Nilai UN Sudah Dibagikan, Lalu Setelah Ini Apa?

Juni 08, 2013

Tanggal 1 Juni lalu, semua siswa SMP di seluruh Indonesia dibagikan hasil UN dan kelulusannya. Ada sekolah yang membagikan nilai ini lewat pos (diantar ke rumah masing-masing, seperti di Bandung), lewat website sekolah mungkin, lewat papan pengumuman di sekolah masing-masing dan lewat hati nurani. Oke, yang terakhir itu tidak termasuk. Ya, di hari itu Indonesia dipastikan akan memiliki berbagai macam ekspresi, dan tentu kebanyakan yang berpartisipasinya adalah siswa SMP. Ada siswa yang senang karena dia lulus dan nilainya tinggi, ada yang sedih karena gak lulus atau lulus tapi nilainya kecil, dan ada juga siswa yang seneng apa adanya, maksudnya dia tetep seneng walaupun nilainya kecil, yang penting lulus. Bahkan ada kemungkinan siswa seperti ini langsung sujud syukur di tempat saat mengetahui dia lulus dengan nilai 21.95 (misalnya). Sungguh warga negara yang baik sekali.

Oh iya, nem gue Alhamdulillah bisa dibilang lumayan diantara temen-temen gue, yaitu 33.40. Gue pun menjadi yang tertinggi ke 2, walaupun hanya di kelas 98, dibawah Fawwaz yang nemnya 33.45, hanya unggul 0.5 dari nem gue. Tapi gue pun sedikit sedih karena nem temen-temen gue banyak yang bisa dibilang kecil. Bahkan di kelas 98, siswa yang nemnya diatas 30 tidak terlalu banyak, sekitar 10 orang mungkin. Dan di sekolah gue SMPN 43 Bandung nem tertingginya 36.2 dan nilai terendahnya 17 koma sekian sekian. Tapi saat sekolah gue sedikit berduka karena sedang mengalami krisis nem, tiba-tiba terdengar kabar baik bahwa peringkat sekolah gue naik. Yang asalnya 34 menjadi 26 kalo tidak salah. Gue bahkan tidak tau cara merayakan kenaikan peringkat ini, antara senang atau sedih. Sedih karena banyak temen gue yang nemnya kecil dan senang karena peringkat sekolah gue naik, yang berarti di sekolah lain nem nya pada kecil semua. Sulit untuk dibayangkan memang.

Seperti yang gue bilang, bukan hanya sekolah gue yang mengalami krisis nem. Kebanyak sekolah kluster 2 kebawah mengalami hal serupa, bahkan ada sekolah Kluster 1 yang beberapa murid nya mendapatkan nem kecil. Yang gue denger, rata-rata nem SMP di Kota Bandung menurun drastis sampai 27, mengerikan. Bahkan SMP Kluster 1 seperti SMP 13 pun rata-rata nemnya hanya 31, kalo gak salah, tapi pastinya tetap ada siswa yang nemnya diatas 37. Dan di SMP Kluster 1 lainnya seperti SMP 5, SMP 2, SMP 7 dan yang lainnya, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai nem yang tidak manusiawi, seperti 37 atau bahkan 38. Bahkan gue sempat berpikir bahwa siswa yang mendapatkan nem segitu pasti bukan berasal dari kaum manusia, pasti mereka mahluk asing yang tidak diketahui dan ingin membuat peradaban baru di muka bumi. Bakar!! Bakar!! *gak nyante. Dan bagaimana nasib temen gue di SMP lain? Hasilnya beragam. Alvin, temen SD gue yang ada di SMP 5 nemnya dikabarkan 35.95, Wanda temen SD gue yang sekarang di SMP 13 dikabarkan nemnya sangat tidak manusiawi, yaitu 37 koma sekian sekian. Begitu pula dengan Dea temen TK (ya, TK) gue, dikabarkan nemnya 35 koma sekian sekian, lumayan sih.

Penurunan nilai nem siswa SMP di Kota Bandung ini pastinya berdampak juga pada PG (Passing Grade) semua SMA Negeri di Kota Bandung. Diprediksikan PG semua SMA Negeri di Kota Bandung pun menurun drastis (ya, termasuk SMA 3 dan SMA 8). Melihat hal ini, gue pun berharap PG SMA 3 dan SMA 8 turun setidaknya sampai 30, amin. Ah oke, hal itu tidak logis dan tidak realistis, mengingat tahun kemaren PG SMA 8 sangat tidak manusiawi, yaitu 38.2 dan PG SMA 3 lebih tidak manusiawi lagi, yaitu 39.1. Perkiraan gue kedua SMA ternama di Bandung itu paling tidak PG nya turun sampai 36 atau paling tidak 35.8 untuk SMA 8 dan 37 untuk SMA 3, tidak terlalu drastis sih.

Masalah kedua pun muncul. Sekarang, kita akan pakai nilai ini untuk apa? Apakah akan dipakai untuk mencukur bulu dada Bang Haji Rhoma Irama atau setidaknya akan dipakai untuk membuat sebongkah mainan robot-robotan menjadi hidup dan membiarkan dia menjadi predator jahat? Tentu tidak, hei, aku masih normal. Yah, setidaknya aku akan membiarkan nilai itu terkenang selama 1 bulan sebelum gue memakainya untuk pendaftaran ke SMA, walaupun gue sudah diterima di SMA Taruna Bakti.
Mungkin masalah muncul lagi sekarang. Jarak antara pembagian nilai dengan jadwal pendaftaran ke SMA berjerak 1 bulan, jadi kita diharuskan libur selama 1 bulan penuh (atau lebih) dan diharapkan terus berusaha untuk melepaskan ketergantungan kita terhadap buku latihan soal yang telah menemani kita selama 4 bulan kebelakang. Mungkin bagi sebagian orang, libur selama 1 bulan lebih adalah hal yang sangat menyenangkan dan pasti dia berharap Pemerintah menambah jadwal liburan. Begitu juga dengan orang yang tinggal di belahan bumi Utara dan Selatan, mereka pastinya terbiasa liburan Musim Panas selama 3 bulan. Tapi bagi gue, libur 1 bulan itu benar-benar tidak menyenangkan, kecuali dipakai untuk hal-hal yang memang menyenangkan. Biasanya saat liburan orang Indonesia (termasuk gue kadang) hanya tidur-tiduran, malas-malasan atau mungkin sekedar mengecek apakah Richard Branson sudah membalas mention Twitter kita. Tapi terkadang untuk bermalas-malasan saja rasanya malas sekali. Akan lebih menyenangkan bagi gue saat liburan untuk sesekali futsal sama temen gue atau sekedar mencari jodoh untuk pelipur lara dan untuk melepas rindu di hati yang semakin tak terelakkan lagi #Tsaah.

Sekian dulu dari gue, terima kasih sudah membaca, semoga sukses selalu!! Wassalam :D

You Might Also Like

0 komentar