Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pengumuman)
Mei 21, 2013
Senin, 6 Mei 2013
Hari ini adalah hari pengumuman Tes Saringan Masuk (TSM) SMA Taruna Bakti. Yap, seminggu setelah test dilaksanakan, akhirnya kita semua bisa melihat siapa saja yang lolos test ini. Hari itu gue bangun rada siang, karena malam kemarin (sekitar jam 10 malam) gue baru aja sampai rumah setelah menjalani perjalanan 8 jam yang melelahkan setelah 2 hari menggila (baca: karyawisata atau piknik) dengan teman sekolah gue di Pangandaran. Dan begitu bangun, gue pun Shalat Duha dulu baru Ibu gue menyuruh gue untuk cari kerja menyalakan laptop.
Awalnya gue kira Ibu gue meminta gue untuk menyalakan laptop karena Ibu gue ingin menamatkan game Minesweeper yang secara logika mustahil untuk ditaklukan, atau malah Ibu gue ingin coba-coba main Surgeon Simulator, mengerikan memang. Tapi setelah gue selesai Shalat gue tidak mendengar suara gerak-gerik ambulans di game Surgeon Simulator. Ya, perkiraan gue salah besar. Dan gue juga baru sadar bahwa Ibu gue bukan Gamer, bahkan gue pun bukan gamer. Yah, begitulah.
Dan setelah gue lihat, ternyata Ibu gue sedang membuka situs Taruna Bakti, dan tepatnya sedang melihat Pengumuman Tes Saringan Masuk SMA Taruna Bakti (jika ingin lihat klik disini).
Beginilah Penampilannya Sekarang. |
Gue pun saat itu bertanya ke Ibu gue "Mah, aku keterima gak?" Ibu gue pun jawab "Enggak Kal, kamu gak ada di tabel. Kamu gak keterima, gak apa-apalah Kal. Yang penting sudah berusaha" Gue pun sebagai warga negara yang baik menjawab "Iya, Mah. Saya ikhlas jika itu dilakukan demi kepentingan negara. Saya ikhlas, Mah. Allahu Akbar!!" Eh, malah ngawur ya? Begitulah deh, pada intinya gue gak keterima. Gue pun merasa wajar gak keterima disini, karena saat test gue melakukan hal yang cukup gila dan bodoh (perlu keterangan? Baca dulu kisah Testing Hari Pertama dan Testing Hari Kedua), harapan gue mulai hilang, dan gue masih tetap jomblo. Oke, karena gue gak keterima, mungkin sekian dulu ki.... Eh sebentar dulu, ada kejutan ternyata!! Mari kita lanjut ceritanya.
Setelah melihat daftar nama yang keterima, Ibu gue pun scroll lagi ke bawah, dan menemukan daftar tunggu. Ada 2 tabel disana, ada tabel untuk siswa SMP Taruna Bakti, dan yang 1 lagi tabel untuk siswa SMP non-Taruna Bakti. Dan secara mengejutkan, ada nama gue disana (tentu yang di SMP non-Taruna Bakti). Entah apa yang gue rasakan saat melihat itu, senang, panik, bersyukur dan ganteng. Walaupun saat itu gue berada di urutan 5 terbawah, gue tetep besyukur dan heran karena masih diberi kesempatan bersekolah disini setelah saat test sempat panik sampai 3 kali. Tapi, karena masih sedikit bingung, maka Ibu gue pun secara sigap langsung menghubungi 14045 SMA Taruna Bakti. Setelah sepertinya mendapatkan penjelasan yang cukup mendalam, akhirnya Ibu gue tau apa itu daftar tunggu. Daftar tunggu ini berbeda dengan yang ada di tempat praktek dokter, tidak ada kursi dan tidak ada jarum suntik yang menyeramkan, yang hanya ada tabel dengan nama siswa SMP dan juga nomor pesertanya. Siswa yang berada dalam daftar tunggu akan dipanggil kembali secara otomatis sesuai urutan dia di daftar tunggu itu, tergantung dari berapa banyak siswa yang tidak daftar ulang alias mengundurkan diri. Masih bingung? Oke. Jadi gini, siswa yang langsung keterima diwajibkan daftar ulang hari itu juga atau besoknya. Dan bila dia tidak daftar ulang, dia dianggap gugur dan tidak bisa bersekolah di SMA Taruna Bakti. Sedangkan tempatnya yang kosong itu akan diisi oleh siswa yang ada di daftar tunggu. Sudah mengerti? Bagus.
Nama gue yang di nomor 28. |
Pengumuman siswa yang keterima lewat jalur Daftar Tunggu akan diumumkan hari Senin, 13 Mei 2013. Itu berarti Senin depan. Tuhan masih memberikan gue (dan siswa lainnya) untuk berdoa lebih giat lagi, setidaknya sampai Seminggu ke depan, dan tetap berharap bisa keterima di sekolah ini. Dan setelah gue perhitungkan, gue bisa keterima di SMA Taruna Bakti jika ada sekitar 50 siswa yang tidak daftar ulang alias mengundurkan diri. Membayangkannya saja sudah menyeramkan, tapi semua bisa saja terjadi. Oke, mari lanjutkan ceritanya.
Senin, 13 Mei 2013
Hari ini adalah hari besar bagi sebagian orang, termasuk gue. Mungkin hari ini ada orang yang punya pacar baru (sementar gue disini masih menjomblo *nyari shower*), mungkin ada yang baru dapat uang 5 juta yang entah datang dari mana, atau mungkin senang karena dia masih selamat setelah terjun dari lantai 8 sebuah gedung. Sementara gue menganggap hari ini adalah hari besar karena, hari ini adalah Pengumuman Siswa Daftar Tunggu yang Diterima di SMA Taruna Bakti. Ya, setelah diberi kesempatan 1 Minggu untuk berdoa lebih giat lagi, hari ini gue akan melihat hasilnya. Oke, mari kita saling rangkul seperti yang biasa dilakukan pemain sepak bola saat adu penalti, agar suasana saat kalian membaca ini pun lebih syahdu dan dramatis. Mari kita mulai.
Begitu bangun, Ibu gue menyuruh gue untuk langsung cek website Taruna Bakti, untuk liat pengumuman test, tentu. Tapi karena gue malas nyalain laptop #MaklumJomblo, maka dari itu gue langsung menyalakan modem WiFi di rumah gue dan seketika langsung mengaktifkan WiFi di HP gue. Hal yang gue lakukan tentunya jauh lebih simpel dan akan terasa menyenangkan jika dilakukan di pagi hari. Setelah HP gue tersambung dengan WiFi, gue pun langsung menuju situs Taruna Bakti dan fokus ke SMA Taruna Bakti, lalu melihat bahwa pengumuman itu sudah dipublikasikan sejak 3 hari yang lalu, aneh. Jika ingin melihat pengumumannya, kalian bisa klik disini
Beginilah, pengumumannya ada di paling bawah. |
Seketika gue klik artikel itu, lalu fokus melihati nama yang ada di tabel itu satu persatu. Tabel pertama berisi siswa yang diterima dari SMP Taruna Bakti. Dari 30 orang, hanya 29 orang yang keterima dari SMP Taruna Bakti. Setelah itu, gue langsung melihat siswa Daftar Tunggu yang bukan berasal dari SMP Taruna Bakti. Disinilah gue mulai deg-degan, fokus, galau, kutilan, panuan dan seakan melupakan kejombloan gue yang sudah lama melekat. Saat gue sedang fokus mengamati nama yang ada di tabel itu satu-persatu. Tiba-tiba gue dikejutkan karena seketika saja wajah Om Sutan Bhatoegana muncul di layar HP gue, mengerikan, tapi ganteng. Eh, tentu bukan. Gue sangat terkejut saat itu karena....
Nama gue ada di tabel itu!! Ya, itu artinya gue keterima di SMA Taruna Bakti. Alhamdulillah, gue sangat bersyukur atas ini. Oiya, dari 32 orang yang ada di Daftar Tunggu siswa yang bukan dari SMP Taruna Bakti, ada 29 orang yang keterima. Itu berarti hanya ada 8 orang yang tidak diterima, 5 dari SMP Taruna Bakti dan 3 lainnya yang bukan dari SMP Taruna Bakti. Itu artinya ada 54 orang yang tidak daftar ulang alias gugur atau mengundurkan diri, banyak sekali. Dan walaupun gue berada di urutan 2 terbawah, gue masih bersyukur, setidaknya doa gue selama seminggu kebelakang telah dijawab dengan indah.
Daftar Siswa keterima yang bukan dari SMP Taruna Bakti. |
Mungkin pengumuman yang diatas sedikit tidak jelas. Oke, ini daftar yang lebih jelasnya lagi.
Lebih jelasnya lagi. Gue masih tetap di nomor 28. |
Setelah itu gue menunjukkan hal ini ke Ibu gue, seketika Ibu gue pun berkata Alhamdullilah, sangat bersyukur. Lalu Ibu gue pun menyalakan laptop untuk melihat pengumuman ini (karena layar HP gue kecil). Setelah melihat dan memastikan kembali bahwa nama gue masih ada (yaiyalah masa ilang begitu saja). Dan setelah dilhat lagi, peserta yang diterima wajib melakukan daftar ulang hari itu juga (Senin, 13 Mei 2013) atau besoknya (Selasa, 14 Mei 2013) dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang, siswa juga wajib hadir saat daftar ulang. Tapi karena hari itu tidak akan sempat, maka gue akan daftar ulang besok.
Selasa, 14 Mei 2013
Gue berangkat dengan Ibu gue sekitar jam 7.45 pagi, sedangkan daftar ulang itu sendiri dimulai dari Senin kemarin sama Selasa dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. Dan melihat gue yang berangkat jam segini, bisa dipastikan bahwa gue akan menjadi siswa pertama yang daftar ulang pada hari itu, menyenangkan sekali. Tidak terlalu penting memang, tidak usah kalian pikirkan.
Akhirnya gue dan Ibu gue sampai di Taruna Bakti jam 8 tepat, lalu tanpa ampun langsung naik ke lantai 3 dengan renyahnya (tidak, tidak ada elang disini. Gue masih pakai tangga). Setelah sampai di lantai 3, gue dan Ibu gue akhirnya menemukan ruang daftar ulang setelah sebelumnya sempat menanyakan ke sekumpulan Kakak kelas yang juga sedikit kebingungan, entah mereka kehilangan konsentrasi begitu melihat wajah rupawan gue *muntah darah*. Ruang daftar ulang berada tidak jauh dari kelas X-8, kelas gue saat ditest dulu. Saat gue masuk, ternyata kondisinya masih.sangat.sepi, gue menjadi siswa pertama yang daftar ulang pada hari itu, maka dari itu gue pun diberi penghargaan yang diakui oleh Lembaga Jomblo Indonesia *diarak keliling kota*.
Di ruangan itu hanya terdapat 2 guru dan beberapa petugas lainnya. Gue dan Ibu gue pun masuk. Setelah gue dan Ibu gue duduk, guru itu pun menanyakan nama gue, gue kira setiap siswa yang keterima Twitternya akan difollow oleh akun Taruna Bakti. Tapi gue salah, ternyata mereka menanyakan nama untuk memastikan bahwa gue memang diterima. Setelah menemukan nama gue, Ibu guru tadi (yang diketahui bernama Bu Erni, guru Geografi) dan Ibu gue mulai membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, bahkan diantaranya tidak gue mengerti, mulai dari masalah buku, seragam, pembayaran dan berbagai macam hal lainnya. Sungguh tidak menarik untuk didengar.
Mungkin karena melihat wajah gue yang kebingungan mendengar pembicaraan Ibu-Ibu soal sekolah, maka 1 guru lagi mengajak gue untuk mencoba seragam. Dan ruang untuk mencoba seragam ada di sebelah ruang daftar ulang. Di ruang itu gue ditemani 1 Bapak guru dan 2 orang petugas. Gue mulai dengan mencoba seragam putih, dilanjutkan dengan mencoba rompi atau apapun itu namanya, berlanjut lagi ke baju olahraga, dan diakhiri dengan ganteng saat mencoba sepatu. Lalu semua itu selesai begitu saja, bagaikan ikan yang diterjang ombak di kejauhan malam yang begitu dingin dan mencekam. Mengerikan sekali, aku harap aku tidak bertemu Justin Bieber di persimpangan jalan, atau masa depanku akan dihabiskan dengan dipenuhi rasa cemas, entah kenapa.
Begitulah, setelah selesai dengan urusan seragam, gue kembali ke Ibu gue di ruang sebelah. Dan Ibu gue tampaknya sedang membicarakan tentang buku dan seragam hasil percobaan tadi. Setelah itu Ibu gue hampir selesai berurusan dengan Bu Erni. Dan saat mereka sedang membicarakan tentang pembayaran (atau apapun itu namanya yang berurusan dengan uang), Bu Erni bilang bahwa uang pembangunan, SPP, DPS, TBC, ACM atau apapun itu sebutannya harus dibayar lewat salah 1 bank, yaitu OC*BC NI*SP. Karena Ibu gue belum punya rekening bank tersebut, maka Ibu gue harus membuka rekening di Bank tersebut, hari ini juga. Bu Erni pun memberitahukan kepada gue bahwa Bank OC*BC terdekat lokasinya berada tidak jauh dari Taruna Bakti, bahkan bisa dicapai dengan jalan kaki. Setelah Bu Erni memberikan peta singkat (coretan pulpen) dan juga surat pembayaran yang rumit nan membingungkan. Gue dan Ibu gue pun keluar dari ruang Daftar Ulang. Oh iya, sebelum keluar, Bu Erni sempat kasih stiker mobil bertuliskan "SMA Taruna Bakti" yang akhirnya gue pasang di mobil gue.
Keadaan stiker sebelum ternodai (baca: dipasang di mobil) |
Setelah itu gue dan Ibu gue pun keluar dari gedung Taruna Bakti dan memulai perjalanan ke Bank OC*BC NI*SP, tentu dengan berjalan kaki, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Setelah sekitar 15 menit berjalan, akhirnya gue dan Ibu gue menemukan letak Bank tersebut, walaupun sempat bingung karena jalannya sedikit memutar. Gue dan Ibu gue masuk, ambil nomor antrian lalu duduk dengan manisnya di kursi tunggu. Beberapa saat kemudian nomor antrian gue pun dipanggil, gue dan Ibu gue dengan sigap langsung berhadapan dengan Petugas.Bank.Yang.Bertugas.Membuat.Rekening. Ibu gue pun mulai berbicara dengan niatan membuka rekening di Bank itu atas dasar SMA Taruna Bakti (yang memang sudah bekerja sama dengan Bank ini), lalu mereka pun mulai membicarakan hal yang gue tidak mengerti.
Lalu di sebelah meja tempat Ibu gue buka rekening, duduklah seorang Bapak dan Anaknya yang tampaknya akan buka rekening juga. Awalnya gue biasa aja, sampai mereka mengatakan "Angkat tangan semuanya? Saya perwakilan Analis Jomblo Nusantara, akan memeriksa kalian semua apakah ada yang jomblo atau tidak. Allahu Akbar!!". Eh maaf jadi ngawur gini, maklum jomblo. Bapak itu berkata ke Ibu gue "Anaknya daftar di Taruna Bakti juga, Bu?" mungkin dia menanyakan hal tersebut karena melihat gue yang pakai seragam sekolah. Ibu gue pun jawab "Iya, Pak. Anak Bapak juga daftar di Taruna Bakti ya?" dan inilah yang memulai perbincangan antar orang tua ini. Anak si Bapak tadi diketahui bernama Radityo Wahyu. Yang pertama kali liat pasti mengira bahwa dia Chinese, karena tinggi, putih dan telihat sedikit sipit. Padahal bukan, telah dijelaskan bahwa anak yang dipanggil Adit ini adalah cowo keturunan Jawa-Sunda, sama seperti gue, dan juga menjadi siswa Daftar Tunggu yang keterima di SMA Taruna Bakti. Setelah beberapa menit berbincang, Adit dan Bapaknya pun telah selesai dengan urusan rekening dan berpamitan ke gue dan Ibu gue. Dan gue pun masih harus menunggu lebih lama untuk soal rekening.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Ibu gue resmi memiliki rekening di Bank OC*BC NI*SP yang sepenuhnya akan digunakan untuk bayar sekolah gue selama di SMA Taruna Bakti. Lalu Ayah gue mentransfer ke rekening itu untuk uang pembangunan dan yang lainnya (yang harus dibayar hari ini juga) dan menjalani proses beberapa menit lagi, dan akhirnya persoalan rekening selesai, dan gue harus kembali lagi ke Taruna Bakti, lalu dapat pulang dengan ganteng, tapi masih tetep jomblo. Setelah sampai di Taruna Bakti (lagi) gue dan Ibu gue pun langsung ke lantai 3, lebih tepatnya menuju ruang Daftar Ulang, yang tampaknya sudah ada beberapa siswa yang daftar ulang. Ibu gue hanya sebentar disana, karena hanya mengurus masalah pembayaran. Beberapa menit kemudian, Ibu gue selesai dengan urusan Daftar Ulang dan gue secara resmi dapat bersekolah di SMA Taruna Bakti. Alhamdulillah, begitu menyenangkan. Setelah itu gue keluar dari gedung Taruna Bakti dengan perasaan bahagia. Lalu pulang ke rumah dengan taksi.
Entah apa yang gue rasakan saat berada di rumah. Karena begitu senangnya bisa bersekolah di SMA Taruna Bakti selama 3 tahun ke depan, meski awalnya sempat pesimis, putus asa dan hilang harapan. Tapi dengan doa dan keyakinan, apapun bisa terjadi. Oh iya, gue juga mau berterima kasih untuk semua yang mendukung gue. Dari orang tua gue yang sudah menanggung biaya sekolah di SMA Taruna Bakti, Rudi yang memberikan semangat lewat Twitter, Fawwaz dan Gemila yang memberikan dukungan secara langsung dan semua teman yang lainnya. Termasuk juga Dhafin yang bilang kalo ikut test di SMA Taruna Bakti itu sama dengan cari mati, dan kali ini gue membuktikan bahwa dengan ikut test disini kita tidak akan mati, kecuali kalo kita terjun dari lantai 4. Terima kasih juga kepada teman yang bilang bahwa daftar di Taruna Bakti adalah pilihan bodoh, karena nem gue bisa dibilang lumayan untuk daftar ke Negeri, minimal ke SMAN 11 Bandung yang memang bagus. Pokoknya terima kasih untuk semua orang yang support gue, terutama teman gue di SMPN 43 Bandung. Terima kasih juga atas 3 tahun kebersamaan kita, semoga bisa bertemu lagi di lain waktu.
Dan gue sadar. Setelah keterima disini, gue harus lebih baik lagi dari sebelumnya. Gue harus membuktikan kalo gue bisa keterima disini bukan hanya keberuntungan belaka, tapi karena sebuah perjuangan. Gue harus yakin bahwa di SMA ini gue bisa berubah dan bisa sukses di masa mendatang, amin.
Sekali lagi, terima kasih sudah membaca kisah Trilogi gue di SMA Taruna Bakti itu. Maaf bila ada salah kata ataupun ada yang tersinggung, saya mohon maaf. Sampai bertemu di tulisan saya yang lain. Wassalam :D
4 komentar
kereen kal..
BalasHapusYang diterima sma tarbak berapa oranb sih kak??
BalasHapusWah kurang tau saya yang tahun ini mah hehehe, kalo angkatan saya sih kira-kira 250-280 orang kalo gak salah
HapusKok masuk sma aja sampe tes kaya masuk PNS aja yaa 😁
BalasHapus