Antri Dong, Mas

Maret 08, 2014

Sebenarnya kejadian ini terjadi beberapa bulan yang lalu, kira-kira Kamis 14 November 2014. Saat itu gue baru aja pulang dari eskul basket di sekolah gue yang dilaksanakan di GOR Yayasan Taruna Bakti JL. Suci. Seperti biasa, abis Shalat Maghrib gue langsung pulang sekitar jam 6.30an. Dan saat itu gue mampir dulu ke Alfamart yang ada di pengkolan Jl. Pusdai ama Jl. Supratman. Biasa lah, mampir bentar buat ngerampok beli minuman, soalnya kantin di GOR tadi dah tutup.

Disana, gue cuman beli minuman oplosan Powe*rade doang. Dan tanpa basa-basi, abis itu gue langsung ke kasir buat bayar. Di depan gue ada seorang Mas-Mas yang mau ngisi ulang air galon sama beli rokok, sementara di belakang gue ada Mas-Mas (lagi) yang beli minuman apalah. Sebenernya saat itu posisi berdiri gue rada ke pinggir, gak sejajar sama Mas-Mas di depan gue. Nah, pas Mas-Mas di depan gue udah selesai sama urusannya,

Disinilah muncul masalahnya.

Saat gue udah nyimpen minuman gue di meja kasir mau bayar, tiba-tiba Mas-Mas di belakang gue nyerobot gitu aja dan nyimpen belanjaannya di meja kasir secara tidak etis. Dan seketika itu juga Mas-Mas kasir pun bingung harus mendahulukan yang mana. Akhirnya, Mas-Mas yang tadi di belakang gue dipilih buat bayar duluan. Gue saat itu cuman bisa pasrah dan menghela nafas panjang, dan diem aja. Mungkin kalian juga bertanya "Kenapa elo diem aja? Harusnya ngomong dong, itu kan salah!!".

Gue milih diem karena gue gak mau nyari ribut disana, toh ini cuman masalah kecil. Lagipula, pas disana gue lagi cape abis basket, jadi males rasanya marah-marah. Yah, walaupun Mas-Mas tadi badannya lebih kecil dari gue dan mungkin gue bisa ngebuat dia jadi kaleng mayones dengan mudah, tapi ya itu, gue gak mau nyari ribut cuman gara-gara masalah kecil. Gue juga pernah baca Hadist Nabi SAW yang bilang "Jika engkau marah, diamlah". Hal ini udah sering gue lakukan, di sekolah atau di rumah. Kalo gue diem dengan muka jutek, tandanya gue lagi marah, atau gue lagi galau gara-gara elang kesayangan gue lagi masuk angin gara-gara terbang pas ada angin ribut. Abis bayar, Mas-Mas tadi pergi dengan muka polos, merasa gak bersalah. Abis itu gue bayar minuman gue dengan damai, dan pulang ke rumah dengan damai pula.

Saat nginget kejadian ini, gue inget dengan iklan Vido*ran Sma*rt, pasti kalian juga tau lah. Jadi di iklan itu ada anak kecil ama Bapaknya lagi antri beli tiket kereta. Nah, tiba-tiba Bapaknya bilang mau ke toilet dan minta tolong jagain antrian ke anaknya, saat itu di depan mereka tinggal 1 orang lagi. Pas Bapaknya ke toilet, tiba-tiba ada Om-Om yang nyerobot antrean dengan polos. Anak kecil tadi yang ceritanya udah dikasih Vido*ran Sma*rt noel (nyolek) Om-Om tadi terus bilang "Om ganteng, deh. Minta uang dong, Om." "Excuse me", Om-Om tadi bales "Apaan sih", terus dibales lagi "Oh, maaf, saya kira Om gak bisa Bahasa Indonesia, itu *sambil nunjuk papan yang bertuliskan "Harap Antri"", langsung deh Om itu tengsin dan gak tau kelanjutannya gimana. Liat aja langsung disini : Iklan Vido*ran Sma*rt

Abis kejadian ini juga, gue jadi inget sebuah thread di Kaskus yang berjudul "Belajar Mengantri Itu Lebih Penting Dari Pada Belajar Matematika". Disana diceritakan kalo guru di Australia lebih pengen siswanya pinter antri daripada pinter matematika, karena pinter antri ada banyak kegunaan dalam hidup. Lebih lengkapnya gue akan tampilkan isi thread tersebut, ini dia :


Seorang guru di Australia pernah berkata:

"Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri."

“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Kerena yang terjadi di negara Indonesia justru sebaliknya.

Inilah jawabannya:

Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”


”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;”

Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.

Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.

Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..

Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)

Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.

Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.

Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.

Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.

Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.


Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”

Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.

Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.

Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.

dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia. Mari kita ajari generasi muda kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik...


Terbukti kan, bahwa antri itu punya banyak hal berguna dalam hidup. Sayang di Indonesia budaya antri belum biasa dikenalkan sejak kecil. Yah, lewat ini gue cuman berharap orang Indonesia bisa peduli ke hal-hal yang kecil, termasuk antri, dan mungkin yang lainnya. Karena sesuatu yang besar gak akan terjadi tanpa hal-hal yang kecil. Bangsa Indonesia bakalan susah maju kalo orangnya belom pada cerdas.

Mungkin segini dulu yang bisa gue tulis, mohon maap kalo tulisan gue menyinggung. Terima kasih udah sempet baca. Wassalam!!

You Might Also Like

2 komentar

  1. Kepanjangan deh Kal,Sepanjang yang gue tau,Otak Elo belum nyampe sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah otak gue udah di upgrade, Rud.

      Hapus