotel Sola abis bangun itu, mungkin ada tiap 5-10 menit sekali ngeliat jam di Gedung SBM atau nanya temen, sambil kadang nanya-nanya juga ke Firbas kok bisa ya jam SBM lambat banget. Tapi dia juga malah balesnya teriak-teriak dengan "YA MANA GUE TAU".

    :(

    Tapi akhirnya, setelah 20-30an kali ngeliat dan nanyain jam ke setiap temen gue, jam 2an akhirnya simulasi selesai dan gue bisa pulang dengan damai, walau gak damai-damai amat sih gara-gara harus ngurusin barang bekas simulasi dulu sebentar. Gue baru bisa bener-bener pulang waktu udah sekitar jam setengah 3. Waktu sampe rumah, gue langsung tidur aja buat lalu potong rambut malemnya.

    Selalu menyenangkan jalan-jalan di ITB Hari Minggu. Walau waktu kerasa panjang banget hari ini.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Hari UTS terakhir, dimana aura UTS pelan-pelan mulai pudar tapi buat beberapa orang, aura UTS ini meningkat lagi karena hari ini adalah UTS 4 SKS, dimana beban SKS nya paling besar dibanding matkul lain. Setelah kemaren dikasih 'hari santai belajar' waktu UTS TTKI, kali ini gue gak bisa terlalu santai karena walaupun gue suka dan lumayan ngerti sama materi SHS, tapi gue gak bisa sepenuhnya ngandelin otak gue yang udah mulai tua dan rada pelupa ini, walau gue yakin banget gue gak akan lupa. Dibanding semua matkul lain pun, matkul SHS jadi salah satu matkul dimana gue paling rajin nyatet selain matbis. Tapi bedanya, di SHS ini gue nyatet karena emang materinya menarik, dibanding matbis dimana gue nyatet karena kalo gak nyatet, gue jadi tambah bego. Seinget gue pun, gue cuman pernah sekali gak masuk SHS sesi auditorium dan sekali SHS sesi kelas tutorial, dan di hampir semua sesi gue selalu merhatiin dengan seksama kecuali pernah 1-2 kali gue setengah tidur di auditorium. Tapi dari itu semua, gue jadi yakin bahwa gue lumayan nguasain semua materi SHS ini, yang perlu gue lakukan cuman belajar ulang lagi biar gue gak lupa sama materi SHS yang bejibun tapi rame itu.

    Matkul SHS gue anggap paling seru karena ngebahas soal budaya, agama, pola hidup masyarakat, sama segala jenis begituan-begituannya yang sebenernya udah gue pelajarin juga di SMA, tapi kali ini lebih dalem lagi. Gue juga selalu tertarik denger cerita Pak BR, dosen utama SHS yang udah senior dan kabarnya, dia punya tatto Mentawai di badannya yang tandanya dia udah dianggap jadi warga kehormatan di Suku Mentawai sana, karena dulu dia pernah 8 tahun tinggal bareng Suku Mentawai, buat meneliti kehidupan masyarakat disana. Selain itu, Pak BR juga suka cerita soal perjalanannya ke tempat-tempat dengan suku terasing di Indonesia, kayak Suku Tanimbar di Maluku sana, dimana waktu itu Pak BR cerita soal pola perkawinan sama derajat keluarga yang ada di Suku Tanimbar itu, gak lupa juga dia cerita soal kain tenun Suku Tanimbar yang harganya bisa jutaan itu (dan hebatnya, dia dikasih sama orang sana langsung). Gue juga suka sama cara ngajar Pak Awi, yang menurut gue mirip sama cara ngajar Pak Dadi (guru sosiologi / sejarah gue di SMA) tapi lebih galak dikit, dimana Pak Awi ini detail kalo ngejelasin dan suka ngasih contoh yang baru kita tau, atau ngasih contoh dengan pengalaman dia waktu kuliah di Italia sana. Emang sih kadang Pak Awi ini rada galak dan suka bikin dagdigdug serrr, tapi kadang dia juga suka ngelucu walau kadang lucuannya itu gak terjangkau buat mahasiswa mecin kayak gue. Tapi ya begitulah, SHS tetep jadi matkul favorit gue sampe saat ini.

    Gue sendiri dari beberapa hari sebelumnya udah ngerapihin semua catatan SHS gue (dikumpulin maksudnya, bukan dicatet ulang idih ogah) mulai dari catetan gue di buku ijo kecil nan sakti itu, di binder merah kesayangan gue, di kertas random yang gue temuin di tas, di catetan orang lain yang gue fotokopi, sampe catetan yang gue tulis di paha kalo dulu gue bosen di auditorium. Pokoknya, persiapan belajar sudah terkumpul dan catatan pendukung juga sudah siap, paling gue tinggal nanya beberapa temen gue kalo ada catatan yang gue gak punya, tapi gue tetep mengandalkan catatan temen gue yang gue fotokopi, dimana catatannya sendiri MasyaAllah lengkapnya dan gue yakin pahala dia banyak banget karena catatan dia difotokopi sama temen-temen seangkatan, sampe kayaknya gue yakin nanti dia kalo misalkan gak bisa ngerjain soal SHS, dia tinggal tidur dan biar pulpennya mengerjakan sendiri sebagai imbalan atas kebaikan dia buat angkatan. Tapi beneran deh, catatan Regita ini (temen gue itu) lengkap walau pake Bahasa Inggris dan gak semua dijelasin secara detail, tapi ya mending lah daripada gue belajar termodinamika mesin buat SHS ini.

    Tapi sayang, semua niatan dan catatan pendukung buat gue belajar SHS itu harus ditunda gara-gara kemaren, si Ziyan ulang tahun. Gue sama Indra sama Andri pun diundang si Syntia (karena dia sekampus sama Ziyan) buat dateng ke Unpad di Jatinangor sana, buat ngerayain ultah Ziyan kecil-kecilan, kayak yang biasa kita lakuin kalo ada yang ulang tahun juga. Si Indra lagi-lagi gak bisa dateng gara-gara masih sekolah (dia anak SMA sendiri) dan Andrie katanya mau dateng, walau kadang susah dipercaya Andrie bisa dateng ke acara ginian. Gue sendiri bilang mau dateng walau sebenernya mager bgt ke Nangor HEHE :(( Syntia Andrie dan gue sendiri janjian jam 2 siang, walau sebenernya jam 2 siang itu gue baru berangkat gara-gara ujan gede waktu gue lagi diem di perpus ITB, dan akhirnya begitulah blabla gue sendiri baru pulang sekitar jam 7 malem dan langsung belajar saat itu juga, ya walau cuman baca-baca, tapi tetap ak lupa nyecroll tymlin karena sosmed is lyfe.

    Di Nangor sendiri, gue dapet musibah payung gue ilang secara misterius karena rencana gue ke Nangor itu biar ditraktir si Ziyan di Jatos (Jatinangor Town Square) dan akhirnya gue Ziyan dan Syntia (Andrie gak dateng) makan di KFC, nah waktu makan gue liat payung gue masih ada di sebelah gue, tapi waktu beres makan payungnya udah gaada padahal gue cuman ninggalin bangku buat cuci tangan doang, dan cuci tangan pun cuman di wastafel KFC Jatos bukan di Curug Pelangi, jadi gue juga gak paham kenapa payung gue bisa ilang.

    Sebua keanehan !!

    Dan juga, tangan gue gak tau kenapa keliatannya kecil banget kayak orang baru sakit tipes, padahal akhir-akhir ini gak ada yang aneh sama pola makan gue. Tapi emang beneran sih ternyata tangan gue kecil banget kayak abis sedot lemak :( Apalagi waktu gue lepas jam tangan, itu kayaknya kalo harimau liat tangan gue aja, mereka langsung gak nafsu makan dan langsung jadi vegetarian.

    My hand :(

    Waktu sampe rumah itu, gue bener-bener langsung baca hampir semua materi SHS dan mencoba memahami apa yang sudah gue pelajari selama ini, ada beberapa materi yang gue lupa tapi bisa terselesaikan waktu gue nyari di internet atau nanya ke temen. Jujur, gue sendiri siap banget buat UTS SHS kali ini, lebih siap dari UTS matbis statbis TTKI. Dan yang lebih mantepnya lagi, UTS SHS ini baru masuk jam setengah 10, beda sama matkul lain yang rata-rata jadwal UTS-nya jam 7 atau set8 pagi, jadi gue masih punya waktu belajar banyak banget sebelum UTS-nya dimulai, dan itu otomatis ngebuat gue semakin siap menghadapi dunia. Ah iya, SHS itu singkatan dari Studies of Human Society. Sapatau udah baca ampe sini tapi masih gundah gulana SHS apaan ehe ehe ehe.

    Waktu masuk kelas, gue belajar dulu dikit-dikit sebelum pengawas dateng, dan ternyata pengawasnya adalah dosen yang terkenal tapi gue gak tau namanya, antara Kak Kampret atau siapa gitu. Waktu dia masuk, dia langsung nyuruh tas kita ke depanin semua dan bilang "Kalian udah siapin contekan?" dan di titik ini, gue yakin semua anak di kelas kita pada panik atau takut kenapa-kenapa, walau kayaknya semua aman dan gak ada yang nyiapin contekan buat SHS ini. Tapi kalimat selanjutnya dari pengawas.yang.gue.lupa.siapa ini "sungguh menghebohkan!!" kalo kata berita LineToday mah, dia bilang gini "Sekarang, kalo kalian punya catatan atau contekan keluarin aja, bawa aja termasuk HP kalian. Saya ngebolehin kalian liat catatan kalian sendiri selama kalian tidak ribut dan tidak nyontek ke temen kalian".

    Idaman sih.

    Gue sendiri akhirnya ngeluarin HP dan semua catatan gue buat dibawa ke meja gue, temen-temen gue yang lain juga gitu, dengan syarat gak boleh ribut dan gak boleh nyontek temen. Pengawas.yang.gue.lupa.siapa ini pun bilang kalo misalkan ada dosen lain masuk, kita harus pinter-pinter nyembunyiin catatan kita biar gak ketauan, karena waktu ujian dah mulai, dia malah keluar kelas dan kalo ada di kelas pun, cuman 1-2 menit abis itu keluar lagi. Dan emang, gak ada satupun dari kita yang ribut atau nyontek waktu pengawas.yang.gue.lupa.siapa ini keluar kelas, semua ngerjain sendiri karena kayaknya semua udah tercukupi di catatan sama HP.

    UTS SHS kali ini juga jadi matkul dimana gue paling lancar ngerjainnya, karena dari 6 soal (5 soal utama, 1 soal bonus) gue ngerjain semuanya sesuai urutan, beda sama ujian matkul lain kayak matbis statbis dimana gue cenderung ngacak ngerjainnya, maksudnya gak sesuai urutan. Yah tapi walaupun boleh liat catatan, gue tetep baca semua soal dan perintahnya karena semuanya soal analisis dari berbagai budaya yang disajikan di suatu artikel, kayak misalkan soal nomer 1 ngebahas tentang salah satu tradisi Suku Toraja kalo ada orang yang meninggal, terus ada soal yang ngebahas cara hidup orang Eskimo ya terus begitulah, kita harus analisis apakah kebudayaan tersebut termasuk penganut kepercayaan jenis apa atau kenapa mereka begitu atau kenapa banyak orang yang fall in love with people we can't have.

    Tunggu...

    Gue sendiri super lancar ngerjainnya, apalagi ditambah catatan sama HP yang ngebantu banget walau gue udah belajar kemaren, tapi ya sekedar ngecek aja apa jawaban gue udah bener apa belum. Gue ngerjain semua soalnya urut, dari nomor 1 sampe nomor 6 tanpa cela. Gue pun entah kenapa yakin banget UTS SHS ini gue bakal dapet nilai bagus, dibading matkul lain yang bikin gue setengah gila. Hehe tapi ya aamiin aja lah gada salahnya berharap setelah berusaha keras. UTS pun beres sekitar jam setengah 1 siang, dimana gue pun beres setengah jam sebelum jadwal sebenernya, jadi gue bisa langsung pulang atau bisa kemana dulu sama uwuwu~

    Yah jadi begitulah lika-liku UTS SHS gue kali ini, semoga aja apa yang gue harepin bisa jadi kenyataan dan SHS gue bisa dapet nilai A di transkrip akhir nantinya karena SHS adalah salah satu harapan terbesar gue buat ngeraih IP tinggi di semester 2 ini.

    Ada aamiin?

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Di hari ketiga UTS ini, aura-aura UTS udah mulai gak kerasa, karena kami seangkatan sudah sepakat bahwa UTS (dan UAS) yang sesungguhnya itu cuman matbis sama statbis, yang bikin kami kejang-kejang karena kebanyakan belajar tapi masih gak ngerti sampe konon ada yang didakwa gila karena terbukti sedang mengenyot pagar kosan sambil memegang catatan statbis. Ya, setelah 2 hari penuh perjuangan otak dan hati buat bener-bener memahami statbis sama matbis, akhirnya UTS hari ketiga sama keempat ini kami bisa rada 'santai' walau sebenernya gak ada kata santai di kamus anak SBM, kecuali lu mau lulus 4 tahun disini. Tapi seenggaknya, persiapan belajar buat UTS hari ketiga sama keempat ini kemungkinan gak ada yang didakwa gila karena ngeyot pager kosan, paling cuman didakwa depresi karena ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya.

    Eh gini bukan sih cara mainnya?

    Yah tapi begitulah, UTS kali ini emang gue rasa santai banget dan gak ada aura UTS-nya karena emang 'cuman' TTKI (Tata Tulis Karya Ilmiah) yang gak beda jauh sama pelajaran Bahasa Indonesia waktu SMA, yang kita gak perlu belajar banyak banget buat bisa ngerjain semua soalnya, karena kita udah terbiasa make Bahasa Indonesia dari kecil, ya kecuali kalo ada yang masa kecilnya dibesarkan dan diasuh sama kumbang pohon sih mungkin butuh belajar banyak biar lancar ngerjain TTKI kali ini. Buat UTS TTKI kali ini pun, gue gak terlalu belajar banyak, gue tetep belajar sih tapi seenggaknya gak sebanyak matbis dan statbis, karena jujur aja gue bingung mau belajar apa. Karena, ya, kelas TTKI gue sendiri diajar sama dosen paling seterah sepanjang hayat, sama salah satu dosen paling senior di ITB karena dia udah ngajar dari tahun 1970-an. Sebenernya, dosen gue ini emang patut banget buat disegani dan dihormati karena pengalaman mengajar dia yang gak ada habisnya, bukti bahwa dia peduli dengan pendidikan. Tapi kadang, semua orang di kelas gue suka heran aja sama tingkah lakunya, yang kadang bisa nyebelin, yang kadang bisa lucu, yang kadang bisa tiba-tiba marah, yang kadang bisa abis marah terus ketawa, yang kadang bikin kita bilang "Yha Pak seterah", dan yang kadang bikin hidup kita terancam kalo misalkan ketauan tidur atau main HP di kelas. Sebenernya, dosen TTKI gue (namanya Pak Amas btw) emang pengetahuannya luas, dia suka tiba-tiba ngasih contoh dalam bidang lain dan suka ngebenerin kalo misal ada yang salah. Tapi kadang kelakuan sama kata-katanya suka aneh, kita pun suka gak ngerti apa itu serius atau ngelucu, kayak gini nih :

    M = Mahasiswa
    P = Pak Amas

    M : "Pak, ai Bapak kalo weekend suka jalan-jalan kemana?"
    P : "Ah Bapak mah di rumah saja di Sumedang, menikmati udara segar bersama keluarga tercinta"
    M : "Widihhhh, sambil makan masakan istri ya, Pak?"
    P : "Oh jelas, Bapak mah anti itu yang namaya makanan luar negri kayak hamburger atau pasta itu"

    Kita juga gak ngerti kenapa dia tiba-tiba punya rumah di Sumedang. Namanya juga idup.

    Tapi di lain waktu, alur percakapannya bisa juga jadi sebegini randomnya :

    P : "Nanti suatu saya bakal ketemu si Aniaya (Abul, nama aslinya Ainaya btw) udah jadi bos PT. Maju Mundur
    M : "Widihhh mantap, Pak. Ketemunya di Sumedang ya Pak?"
    P : "Eh naon atuh teu elit. Nanti mah ketemunya juga di Berlin, di Paris, di San Fransisco atuh"
    M : "Sambil makan pecel ya, Pak?"
    P : "Eeeh naon atuh pecel mah bukan level Bapak. Bapak mah levelnya juga makan hamburger, makan pasta, makan spaghetti"

    Seterah aja lah ya.

    Tapi beneran deh, persiapan buat UTS TTKI ini minim banget, bukan cuman gue tapi juga semua anak ITB kayaknya (karena TTKI ini mata kuliah TPB, jadi semua anak baru ITB pasti dapet TTKI ini). Bahkan, tadi abis pulang UTS matbis, gue ngaso dulu ke perpus sambil nunggu ujan dan waktu di rumah, kerjaan gue gak lebih dari tidur-tiduran ditemenin beberapa kertas TTKI yang dikasih dosen gue dan juga buku paket warna oranye yang di kelas pun jarang dipake, tapi tetep berguna. Kalau aja tiba-tiba orang dari BPS (Badan Pusat Statistik) dateng ke rumah gue waktu guenya lagi tidur-tiduran, setelah 5 menit di kamar gue pasti mereka langsung bisa menyimpulkan bahwa presentase kegiatan gue untuk persiapan UTS TTKI tanggal 1 Maret 2017 adalah 5% belajar, 95% lain-lain. Yang gue pelajari dari kertas yang dikasih dosen gue adalah tentang pola kalimat sama ejaan yang bener sesuai EYD (EYD Yang Disempurnakan HEHE maksudnya Ejaan Yang Disempurnakan) kayak bedanya "komplek" sama "kompleks", yang bener "sekedar" atau "sekadar" ya yang gitu-gitulah. Setelah belajar itu dari oret-oretan random gue selama di kelas, gue cuman tidur-tiduran lagi sambil nyecroll tymlin, dan gue agak kecewa sama tim Twitter, Instagram & Facebook karena gak ada upacara penyambutan gue setelah 3-4 hari hilang dari ranah Twitter, setelah gue sengaja ngehapus semua aplikasi sosial media gue biar gue bisa fokus belajar buat UTS kali ini.

    Netizen pun bergeming "Lah lau syokap?" *dijadiin umpan hiu*

    Gue pun baru lanjut belajar lagi subuhnya, waktu gue baru ngerjain latihan UTS TTKI online yang ada di situs akademiknya ITB, dimana temen gue yang lain rata-rata pada ngerjain di malem sebelumnya. Gue sendiri ngerjain latihan UTS tersebut di rumah kurang lebih 2 jam sebelum ujian dimulai, dimana mata gue masih kliyep-kliyep dan tiba-tiba gue berkeinginan besar untuk ngerjain soal latihan tersebut dengan garang tanpa ampun. Gue pun ngerjain sekitar 50 soal itu dalam waktu 34 menit doang, dengan hasil akhir cuman 64% soal yang bener HAHA alangkah kacaunya hidupku, tapi ya lumayan lah kan baru bangun nih mata lagi kliyep-kliyep, kondisi otak juga belum terlalu bagus buat ngerjain soal.

    Netizen lain bergeming "Ah sa ae lo pecel basi" *dicium badut sirkus*

    Hari ini sendiri UTS mulai jam set8 pagi, dimana gue baru dateng sekitar 5 menit sebelum ujian dimulai saking santainya, dan alhasil dapet bangku di pojok kanan depan, sebelah pintu masuk, tanpa ada kekhawatiran apapun karena ya Bismillah I can do this, sambil sekalian mau ngecas HP juga yang posisi casannya ada di bawah kursi gue. Dosennya sendiri masuk rada telat 5 menitan tadi, dan pengawasnya adalah Bapak-Bapak muda, mungkin baru umur 35 tahunan, rambutnya gondrong dan dia berkumis, pake baju batik warna pink dan sekilas dia ngingetin gue sama salah satu temen TEC yang gue lupa namanya, kalo gak salah Kakang tapi kalo gak salah juga bukan :(

    Sebelum ngerjain soal, pak pengawas yang kayaknya dosen TTKI juga itu ngasitau kita buat ngelengkapi data identitas diri ke lembar jawaban, yang agak beda sama lembar jawaban matkul lain, dimana biasanya pake answer sheet yang warnanya oren itu. Kita juga diingetin buat nulis nama dosen masing-masing, dimana akhirnya kelas jadi ricuh karena kelas UTS ini diatur berdasarkan kelas PRD dan kelas PRD ini orangnya beda sama kelas TTKI, tapi tetep ada yang sekelas 1-2 orang mah. Akhirnya, beberapa orang yang TTKI-nya sekelas pada nanyain nama dosen mereka siapa. Termasuk kelas gue, dimana Vivian sama Laras sempet bersekongkol buat menyetujui nama dosennya, sampe akhirnya gue ngasitau di grup kelas bahwa nama dosen TTKI kelas gue adalah Pak Suryadi, setelah gue mengandalkan ingatan gue yang lupa-lupa inget itu. Untung aja belum ada yang bilang di kelas gue kalo nama dosen TTKI itu Pak Gonzales atau Pak Ricardo, bisa-bisa gue percaya aja kalo kayak gitu caranya.

    Setelah perdebatan batin soal nama dosen TTKI merebak di kelas gue tanpa adanya yang bakar ban dan tanpa adanya kerusuhan, akhirnya kelas mulai tenang lagi dan semua mulai ngerjain soal masing-masing. Soalnya sendiri ada 2 bagian, dimana bagian A sendiri tipenya kayak soal SBMPTN, dimana pilihan ABCDE nya berdasarkan pilihan nomor, misalkan jika jawabannya 1, 2, dan 3 maka pilih A, jika jawabannya 1 dan 3 maka pilih B, jika jawabannya kamu butuh pacar yang selalu perhatian maka pilih dia.

    Tunggu...

    Di bagian ini, gue sempet bingung karena perintah soalnya adalah "Pilih yang sesuai dengan kaidah penulisan bahasa ilmiah" dan disini, gue sempat mengalami perdebatan pikiran apakah bahasa ilmiah yang dimaksud adalah yang sesuai EYD atau bahasa yang benar-benar pintar, karena ada juga yang tiba-tiba ngomongin bisnis. Tapi ya masa bodolah, gue akhirnya ngerjain sebisa yang gue tau dan setau yang gue bisa, sampe akhirnya gue ngerjain pilihan B, yaitu soal esai. Gue sendiri kalo ngerjain esai emang paling bahagia, jadi gak ada hambatan buat gue ngerjain soal esai ini, dan voila! Ujian TTKI pun beres dalam waktu sejam lebih sedikit, dimana gue jadi salah satu yang ngumpulin pertama, yang memacu teman-teman gue buat ikut ngumpulin juga.

    (( memacu ))

    (Bukan) simulasi ujian TTKI.
    Jadi ya, begitulah kisah UTS TTKI kali ini, gue sendiri berharap TTKI gue dapet nilai yang bagus walau sebenernya matkul ini cuman berbobot 2 SKS doang, tapi jangan dianggap remeh karena gue bisa mampus kalo macem-macem sama dosen TTKI kelas gue. Besok, UTS SHS, gue harap gue bisa belajar lebih serius karena SHS ini 4 SKS, paling besar diantara matkul lainnya dan juga banyak materi yang harus gue pelajari, walau sebenernya gue seneng sama matkul ini karena gak beda jauh sama sosiologi-antropologi yang gue pelajarin waktu SMA dulu sama Pak Dadi dan Pak Hikmat.

    Semoga sukses !!

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Gue ambil judul post ini dari tulisan karya Ki Hadjar Dewantara yang make Bahasa Belanda, "Als ik een Nederlander was" yang artinya "Seandainya saya orang Belanda" dan dimuat di surat kabar De Expres punya Belanda sana tanggal 13 Juli 1913. Tulisan Ki Hadjar Dewantara ini berisi soal kritikan pedas ke pejabat Hindia Belanda waktu itu, dan gara-gara tulisan ini beliau ditangkep sama Gubernur Jenderal Belanda waktu itu, Idenburg untuk lalu diasingkan ke Pulau Bangka tapi lalu dipindah ke Belanda bareng 2 sohibnya waktu itu, Douwes Dekker sama Tjipto Mangunkusumo, karena mereka berdua protes kenapa Ki Hadjar Dewantara malah diasingkan ke Pulau Bangka padahal Ki Hadjar Dewantara sendiri yang minta diasingkan ke Pulau Bangka.

    Buat isi "Als ik een Nederlander was" sendiri, gue gak terlalu inget detailnya karena gue baca tulisan itu terakhir sekitar bulan Juni, tapi secara umum tulisan itu berisi soal curhatan orang Hindia Belanda yang berangan-angan jadi orang Belanda, tentu dengan kalimat sindiran, tulisan itu sendiri dibuat karena kalo gak salah waktu itu Belanda mau ngadain pesta dalam rangka ulang tahun Kerajaan Belanda, dan itu ngebuat rakyat Hindia Belanda cukup menderita karena harus ikut patungan buat pesta yang bukan milik mereka. Kalo gak salah sih gitu isinya, kalo salah benerin ya huehehe~

    Als ik een ingenieursstudenten was

    Mungkin beberapa dari kalian memiliki perasaan gundah atau ada sesuatu yang mengganjal di hati gara-gara mikirin ini,

    "terus artinya tulisan ini apa Kal? Seandainya saya badak epilepsi gitu?"

    Ya, jadi, berbekal tulisan Ki Hadjar Dewantara dan juga Google Translate, gue menemukan formula yang pas buat judul tulisan ini. Buat klean-klean netters budiman yang punya kartu member Awkarinholic Premium Class dan gak sempet belajar Bahasa Belanda, nih gue kasitau arti judul tulisan ini. Jadi, judul tulisan ini gak beda jauh sama judul tulisan Ki Hadjar Dewantara yang gue tulis tadi, bedanya cuman di kata "Nederlander" yang artinya "seorang Belanda" dan diganti sama kata "ingenieursstudenten" yang artinya "mahasiswa Fakultas Teknik".

    Jadi, arti dari judul tulisan ini adalah "Andai we fall in love with people we can't have saya seorang mahasiswa Fakultas Teknik".

    Sebenernya, besok gue masih UTS 1 matkul lagi (dan 4 SKS) terus besok juga adalah hari deadline buat ngumpulin learning journal matkul MPL (Management of Practice Leadership) dan learning journal yang harus ditulis pake Bahasa Inggris itu belom gue kelarin, tapi gue malah nyasar di perpus ITB lantai 3 sambil nulis tulisan ginian, yang gue sendiri pun gak tau kenapa gue tiba-tiba pengen nulis ginian. Mungkin alasan paling kuat yang bisa gue pake adalah karena judulnya keren aja pake Bahasa Belanda jadi keliatan intelek-intelek lucu gimana gitu HEHEHE. Dan yang lebih kerennya lagi, gue di perpus ini bareng si Faisal dan dia lagi belajar SHS (Studies of Human Societies) buat UTS besok sementara gue ngeblog sambil dengerin lagu di laptop.

    Sekali lagi, aktifitas menentukan kualitas.

    Daripada nungguin BIN (Badan Intelejen Namibia) yang lagi menyelidiki kenapa gue tiba-tiba pengen jadi mahasiswa fakultas teknik, mending gue aja deh tulisin di sini sekarang. Oh iya, buat klean yang mungkin bingung dan berharap mendapat jawaban dengan hati penuh tanya, gue sekarang ini adalah mahasiswa SBM (Sekolah Bisnis Manajemen) di ITB yang menjadi salah satu fakultas di ITB yang kagak ada teknik-tekniknya sama sekali, ya kecuali kalo teknik mencari duit dan teknik nego biar bayar parkir motor murah masuk kurikulum sih bisa lahh SBM ini disebut fakultas teknik. Dan, hal itu juga yang jadi latar belakang kenapa gue nulis ini, gue mahasiswa bisnis manajemen di institut teknologi, yang lingkungan sosialnya jelas teknik banget dan otak-otak mahasiswanya dipenuhi sama angka-angka dan rumus-rumus ilmu pasti.

    Setiap hari, gue liat ratusan anak fakultas teknik di ITB walau gedung SBM letaknya paling ujung di ITB, rata-rata dari mereka keliatan kayak orang pinter yang hobinya ngitung dan NIK di KTP-nya make angka biner saking pinternya. Apalagi kalo gue udah ke perpustakaan pusat ITB, dimana waktu baru masuk dan nengok kiri kanan aja pasti ada mahasiswa yang lagi duduk anteng dan ngerjain soal, kadang sendiri dan kadang rame-rame, lalu gue akan semakin banyak nemu yang semacam itu kalo gue menjelajah lebih jauh ke perpus, dari mulai lantai 1 sampai 4 pasti penuh sama anak-anak lagi belajar, apalagi sekitar jam 1-2an, dimana hampir semua bangku lantai 3-4 yang jadi tempat paling pewe di perpus ini penuh sama ratusan mahasiswa pintar yang lagi ngerjain soal. Ini beda banget sama kelakuan mahasiswa SBM, yang rata-rata datang ke perpus buat ngaso atau tidur sekalian, kayak yang lagi gue lakukan ini, nulis blog sambil pake headset, kagak ada ngitung-ngitungnya, palingan gue ngitung berapa sisa duit gue kalo 5rb nya gue pake buat beli martabak mini di sebrang gedung SBM yang enaknya bikin lupa diri itu. Gue sendiri sekarang lagi ada di sekeliling banyak mahasiswa fakultas teknik yang rata-rata lagi bahas soal bareng, bisa kimia, fisika, matematika, gamtek (gambar teknik), gamsin (gambar mesin) dan segala macem ilmu kepastian yang isinya angka-angka itu.

    Bayangin, gue tiap hari sampe tahun 2019 nanti ada di lingkungan kayak gini, dimana setiap hari gue dikelilingi ribuan mahasiswa teknik, di ITB pula, yang namanya aja jelas-jelas institut teknologi, gimana gak pengen gue jadi mahasiswa fakultas teknik? Kalo di sosiologi, hal kayak gini namanya kompulsi, salah satu jenis pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara menciptakan suasana atau kondisi tertentu supaya seseorang akhirnya bisa kembali ke norma yang sesuai di masyarakat. Gue juga gini kayaknya, suasana dan kondisi yang mendukung gue buat seenggaknya pengen jadi mahasiswa fakultas teknik.

    Sebenernya, gue nulis ini cuman karena gue gak ngerti lagi kenapa gue ini lama banget ngerti soal matematika atau segala yang ada hitungannya. Ini gara-gara beberapa hari lalu waktu gue lagi belajar matbis (matematika bisnis) dan statbis (statistika bisnis) buat UTS, gue beneran butuh waktu lama banget buat paham dan inget sama semua materinya. Matbis masih mending gue emang lumayan ngerti karena materinya pelajaran waktu SMA, beda sama statbis dimana waktu ngerjain soal UTS statbis kemaren, rasanya gue mau nangis aja sampe Bulan Ramadhan dan nulis permintaan maaf di akhir jawaban gue "Maaf Pak / Bu kertasnya basah dan asin" saking gue gak bisanya walau udah belajar sedemikian rupa. Ini beda sama Rara, pacar gue, yang entah udah nyicil belajar matbis dan statbis dari kapan hari, dimana gue liat dia kalo gabut pasti ngerjain soal matbis sama statbis. Gue bawaannya aja udah males kalo liat soal matbis atau statbis, kalau pun gak males, gue bingung harus diapain itu soal :(((((

    Aq hinaaaa, tukarkan saja daku dengan beras biar ramai.

    Mungkin salah satunya karena waktu SMA, gue adalah anak IPS yang senengggg banget bisa masuk IPS, walaupun waktu disuruh milih IPA atau IPS, gue sempet bingung karena gue gak sebenci itu sama pelajaran IPA, tapi pada akhirnya gue gak bisa ngebayangin gimana mampusnya gue kalo aja dulu gue milih jurusan IPA. Ayah gue sendiri dulunya kuliah di teknik mesin UGM terus pindah ke teknik elektro STT Telkom, dan ini menandakan kalo otak ayah gue gak nurun ke gue, dan kayaknya lebih nurun dari Ibu gue yang dulunya mahasiswa hukum di Lampung sana, yah walaupun gue gak minat masuk hukum juga sih. Karena emang dari SD, gue adalah salah satu anak yang butuh waktu lamaaaa banget buat bisa ngerti pembahasan soal matematika dan itu masih gue alami sampe sekarang, walaupun gue udah konsentrasi penuh pun, gue jarang banget bisa ngerti soal matbis ini dalam waktu yang cepet, kecuali kalo gue diajarin berdua sama temen gue, yang entah kenapa biasanya langsung bisa walau kadang 1 jam kemudian gue udah lupa temen gue ngajarin apaan tadi.

    Dan yang jadi alasan lain adalah, stereotip orang Indonesia soal mahasiswa fakultas teknik adalah keren dan masa depannya gilang-gumilang serta cerah membahana, ini adalah cara pandang orang Indonesia yang masih bertahan sampai sekarang karena waktu zaman Suharto dulu, beliau lebih ngutamain pembangunan negara dan itu jelas butuh insinyur yang banyak, jadi dulu semua orang tua berharap anaknya masuk fakultas teknik di kuliahan, karena keren dan (katanya) gajinya gede. Hal ini membuat fakultas lain rada kalah pamor dibanding teknik, ya kecuali fakultas kedokteran mungkin yang keliatan sama kerennya, tapi tetep keduanya dari jurusan IPA. Gue juga gak tau kenapa suka ngerasa kalo mahasiswa teknik itu emang keren banget, keliatan berkelas padahal aslinya sama aja kayak fakultas laen, ke perpus buat belajar tentu lebih keliatan intelek dan pintar daripada ke perpus malah ngeblog sambil pasang headset padahal besok UTS.

    Mamah dari cewek mana sih yang gak nyari cowok macam gituan~

    Gue sendiri akhir-akhir ini jadi suka ngebayangin kalo aja gue anak IPA di SMA dulu, gue bakal milih fakultas dan jurusan apa di ITB ini. Dulu, sebelum gue milih jurusan, Ayah gue sempet nyaranin gue buat masuk Teknik Industri sampe Ayah gue sadar kalo Teknik Industri gak bisa diisi sama anak IPS, jadi mungkin seandainya gue anak IPA, gue bakalan milih Teknik Penerbangan / Aeronautika, Teknik Mesin atau Teknik Industri karena, ya gak tau namanya juga berkhayal :(( Gue tiba-tiba pengen ke Teknik Mesin mungkin karena seneng sama slogannya mobil Audi yang dari Jerman itu, "Vorsprung durch Technik" yang artinya "Keunggulan melalui teknologi".

    Tapi lalu gue sadar kalo orang beda-beda, termasuk gue. Gue mungkin gak akan bisa ngerjain soal fisika dasar selancar para mahasiswa teknik, tapi mungkin mereka juga gak akan betah liat catatan pelajaran sejarah gue waktu kelas 11 yang katanya ampuh buat nyembuhin katarak itu, karena gue suka banget sama pelajaran sejarah waktu SMA. Jadi, intinya, semua orang punya zonanya tersendiri, ada yang pinter ilmu pasti, ada yang pinter antropologi, ada yang pinter memahami orang, ada yang pinter olahraga, dan ada juga yang pinter ninggalin waktu lagi sayang-sayangnya.

    Eh gini bukan sih cara mainnya?

    Yang penting, kita bisa bersyukur sama apa yang kita bisa, karena apa yang kita bisa ini belom tentu bisa orang lain lakukan. Kayak misal gue sama Rara. Mungkin Rara bisa aja seharian diem di kosan sambil ngerjain statbis sampe mampus dan gue gak bisa kayak gitu, tapi mungkin si Rara juga gak akan mau seharian di kamar sambil baca buku "Sejarah Tuhan"-nya Karen Armstrong terus keluar kamar dalam kondisi mulut berbusa-busa sementara gue mau-mau aja baca buku itu seharian walaupun emang gaya bahasanya Mbak Karen suka bikin otak gue kebalik. Yang penting lagi, kita tau diri, bisa memosisikan diri sesuai apa yang kita bisa. Jangan maksain apa yang nggak lu bisa supaya apa yang lu bisa ini dapat lu maksimalkan. Jangan sampe kalo lo suka banget sama sejarah, tapi malah gak mau belajar sejarah dan malah belajar matematika sampai mulut berbusa cuman karena Mamahnya gebetan lu mau punya mantu anak teknik. Don't lose yourself trying to impress someone.

    Asek gak tuh.

    Nggak ya :(

    Tapi sampai kapan pun, gue gak akan bisa masuk fakultas teknik dan kalau pun bisa, gue juga gak mau karena gue udah seneng di jurusan bisnis manajemen ini HEHEHEHE NAMANYA JUGA ANDAIKAN. Begitulah namanya juga mahasiswa labil dan laper.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Selamat datang di blog Hai Haykal ! yang merupakan pelopor tulisan tidak berguna sejak tahun 2011. Kami tidak bertanggung jawab atas gangguan mata, mual, muntah, kejang-kejang, dan ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya setelah membaca blog ini.

    Tentang Aq

    HAYKAL SATRIA PANJERAINO
    Seorang mahasiswa tingkat akhir yang senang menulis hal yang tidak ada gunanya dan sedang memulai bisnis baju olahraga. Sering random, pelupa, dan suka marah kalo lagi laper.

    Yang Udah Nyasar

    Semua Tulisan

    • ►  2018 (5)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (3)
    • ▼  2017 (11)
      • ▼  Oktober (1)
        • Pembangunan Infrastruktur di Pelosok Negeri Untuk ...
      • ►  Mei (1)
        • Liebe
      • ►  April (2)
        • Haminsatu Nalaswara
        • ITB Hari Minggu
      • ►  Maret (3)
        • Lika-Liku UTS Semester 2 : SHS
        • Lika-Liku UTS Semester 2 : TTKI
        • Als ik een ingenieursstudenten was
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2016 (44)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (30)
      • ►  April (3)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2015 (68)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (5)
      • ►  Agustus (6)
      • ►  Juli (3)
      • ►  Juni (27)
      • ►  Mei (8)
      • ►  April (8)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (7)
    • ►  2014 (36)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (8)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (2)
      • ►  Maret (4)
      • ►  Februari (4)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2013 (18)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juni (2)
      • ►  Mei (6)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2012 (46)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (4)
      • ►  Oktober (4)
      • ►  September (2)
      • ►  Agustus (4)
      • ►  Juli (7)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (5)
      • ►  Maret (5)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2011 (7)
      • ►  November (2)
      • ►  September (5)

    Kategori

    Ada Ilmunya Bodoh Cerpen Diriqu Fiksi Gak Jelas Galau Iseng Jejersian Keperluan Lomba Kisah Nyata Lagi Bener Lagu Galau Masa Kuliah Masa SMA Masa SMP Pembodohan Random Review Buku Sehari-Hari Sepak Bola Tantangan Menulis Random - Februari Tantangan Menulis Random - Juni Temen-Temen Terlalu Jujur Tulisan Pendek

    Paling Rame

    • Galauan Lagu : Adhitya Sofyan - Blue Sky Collapse
    • Debat Pramuka, Dan Lain-Lain
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pendaftaran)
    • Galauan Lagu : HiVi - Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi
    • Cowok Sunda-Cewek Jawa
    • Karena Kita Adalah Sahabat Bagi Diri Sendiri
    • Akhir Yang Indah di Bulan Juni
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pengumuman)
    • Galauan Lagu Secondhand Serenade - Awake
    • Hari Pertama Pake Kacamata

    Sosmed Aq

    • Google Plus
    • LinkedIn
    • Facebook
    • Twitter
    • Ask FM
    • Instagram
    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top