Gift of Hearts

November 03, 2016

Menurut gue, ada 3 hal yang ngebedain manusia sama mahluk lain :

1. Bentuk tubuh
2. Kemampuan otak
3. Sering dateng ke bioskop sambil bawa flashdisk terus minta kopian filmnya ke kang pemuter film.

Eh yang nomer 3 kayaknya agak salah.

Maksud gue, yang nomer 3 adalah feeling. Ini adalah yang ngebuat manusia bener-bener beda sama mahluk lain, bahkan robot sendiri. Robot sekarang ini punya kemampuan yang hebat tapi gak punya perasaan. Gatau di masa depan apakah manusia bisa nyiptain robot yang bisa merasakan. Tapi jangan deh, nanti mereka bablas, agak repot juga kalo liat 2 robot lagi PDKT terus si robot cewek ditinggalin sama si robot cowok waktu lagi sayang-sayangnya dengan alasan "maaf ya aku tapi aku gak suka sama kebiasaanmu nyeduh panadol".

Ya intinya begitulah. Di kelas Performance Art (salah satu mata kuliah SBM), feeling alias perasaan ini istilahnga adalah "gift of hearts". Feeling sendiri ada banyak contohnya, bisa jadi perasaan empati waktu liat korban bencana yang keluarganya meninggal, bisa juga perasaan cinta ke seseorang karena dia sering beliin roti kukus rasa nutella keju, atau bisa juga perasaan kesel waktu liat ada cewek sama cowok gak kunjung jadian padahal udah deket 2 tahun dan sering acak-acak rambut, sampai perasaan gue tadi niatnya ke Dago Pakar deh tapi kok ini ada plang "Anda telah memasuki kawasan Vanuatu, harap tidak menekling babi yang berkeliaran".

Di kelas PA, maksud gift of hearts adalah apa yang bisa kita berikan pada orang lain, tapi yang cenderung dari dalam hati. Kayak perasaan empati, perasaan cinta dan yang lainnya. Dan dalam salah satu sesi kelas PA, gue udah pernah mendapatkan dari salah satu dosen tutor. Kamis itu, 8 September 2016, kelas PA dibagi lagi ke beberapa kelas. Kali ini, pembagian kelas itu berdasarkan beberapa masalah yang dihadapi maba SBM, dan di dalemnya ada helpers dan helpee. Gue sendiri awalnya bingung itu kelas apaan, tapi setelah merenung akhirnya gue milih kelas Talk The Talk sebagai helpers dan kelas Math Matters sebagai helpee walaupun di kertas pembagian kelas gue sempet nulis masalah gue adalah "Parkir motor mahal".
Dan di kelas The Talk itu, gue ketemu dengan Kak Sariz (dan Kak Anna), sebagai dosen tutor kelas The Talk. Di kelas itu, Kak Sariz cerita bahwa sebenernya, dia tidaklah sepede yang orang liat. Walau suka balet dan dansa yang bisa dibilang harus punya percaya diri tinggi, tapi dia bilang bahwa dia adalah orang yang pemalu dan gak pernah nyangka bahwa di ITB ini dia akan belajar banyak soal seni penampilan dan meningkatkan percaya diri di kelas Performance Art waktu dia masih jadi mahasiswa tingkat satu SBM ITB, dua tahun lalu. Sebagai proyek akhir kelas itu, kita disuruh bikin beberapa kelompok berisi 4-5 orang dan dijadwalkan tampil di depan auditorium SBM ITB tanggal 14 September 2016, dimana waktu itu persiapan kita cuman seminggu. Tapi, pada akhirnya semua kelompok bisa tampil sesuai harapan dan semua yang ikut kelas itu bisa ngebuktiin bahwa mereka bisa menembus batas yang mereka bilang sendiri di kelas The Talk, dimana kami semua disuruh cerita masalah kami, dan rata-rata masalahnya adalah gak pede waktu ngobrol sama orang lain atau gak pede waktu ada di tempat umum.

Gue yakin Kak Sariz adalah orang yang percaya bahwa kita harus belajar dengan mengajar, dan gue yakin itulah salah satu alasan kenapa Kak Sariz mendaftar jadi dosen PA buat adik-adik TPB di SBM, rela meluangkan waktu kuliah demi mengajar PA dan menginspirasi lebih banyak orang. Dalam hal ini, gift of hearts terbesar yang Kak Sariz berikan buat orang yang ada di kelas The Talk adalah : bahwa kita sebenernya bisa melakukan apa yang gak bisa kita lakukan, karena semuanya dateng dari pikiran dan hati kita. Semakin kita merasa bahwa kita gak bisa, maka kita akan gak bisa terus sampe Coldplay bikin konser dalam rangka ulang tahun Karang Taruna RW 02.

***

Entah sudah berapa banyak yang percaya bahwa jika kita ingin ditolong, kita harus menolong terlebih dulu, jika ingin dihormati, kita terlebih dulu harus menghormati orang. Kata orang, begitulah cara dunia ini bekerja.

Istilah keren ala-ala remaja pasca-puber pengagum Tumblr sih "Karma does exist".

Semoga dunia bekerja sesuai mestinya dan Kak Sariz mendapat apa yang seharusnya dia dapatkan dengan menginspirasi banyak orang di kelasnya. Karena menurut istilah bahasa Spanyolnya sih : Gusti Allah mboten sare. Dan yang terpenting, semoga ada orang yang kelak ngajarin Kak Sariz bahwa sebenernya ikan itu gak menakutkan dan ngajarin gimana rasanya seneng-seneng geli waktu megang ikan koi dengan gemulai keikanannya yang ngebuat gue jadi pengen nyetel lagu Kereta Malam supaya gemulai si ikan bisa lebih membahana.

Hehe.

Tapi makasih Kak Sarizzzzzz (kayak yang ditulis Kak Gadis hari Selasa kemaren), yang udah menyadarkan gue bahwa tampil di depan orang itu menyenangkan dan lebih jauh lagi menolong banyak orang agar lebih percaya diri dalam seni penampilan. Untuk warga Timor Leste, mungkin Kak Sariz ini tidak dikenal sama sekali dan tidak memberikan dampak apa-apa bagi perkembangan industri beras kencur di negara itu. Tapi bagi sebagian orang, terutama di ITB, Kak Sariz gue rasa udah memberi dampak yang berpengaruh soal percaya diri. Nabi Muhammad SAW pun bilang bahwa orang yang paling baik adalah orang yang paling berguna bagi banyak orang. Dan sebagai lulusan Al-Azhar, Kak Sariz gue rasa udah menerapkan ini dengan baik. Karena bukan seberapa banyak orang yang kita pengaruhi, tapi ini semua soal seberapa banyak kita berpengaruh bagi orang lain. Walaupun memang berpengaruh bagi banyak orang itu bagus, tapi setidaknya kita punya niatan untuk menolong orang lain, walau sedikit-sedikit.

Perjalanan seribu kilometer dimulai dengan satu langkah.

Selamat ulang tahun, Kak.

Haykal Satria Panjeraino

19716118

You Might Also Like

0 komentar