Modus Saat Ulangan Bahasa Sunda
Juli 19, 2012
Uhuk, hari ini Senin 7 Mei 2012 gue bisa dikatakan berhasil melakukan modus dengan cara ketidaksengajaan. Lha, kenapa dikatakan ketidaksengajaan kal? Ya, karena gue berhasil melakukan modus karena factor tempat duduk. Ya tempat duduk, bukan tempat mandi, bukan tempat dimana burung hantu bernyanyi (emang burung hantu bisa nyanyi?) bukan juga tempat The Muppets tampil. Tapi, tempat duduk.
Ekhem, gini nih. Hari itu, ternyata ada kabar kutu kumpret yang datang ke kelas. Bahwa hari itu bakal diadakan ULANGAN HARIAN BAHASA SUNDA *jeng jeng jeng jeng* *nari tor-tor di atas meja guru sampe keluar busa dari mulut* (suasana di tempat angker yang mempunyai fasilitas tempat spa khusus ikan koi dan arena mandi bola) Ya, hari itu ada ulangan Bahasa Sunda, dan otomatis sekelas pun panic. Padahal pengumuman ulangan ini sebenarnya udah diumukan dari Seminggu yang lalu, heheh parah ya kelas gue? Siapa dulu dong Ketua Kelas nya *berpose ala kadal dimakan lumba-lumba*.
Ya, dan saat Bu Imas (Guru Bahasa Sunda kelas gue) datang. Dia langsung bilang bahwa duduknya kali ini harus laki-perempuan. Bukan laki-cowo, bukan perempuan-cewe, bukan cowo-perempuan, bukan juga laki-cewe. Tapi laki-perempuan. Setelah itu, Bu Imas ngomong lagi make Bahasa Sunda (Gue terjemahin ke B.Indonesia aja bisi pada gak ngerti) “Sok kalian semua duduknya tukeran sama meja yang ada di sebelah kalian. Sok mulai sekarang”. Dikelas gue kalo misalnya sebangku anak cowo. Disebelah, didepan dan dibelakangnya harus bangku yang anak cewe. Begitupun sebaliknya. Dan gue duduk sama Hikam, didepan gue Wineu dan Nunik. Dibelakang Farel dan Abdul (Karena dulu mereka duduk paling depan dan gue paling belakang) dan disebelah kanan ada Putri dan Mega. Lalu disebelah kiri gue ada, Annisa dan Yara.
Berhubung barisan gue dulu ada di ujung kanan, jadi otomatis gue harus sebangku sama salah satu bangku yang ada di kiri gue, yaitu antara Yara dan Annisa. Dan menurut factor posisi duduk (di kanan atau di kiri) ternyata, gue harus duduk sama si Yara. Arrghh!! Dan gue yakin ya, saat mengetahui gue harus sebangku sama Yara, semua anak 88 ngomong dalam hati “Ah si Haykal mah, ngomongnya aja gamau duduk sama Yara. Tapi dalam hatinya mah udah berbunga-bunga. Sampe bunga bangke pun ada didalem sono” Ah kampret.
Dan untuk diketahui aja, gue emang beneran suka sama si Yara. Tapi, kenapa gue rada males duduk sama dia? Bukan karena gue bakal grogi setengah hidup lalu dikertas ulangan gue hanya menulis semua nama warga di RT sekitar rumah gue. Bukan, gue rada males karena pasti gue bakal diciee-cieein. Apapun yang terjadi, pasti kalo gue udah ada yang berkaitan dengan Yara, pasti diciee-cieein. Hidup gue memang freak. Tapi, yaudah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kenapa Untung tidak dapat diraih? Karena Pak Untung merupakan Bapak dari temen gue, Rezky. Masa gue ngaku-ngaku jadi anak Bapaknya Rezky? Nanti gue dijadiin tutug oncom siap haji dong sama si Rezky. Dan kenapa Malang tak dapat ditolak? Karena gue tinggal di Bandung, jadi gue terima aja kalo ada yang ngajak gratis ke kota Malang, lumayan lah hemat-hemat ongkos. Eeh maaf jadi ngelantur.
Yah, begitulah, gue naik elang jalan ke bangkunya Yara. Dan selama perjalanan yang sebenarnya hanya memakan waktu beberapa detik ini. Bagi gue serasa perjalanan ini terasa sejauh, yang bahkan bila burung tercepat sepanjang sejarah terbang selama 1000 tahun juga belum nyampe. Setelah Bu Imas menbacakan soal dan kami harus menjawabnya langsung di kertas ulangan. Saking groginya, gue gak kepikiran buat nyontek. Malah, pas soal nomer 6, si Yara nanya ke gue dengan nada pelan “Eh kal, nomer 6 apaan?” Gue pun, dengan gaya Panda bergaya Swahili hanya bisa diam saja sambil memperlihatkan kertas ulangan gue ke arah dia. Dan dia menyontek dengan riang gembira. Selain ke gue, si Yara juga nyontek ke Tsabit dan Nunik. Lha gue, nyontek aja kagak kepikiran, saking groginya duduk sama kecengan, hehehe.
Dan pada saat pemeriksaan jawaban, dia kadang berkata dengan nada yang sangat indah #ekhem. Gini “Haykal aku bener gak nomer 1?” Gue jawab “Gak tau atuh nanti saya tanya dulu” Dan sebelum gue bertanya ke guru, dia langsung bilang “Kal, yang nomer 1 aku mah bener tau!!” *nada gak nyante*. Yah, sesudah penilaian tadi. Ternyata si Yara ini dapet nilai 8, weisszz Dan gue dapet nilai, 6 -___- saking groginya gue sampe gak bisa konsen buat nentuin jawaban yang bener.
Yah, puncak modus ini terjadi saat Bu Imas menanyakan nilainya. Dan harus temen sebangkunya yang ngomong. Dan seperti yang sudah gue kira, pada saat nama gue dipanggil “Haykal berapa nilainya?” Dan karena Yara yang harus bilang, si Yara pun bilang dengan suara lantang “ENAM Bu!!” -___- Setelah itu, maka terdengar kata “Ciee-cieee” yang sangat keras dari seluruh siswa 88. Kampret dasar, dan tidak disangka Bu Imas pun ikut-ikutan dan bilang “Oh Haykal teh ada hubungan ya sama Yara?” Dan seketika sekelas pun berteriak “Iya bu iya, betul banget bu. Maknyus deh bu, super sekali bu. Super!!” Maka, gue dan Yara pun berteriak bersamaan ”Engga bu engga bu, bohong itu bu. Sumpah enggak bu. Silahkan tivi 2 jendelanya dibeli bu”. Eeh, yang terakhir itu engga deng. Dan setelah teriakan super kampret dari seluruh kelas tersebut, Bu Imas melanjutkan menanyakan nilai.
Dan, pada saat giliran Yara (Yang absen terakhir) yang ditanya dinilainya. Gue pun langsung menjawab dengan suara seperti lumba-lumba minta dikawinin sama burung merak ”DELAPAN Bu!!” Dan, seketika itu juga teriakan kampret kembali dikumandangkan di seluruh kelas ”Ciee-cieee!!” Dan gue pun hanya bisa pasrah dan kayang sambil atraksi singa kayang (lho?). Tapi, untungnya yang kedua itu hanya terjadi sebentar, gak selama dan gak sepanjang yang pertama. Yah, setelah itu. Gue kembali ke tempat duduk semula, yaitu sama Hikam. Yaudah, setelah itu semua berjalan seperti biasa. Belajar-mikirin-elang-kesayangan-gue-lalu-galau-dan-udah. Ekhem, mungkin hanya itulah modus ketidak sengajaan yang bisa gue lakukan di hari itu. Dan sejujurnya, hari itu gue seneng karena bisa duduk sama Yara (Seumur hidup gue baru bisa 5 kali duduk sebelahan sama dia) hari itu juga gue kesel karena sekelas telah meneriakan gue dengan teriakan ”Ciee-ciee” nya yang menurut gue menjadi teriakan kampret di kelas 88. Dan gue sedih karena ternyata KKM pelajaran B. Sunda itu 69 dan gue dapet 60. Jadi gue harus di remed, what the hell -____- *showeran di bawah air terjun Niagara*.
Gue juga sekarang gak tau harus cerita apalagi, karena hari itu yang gue inget. Ya cuman itu, yaudah deh ya. Apapun modus yang kau lakukan, baik sengaja ataupun tidak sengaja, tetaplah bersyukur karena banyak orang lain yang tidak bisa melakukan modus kepada pacar/kecengannya secara langsung (Baca: LDR). Terima kasih telah membaca kisah modus gue ini, Wassalam
0 komentar