Saya Kembali!! (Edisi Revisi)

Desember 20, 2013

 Ah, oke. Setelah beberapa Minggu mengembalikan diri dari disfungsional otak yang cukup gila ini, akhirnya otak menulis gue udah kembali normal dan beberapa perubahan drastis dalam dunia kepenulisan gue sudah normal kembali. Walaupun ada hal yang belum bisa dirubah, salah satunya adalah bahasa gue yang bisa disebut semi-baku di tulisan yang sedang kalian baca ini.

Mungkin bagi yang sempat melihat tulisan ini sebelum direvisi seperti sekarang, pasti cukup bingung saat melihat bagian paling bawah. Gue menulis layaknya orang yang sudah terlalu lama menjomblo, dampak terlalu lama tidak menulis. Dan jujur, saat merevisi artikel ini pun, gue masih sedikit bingung, apa yang akan gue tulis selanjutnya.

Jadi, selama beberapa bulan ke belakang gue mengalami banyak hal di SMA Taruna Bakti Bandung dan sudah bisa dikategorikan sebagai manusia sibuk. Bukan, bukan sibuk mencari jodoh. Kalo tentang itu (nyari jodoh), dari SMP pun mungkin gue udah sering mengatakannya :
Melihat gambar ini, mungkin kalian akan bertanya "Males carinya atau gak laku-laku, Kal?". Oke, kita lanjutkan saja, anggap saja pertanyaan tadi tidak ada. Terlalu sulit untuk dijawab bagi jomblo seperti gue.

Kita lanjutkan saja daripada menanggapi pertanyaan tidak penting (dan menyakitkan) tersebut. Jadi, selama beberapa bulan ke belakang ini gue mengallami kesibukan yang biasa melanda siswa yang baru masuk SMA. Biasa lah, PR, ulangan, kuis, eskul, begaol (bergaul, kalo kalian gak ngerti, gue rasa kalian kurang digauli), bagaimana agar kita bisa dispen selama mungkin (ah, yang ini nggak), dan tentu saja, bagaimana berhadapan dengan teman-teman baru, terutama cewe. Dan, poin terakhir tidak terlalu gue pentingkan. Selama ini gue 'hanya' disibukkan oleh PR, ulangan, kuis dan 3 (ya, tiga) eskul yang harus gue jalani selama 3 hari dalam Seminggu.

SMA Taruna Bakti memang bisa dibilang sebagai sekolah yang berbeda dengan sekolah lain di Kota Bandung, bahkan Wali Kelas gue, Pak Yandi pun mengakui itu. Contohnya adalah, saat sekolah lain UTS, Tarbak (sebutan populer Taruna Bakti, selain TB) malah belajar seperti biasa, gak ada UTS. Disaat yang lain libur, Tarbak masuk. Disaat yang lain masuk, Tarbak libur. Tarbak pun gak ngadain Secapa (Sekolah Calon Perwira, atau apalah) yang biasa dilaksanakan di SMA Negeri. Kalo olahraga kudu make bis sekolah ke GOR punya Yayasan Taruna Bakti. Semua pelajaran KKM-nya 65 (iya, enam puluh lima. Mungkin kalian ternganga liat KKM di SMA gue. Tapi kalian harus tau, untuk menggapai nilai 65 di Tarbak itu butuh perjuangan). Dan tentu masih banyak hal yang membuat Tarbak berbeda dengan sekolah lain.

Bahasa kerennya, YOLO. You only live once.

Selain kehidupan gue di SMA Taruna Bakti yang gue nobatkan sebagai sekolah ter-YOLO, masih ada beberapa hal lain yang menyebabkan gue lupa caranya menjadi penulis. Dan, selain lupa caranya menjadi penulis seperti dulu. Ada beberapa perubahan yang terjadi pada diri gue selama beberapa bulan ke belakang, selain perubahan dalam cara menulis gue. Yang paling drastis adalah, selama di SMA ini gue menjadi pendiam. Iya, pendiam. Mungkin temen SMP gue masih tidak percaya dan masih berdoa untuk kenormalan gue. Tapi, ya beginilah gue sekarang, pendiam dan jarang ngomong di SMA. Beda dengan di SMP yang bahkan gue terlalu banyak omong sehingga banyak dari temen sudah membawa lakban dari rumah, untuk keselamatan telinga mereka. Oke, gak gitu juga kali ya. Tapi, mungkin karena alasan imajinatif itulah gue jadi pendiem di SMA.

Saking pendiamnya gue di SMA, bahkan guru Kimia kelas gue (Bu Tin) sempat bilang "Tah, si Haykal pendiem banget orangnya. Baik pula". Mungkin temen SMP gue masih tidak percaya guru gue ngomong seperti ini dan pasti banyak yang yakin bahwa gue membayar guru gue agar mau ngomong seperti ini. Tapi, beneran, guru gue ngomong gini. Gue aja masih gak percaya, apalagi kalian. Dan gue rasa, guru Kimia gue perlu melihat catatan perjalanan gue saat SMP. Dan setelah itu kemungkinan besar guru gue menarik perkataannya tadi.

Selama beberapa bulan di SMA juga gue mengalami beberapa hal yang bisa dibilang fantastis bagi gue. Yang pertama adalah saat gue menjadi panitia untuk Pensi SMA gue, dan menjadi bagian dari rumah hantu di pensi tersebut. Yang kedua, gue secara mengejutkan terpilih menjadi anggota OSIS, dan menjalani LDKS selama 2 hari 1 malam yang cukup seru dan menyenangkan, karena tidak ada adegan dimarahinya. Yah, walaupun saat wawancara OSIS gue milih sekbid Ketakwaan, dan pada kenyataannya gue masuk ke sekbid Bela Negara, sedikit lupa diri.

Yang ketiga, secara mengejutkan gue terpilih sebagai 100 besar Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2013. Yang mereka nilai untuk lolos 100 besar adalah esai yang dikirim para peserta. Gue sendiri cukup kebingungan mengapa gue kepilih sebagai 100 besar. Karena di 100 besar Duta Bahasa Pelajar kita menjalani test tertulis yang mencakup 3 bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah (dalam hal ini Bahasa Sunda), dan bahasa asing (bebas, tapi banyaknya Bahasa Inggris. Bahkan yang pilih Bahasa Arab pun ada), terdiri dari test seperti ujian gitu (istilahnya UKBI, atau Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia. Semacam TOEFL) dan test menulis esai 3 bahasa tadi. Dan mengingat kemampuan berbahasa Inggris gue yang bisa dibilang rendahan, maka dari itu gue gak kepilih masuk 30 besar. Begitulah, nanti akan diceritakan lebih lanjut.

Selain itu, gue juga selama beberapa bulan ke belakang ini disibukkan oleh yang namanya HP. Ya, gue memakai Sony Xperia Tipo yang berbasis Android, dan di rumah gue ada WiFi yang bisa diakses kapan saja. Dan lengkaplah kehidupan berinternet gue, walaupun gue gak punya laptop pribadi dan harus menikmati WiFi via HP, tapi pasti kalian tau sendirilah Android kalo udah ada WiFi-nya gimana. Dan gue menikmati WiFi di rumah untuk kegiatan diluar menulis, sedikit bodoh memang, tapi cukup masuk akal mengingat layar HP gue kecil dan gue gak punya laptop pribadi. Gue menggunakan fasilitas WiFi di rumah untuk Twitteran (via TweetCaster, tapi jarang ngetweet, cuman liat-liat doang), Kaskus-an (ya, gue bisa dibilang hiperaktif di Kaskus, tidak seperti Rudi yang hiperaktif di Twitter) dan, ehm, mencari tugas sekolah. Ah iya, dan tentu untuk 'mendiskusikan' tugas sekolah di grup Line kelas gue. Menyenangkan sekali.

Dan tidak lupa juga beberapa bulan ke belakang ini gue sudah berubah menjadi kolektor jersey. Dan mulai sekarang gue mencoba untuk berubah dari yang awalnya kolektor jersey KW, menjadi kolektor jersey Original. Gue sudah memulai langkah kecil seperti mem-follow akun twitter penjual jersey original seperti @utdfootball, @jerseyforum, @MURCELATOS, @KJBandung (Komunitas Jersey Bandung) dan sudah mulai mencoba menabung untuk modal membeli jersey original. Yah, walaupun mahal, namanya juga hobi, Mas.

Oke, mungkin segini dulu yang bisa gue tulis untuk memperingati beberapa bulan absennya gue dari dunia kepenulisan. Nanti gue akan menyelesaikan beberapa draft di blog ini, tapi gue belum menentukan apakah tulisan dari beberapa waktu lalu tersebut bakal disetting sesuai tanggal terjadinya kejadian tersebut atau sesuai tanggal gue menulisnya. Kalo opsi pertama yang dipilih, kemungkinan gue akan 'menyembunyikan artikel ini terlebih dahulu, dan bila semua draft gue udah selesai. Baru gue posting lagi tulisan ini.

Terima kasih sudah membaca tulisan gue yang masih harus diperbaiki ini. Wassalam :D

NB : Hari ini (20 Desember) adalah hari ulang tahun Ibu gue, jadi gue ingin mengucapkan "Allez Gute zum Geburtstag, Mutter!!" (Selamat Ulang Tahun, Ibu!!)

You Might Also Like

2 komentar

  1. Hadeuh Haykal, enak baca tulisanmu. Serasa aing waktu SMP dan SMA dan mengelola majalah sekolah. Bebas mengalir. Pantaslah jadi Duta Bahasa. Sedikit koreksi saja, merubah seharusnya mengubah (kata dasarnya ubah, bukan rubah). Contoh lain uji ---> menguji, bukan meruji, Ulas ---> mengulas, Ulang ---> mengulang, perulangan. Sila segera bikin buku!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih :) Maaf, ini siapa? Bu Alfa bukan? Atau siapa? Hehehe

      Hapus