Kehilangan HP
Januari 18, 2013
Hari ini, temanku, Fiqri sedang dilanda masalah. Memang sih, ini bukan masalah yang terlalu besar. Tapi masalah ini telah membuat temanku menjadi panik.
Ya, Fiqri kehilangan HP nya, tapi dia beruntung bahwa HP nya itu hilang di kelas. Kami berdua pun gak tau gimana prosesnya sampai tiba-tiba HP Fiqri hilang tanpa jejak. Semua ini bermula saat kami sedang mengerjakan soal matematika yang tadi diberikan oleh guru kami. Beberapa menit kemudian bel tanda istirahat pun berbunyi, kami berdua pun memilih untuk diam di kelas dan akan mengerjakan beberapa soal lagi yang baru diberikan guru kami. Karena guru kami sudah meninggalkan kelas (dan juga sudah waktunya istirahat), maka Fiqri pun mengeluarkan HP nya dan menyuruhku menyetel sebuah lagu, untuk menenangkan diri (walaupun sebagian orang menjadi tidak konsentrasi apabila mengerjakan sesuatu sambil mendengarkan lagu). Dan aku menaruhnya di tengah meja.
Dan ketika kami sudah selesai mengerjakan soal, hal aneh (tidak terlalu aneh, sih) terjadi. Lagu yang kami dengar menghilang, begitu juga dengan HP Fiqri, hilang dari meja. Fiqri dan aku pun mulai panik, mulai bertanya-tanya satu sama lain mengapa HP ini bisa hilang di hadapan kami berdua, padahal tadi tidak ada siapa-siapa yang datang ke meja kami. Apakah aku dan Fiqri terlalu serius mengerjakan soal? Sampai-sampai lagu pun tenggelam dalam keseriusan kamu? Kami tidak tau. Dan aku pun heran, kalau ada yang jail, siapakah orang jail itu? Kami merasa tidak ad seorang pun yang datang ke meja kami saat kami mengerjakan soal tadi.
Maka dari itu, kami pun yakin bahwa HP itu mungkin terjatuh ke dalam tas. Fiqri awalnya sangat yakin bahwa HP itu terjatuh ke tas Billy, atau tas dia sendiri. Tapi setelah kedua tas itu dibongkar, HP Fiqri masih juga belum ditemukan. Dan karena itulah Fiqri mulai menyalahkanku.
“Ah, kal. Gara-gara kamu sih, jadi kan HP aku ilang. Udah mah Minggu lalu SD Card (kartu memori HP) aku ilang. Sekarang malah ilang HP nya.” kata Fiqri
“Alah lebay, Fiq. Cari dulu lah, masa baru nyari bentar udah langsung nyerah sih?” kataku menasihati
Seharusnya, pencarian HP Fiqri di kelasku lebih mudah karena semua siswa di kelasku sudah keluar semua, kecuali hanya beberapa anak perempuan dan kami berduaSemua siswa di kelasku (kecuali beberapa orang, termasuk kami berdua) sudah meninggalkan kelas. Seharusnya itu memudahkan kami mencari HP itu, tapi masih juga belum ditemukan. Aku pun sudah bertanya kepada beberapa anak perempuan di kelas, tapi hasilnya nihil, tidak ada yang tau HP Fiqri ada dimana. Dan akhirnya setelah mencari di segala penjuru kelas dan belum juga ditemukan, Fiqri mulai terus-menerus menyalahkanku, padahal aku juga tidak tau apa-apa (walaupun sebenarnya aku melakukan kesalahan karena melatakan HP di tengah meja sembarangan).
“Ah kal, da kamu sih. Nyimpen HP di tengah meja, jadi ilang kan. Jadi weh aku gak istirahat, kan” kata Fiqri terus-menerus
Aku pun sudah tidak tahan lagi karena Fiqri terus-menerus menyalahkanku dan mencari dengan tidak sabaran. Dan akhirnya kemarahanku pun memuncak. Sekarang, aku yang memarahi Fiqri.
“Emang kamu doang yang gak istirahat? Aku juga jadi gak istirahat tau!! Makanya ang sabar dong nyarinya!! Jangan mau instan aja!! Saya aja dulu pas hilang kamera di sekitar bandara yang segitu luas 1 jam kemudian baru ketemu. Lha kamu, belum nyampe setengah jam nyari di sekitar kelas aja udah nyerah. Yang sabar dong!! Semua juga butuh proses, jangan mau terima beres aja!!” kataku kepada Fiqri
Dan setelah itu, Fiqri pun akhirnya terdiam dan mulai mencari dengan lebih tenang, tapi masih juga belum ditemukan. Akhirnya aku pun menemukan sedikit harapan bertanya saat Sukma datang ke kelas, aku pun bertanya kepada Billy.
“Suk, tadi liat ada yang mainin HP Fiqri gak? Samsung yang warna putih itu?.” Tanyaku kepada Sukma
“Tadi saya asa lihat si Gilang lagi mainin HP warna putih pas mau keluar kelas, deh. Coba tanya Gilang aja.” Kata Sukma
“Oke, makasih Suk. Eh, bukannya HP Gilang juga warnanya emang putih ya?”
“Eeh, iya kali kal, hehehe. Maaf atuh kalo salah, da saya juga kurang tau hehehe” kata Sukma
“Yaudah lah Suk gapapa. Nanti ditanyain ke si Gilang” jawabku
Dan saat Gilang datang, aku pun mulai bertanya kepadanya, sesuai penjelasan dari Sukma.
“Gil, tadi kamu liat HP Fiqri yang warna putih gak?” tanyaku kepada Gilang
“Gak tau atuh, kal. Emang kenapa gitu? Hp Fiqri hilang, ya?”
“Iya gil, aneh aku juga. Jadi ilang nya sama siapaa yaa?” kataku sambil kebingungan
“Gak tau, kal. Coba cari lagi di kelas. Mungkin di tas siapa, atau jatuh ke lantai, atau diambil temen yang jail kali”
“Ini udah dicari dari tadi, Gil. Makanya aku nanya ke kamu juga”
“Aku juga gak tau ya, kal. Coba tanya Billy sana, mungkin aja dia tau atau mungkin aja dia yang ngambil, kal”
“Aduhhh, Gilang. Mana ada sih maling yang bilang dulu kalo dia mau nyuri”
Aku pun bertanya kepada Billy. Hasilnya? Nihil, Billy juga tidak tau dimana HP itu berada, keadaan ini menjadi semakin rumit, karena hampir semua siswa sudah memasuki kelas. Yah, setelah bel tanda masuk berbunyi, aku dan Fiqri pun masih terus mencari (karena guru pelajaran berikutnya belum masuk kelas). Wajah Fiqri pun sudah kecewa, setengah menangis. Dan disaat itulah, tiba-tiba aku melihat perubahan dari wajah Gilang yang menjadi sedikit mencurigakan, dia tersenyum-senyum sendiri, seakan telah menemukan ujung pelangi yang dipercaya merupakan tempat harta karun. Dan setelah perubahan wajah Gilang itulah, aku mendapati sebuah hal yang sudah kuduga sebelumnya. Ya, HP Fiqri ternyata diambil oleh Gilang!! Oh Tuhan, anak itu benar-benar harus ku hajar, ia benar-benar membuatku menjadi ikutan panik. Tapi, niat menghajar Gilang aku urungkan karena Gilang berbadan kecil dan aku berbadan besar, dan jika aku menghajarnya, bisa-bisa aku dipenjara seumur hidup di pulau terpencil, mengerikan sekali.
Gilang pun menyerahkan HP itu kembali kepada Fiqri dan tertawa terbahak-bahak sambil menjelaskan “Aku tadi niatnya mau bertanya ke kalian berdua, tapi aku lihat kalian begitu konsentrasi mengerjakan soal ini. Dan aku pun lihat ada HP di tengah meja, yaudah aku ambil aja. Eh ternyata kalian berdua tidak sadar HP nya aku ambil, hahaha. Tapi tenang, aku gak akan ngambil beneran kok. Ahahaha” kata Gilang setengah tertawa.
“Eits, tapi Billy yah yang ngerencanain semua ini.” lanjut Gilang
Mendengar penjelasan dari Gilang, aku dan Fiqri pun mulai tertawa. Kami benar-benar tidak sadar bahwa HP Fiqri telah ‘dipaling’ dari meja kami tanpa disadari. Memang, Billy dan Gilang (aku juga termasuk, sih) termasuk orang yang jail di kelas, tapi kali ini aku benar-benar tidak tau apa-apa. Dan mendengar penjelasan tadi, aku jadi teringat kata Ibuku beberapa waktu yang lalu “Kalo musuhan/berantem atau jailnya anak SMP mah gak akan lama. Paling beberapa jam kemudian udah damai atau paling lama besok lah damainya.” itu kata Ibuku dulu
Yah, begitulah hidup. Semua perlu proses, tidak ada sesuatu yang instan. Mie instan saja yang mengandung kata instan perlu proses sampai kita bisa memakannya dengan puas. Apalagi dengan hal yang tidak ada kata instan, jelas perlu proses. Jadi, yang jelas, sabarlah dalam menghadapi sesuatu. Tapi kita juga jangan terlalu sabar, nanti kita akan dikira gampang menyerah, hehehe.
0 komentar