Gue pasti ngakak bacanya nanti.

Begitupun kalian, terutama yang dulunya X-6.

==========

6 Agustus, 2013

Akhir-akhir ini temen sekelas gue di SMA menganggap gue gila. Bukan, mereka menganggap gue gila bukan karena gue suka melemparkan guru killer dari lantai 4 dan bukan juga karena gue suka merubah isi tong sampah menjadi makanan sehat. Berhentilah dari ucapan seperti itu, menggelikan.

Lantas, apa yang membuat temen gue sendiri tega menyebut gue sebagai orang gila yang tidak biasa? Oke, mereka menyebut gue gila karena suatu hal yang saat SMP dulu gue cukup sering membahas hal ini bersama kawan R-Bros dan terkadang Kang Anta yang bertindak sebagai (pembimbing dan) penerjemah Bahasa Latin. Dan hal yang mereka anggap abnormal itu adalah

Mempelajari agama lain.

Ya, gue (dan Rudi waktu SMP dulu) terkadang mempelajari agama lain (seperti Kristen atau Yahudi). Dan oleh temen gue di SMA (mungkin kalian juga), hal ini dianggap aneh, entah karena mereka terlalu banyak mempelajari matematika atau bagaimana. Padahal seperti yang gue bilang tadi, saat SMP gue, kawan R-Bros dan terkadang Fawwaz atau Azwar atau Kang Anta, sering membahas ini. Bahkan gue sama Rudi dan Azwar pernah diberi 'pelajaran' oleh Kang Anta.

Belakangan ini di kelas gue pun sering disumpah serapahi, diludahi, diinjak, ditendang dan hampir saja didaftarkan sebagai peserta yang akan diikatkan pada nuklir di Korea Utara. Oh, maaf, terlalu imajinatif. Ya, pada intinya temen gue pada gak ngerti saat gue ngomong yang beginian, padahal yang gue omongin gak banyak-banyak amat, mungkin yang paling sederhana, karena gue juga cuman tau sedikit tentang agama lain selain Islam. Bodoh sekali jika seorang Muslim lebih tau tentang agama selain Islam daripada agamanya sendiri.

Yah, namanya juga hidup, Mas.

Bagaimana Awalnya

Gue mungkin lupa bagaimana awal persisnya, tapi seinget gue semua ini terjadi saat gue sebangku sama si Nofal MI dan yang ada di belakang gue yaitu Adit dan Nofal MJ (ya, dikelas gue ada 2 orang dengan nama hampir sama. Naufal MI dan Naufal MJ, mereka gak kembar. Nama depan dan tengah mereka sama, Naufal Muhammad. Yang membedakan cuma nama belakang, Nofal MI nama belakangnya Irsyad dan Naufal MJ nama belakangnya Judawisastra. Lihatlah bagaimana Tuhan bekerja, kawan), dan mungkin itu hari Jumat, lupa gue. Entah bagaimana awalnya secara tiba-tiba gue sudab menjelaskan beberapa hal sederhana agama Kristen dan Yahudi (dan Islam juga) ke Nofal MJ dan Adit saat istirahat dan saat guru gak ada (tentu sesudah tugas dari guru selesai).

Nofal MJ yang memang kayanya rada lemot kalo dikasih materi sejarah langsung diam tak berkutik dan langsung bereaksi "Maneh ngomong naon sih, Kal?" (Kamu ngomong apaan sih, Kal?). Dan Adit pun merespon beberapa detik (atau menit) kemudian "Ah lieur. Geus Kal maneh mah asup IPS weh" (Ah pusing. Udah lah Kal kamu mah masuk jurusan IPS aja nanti). Dan mulai saat itulah kegilaan gue akan sejarah Agama menyebar (walau gak parah-parah amat) dan gue mulai dianggap abnormal dikelas (setidaknya mungkin begitu).

Dan yang kedua mungkin Seminggu setelahnya, saat pelajaran Bahasa Jepang. Guru gue sedang bercerita tentang pengalamannya saat ke Jepang dan siswa bisa bertanya apa saja tentang Jepang ke dia. Kalo yang lain mengajukan pertanyaan yang cukup umum, seperti "Kalo di Jepang bangunannya tahan gempa ya, Bu?" atau "Bu, Gunung Fuji (yang sebenarnya ya) bagus gak?". Tapi, disela itu gue masih sempet bertanya "Bu, Agama yang diakui di Jepang apa aja, Bu?". Gue yakin, cuman orang gila kaya gue yang kepikiran nanya beginian. Pertanyaan gue dijawab begini "Agama yang banyak dianut orang Jepang itu Shinto, atau masih percaya sama Dewa-Dewa". Walaupun gue berharap guru gue menjawab "Agama yang diakui di Jepang itu Kristen, Islam dan Yahudi", tapi tak apalah, gue juga bodo amat ah. Dan seiring dengan pertanyaan itu, maka teman gue pun langsung berkomentar "Euh nanya agama lagi" atau "Dasar anak IPS". Entah pujian, entah hinaan.

Sejak 2 peristiwa tadi, gue akhirnya makin mulai dikenal abnormal oleh temen sekelas gue (setidaknya cowo), dan gue juga mulai dibilang abnormal lah, gila lah, ganteng lah, kece lah dan berbagai macam pujian (atau hinaan lebih tepatnya) yang dilontarkan kepada gue. Walaupun mereka gak pernah secara langsung ngungkapin itu, tapi gue yakin dalam hati mereka pasti menganggap gue kurang kerjaan, Wallahu a'lam.

Tapi intinya, gue bisa dibilang sampah organik saat ini. Setidaknya lebih baik daripada sampah anorganik lah.

Yang Lainnya

Kejadian pas bukber X-6 baik yang baru atau yang sebelum dibagi kelasnya. Entah gimana, di grup kelas pada rame ngomongin "Kal-Kal bawa buku agama dong yang rame, yang Islam Kristen Yahudi gitulah maneh kan punya".

Atas permintaan, gue bawalah itu buku ke bukber dan tunjukkin ke temen-temen. Awalnya nanya-nanya apa aja isi bukunya dll, sampe ya sekali lagi gue dianggep rada aneh. Gitulah. Gatau tapi.

Tapi Alhamdulillah gak terjadi masalah besar disana dan semuanya lancar.

Penjelasan

Gimana ya kalo soal ini. Gatau, gue cuman seneng aja belajar ginian (agama lain selain Islam), apalagi sama R-Bros, bisa sambil diskusi di pelataran Masjid sekolah sampe jam 5an.

Mungkin diawali dengan hobi baca buku macem-macem sejak masih botjah, dan kebawa sampe sekarang. Ditambah lagi pas kelas 8 gue mengenal Rudi dan R-Bros. Kadang-kadang kalo lagi ngumpul abis pulang sekolah atau di grup WA kita diskusiin macem-macem, mulai dari bola cewe kecengan pelajaran sampe agama.

Mungkin itulah awal gue tertarik buat mulai belajar agama selain Islam. Gue awalnya iseng doang nyari di Kaskus. Dan Alhamdulillah rame semua. Makin lanjut deh.

Sama si Rudi juga sering dikasitau macem-macem tentang Agama (dia Google berjalan gituloh), jadi makin tertarik. Akhirnya lanjutin baca buku Sejarah Tuhan karya Karen Amstrong (walaupun tetep gak ngerti) dan banyak beli buku agama daripada novel. Gitulah.

Cinta R-Bros.

Semua Butuh Waktu

Emang sebel sih kalo kita gak diterima di lingkungan baru (dalam hal ini SMATB), gak nyaman rasanya, pengen pindah ke tempat yang orangnya bisa lebih nerima.

Kadang pengen balik ke SMP lagi, dimana belajar gituan dianggep biasa aja, apalagi sama R-Bros kita sering diskusi tingkat tinggi.

Ya tapi inilah hidup. Kadang kita bisa adaptasi di lingkungan baru nya cepet, ada juga yang lambat, ada juga yang gak bisa setelah sekian lama.

Gue sendiri biasanya cepet beradaptasi di lingkungan baru. Tapi kayanya di SMATB ini, gue harus rada lama menyesuaikan diri. Ya karena temen-temen disini bener-bener baru. Selama di 2 SD dan 1 SMP gue jarang nemu orang yang jadi rata-rata di SMATB.

Kalo pas di SD pertama (SDN Jakapurwa II) gue sama temen biasa main di sawah (iya, bahkan gedung waktu gue kelas 2 SD dikelilingi sawah), kelereng, masih main sepedah dan kegembiraan lainnya. Dan jelas anaknya pada kampung semua, termasuk gue yang item dekil dan tengil.

Di SD kedua (SD Kartika X-1) udah rada modern, tapi masih sering maen bola dan petak umpet, dan main kartu yang ditos atau yang dibalikkin make angin dari tangan (apalah itu namanya hahaha). Walau SD pas di depan TSM (dulu masih BSM), gue sama temen-temen jarang main kesana.

Pas SMP (SMPN 43) temen-temen gue kebanyakan biasa aja, miskin nggak kaya nggak. Walau ada sih beberapa yang kurang mampu, dan ada juga yang kaya raya. Mereka tipe anak sekolah negri banget, ikutan eskul wajib kaya pramuka pmr paskibra dll. Jarang gue main ke mall waktu itu.

Di SMA, semuanya kaya berubah. Temen gue rata-rata orang kaya semua. Beda sama anak sekolah negri. Belum tau sih persisnya kaya gimana, tapi ya beda aja sama anak negri. Yang pasti mereka bakal nolak kalo disuruh ikut eskul wajib.

Hal ini juga kadang pengen bikin gue pindah sekolah, karena gak nyaman. Tapi, ya, masa baru berapa bulan udah gak betah. Lagian jarang kan SMA Swasta yang bagus macem TB ini (kecuali swasta Kristen). Jadilah gue bertahan.

Gatau kapan gue bisa bener-bener beradaptasi di lingkungan baru ini. Mungkin beberapa bulan lagi, mungkin kelas 11, mungkin kelas 12, atau mungkin malah pas udah lulus gue baru bisa ngerti.

Tapi semoga aja cepet. Masa SMA sayang kalo cuman dilewatin dengan rasa sebel ke temen sekelas. Dan sayang kalo pas SMA kita dibenci banyak orang.

Wallahu alam.

Bagaimanapun, Kalian Tetap Temanku
Segala sesuatu pasti ada awalan dan ada akhiran, sama seperti masalah ini. Tapi, sampai sejauh ini gue baru tau awalannya doang, dan entah kapan kegilaan ini akan berakhir.

Gue berharap semoga gue bisa cepet beradaptasi disini, semoga cepet dikasih jalan keluar. Pilihannya antara gue gak banyak bacot atau mereka yang harus bisa nerima gue yang bacot ini.

Rasanya pilihan nomor 1 lebih mudah dilakukan.

***

Terima kasih udah baca post gajelas penuh kebencian ini. Semoga terinspirasi (apanya...)

Maaf kalo ada salah macem-macem di tulisan ini.

Wassalam