Saya Merasa Bodoh
Mei 20, 2014
Sebenarnya, tulisan ini dibuat hanya untuk iseng.
Ya, disaat seperti ini gue masih bilang kalo menulis di tengah malem adalah kegiatan iseng. Sepertinya gue memang sudah sedikit gila. Orang gila yang waras, lebih tepatnya.
Alasan gue menulis ini adalah tadi, beberapa menit yang lalu, menjelang jam 12 malam. Temen sekelas gue, Adilla, nanyain ke gue via Line apakah gue bisa ngebantuin dia nge-print tugas cerpen Bahasa Indonesianya dia. Ah iya, beberapa Minggu lalu, Bu Alfa (guru B. Indonesia kelas gue) memerintahkan kita untuk buat cerpen, yang pertama cerpen pengalaman pribadi (sebagaimana yang sudah sering kalian temukan di blog yang tidak jelas ini) dan 1 lagi cerpen bebas. Harusnya tugas ini dikumpulin kemaren sih, tapi mungkin dia belum beres (lha, gue aja belom, hehehe *bakar diri*).
Setelah itu dia kirim email ke gue, yang berisi 2 file cerpennya dia. Abis itu gue download dulu cerpennya lalu buka filenya. Dan setelah gue liat cerpen pertama (yang pengalaman pribadi), ternyata...
Cerpennya 10 halaman.
Gue seketika langsung berpikir "Gila, 10 halaman, gue bikin 5 halaman aja udah harus bertapa di Pohon Bodhi dulu". Ah iya, gue gak akan nampilin cerpen Adilla disini, bahkan gue gak akan sebutin tema atau alur cerpen dia kaya gimana, dengan alasan mengganggu privasi orang lain. Pokoknya, cerpennya 10 halaman aja.
Setelah gue baca, ceritanya menarik juga, walaupun gue gak baca seluruhnya (otak gue udah gak bisa memproses semua kata tengah malem begini). Dan gue berpikir bahwa cerpen Adilla bahkan lebih bagus dari cerpen yang pernah gue ikutin ke lomba, dan cerpen itu belum gue tampilin disini, dan jelas cerpen itu kalah, ahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahah *nangis di bawah shower*.
Tapi sejujurnya, cerpen Adilla gue rasa lebih bagus dari cerpen yang gue ikutin ke lomba dulu (temanya hampir sama), gue gak dibayar buat ngomong ini. Karena kalo dibayar gue bisa melebih-lebihkan pujian gue, bahkan gue mungkin bisa berkata "Cerpen ini layak lho jadi Juara Dunia Cerpen Internasional, walaupun belum diterjemahin ke Bahasa Inggris. Juri bakalan pada nangis baca cerpen Adilla ini. Bukan karena ceritanya sedih, tapi karena jurinya gak ngerti bahasa cerpen itu. Eh terus dijadiin juara 1 aja cerpen itu, akhirnya Adilla jadi kaya raya lewat cerpen, berhenti sekolah terus jadi pengusaha DVD bajakan yang sukses dan terkenal di Serbia, Bosnia sama Albania."
Namanya juga berkhayal di tengah malam.
Yang bikin gue bilang cerpen dia bagus adalah, cerpen gue jarang jelas ceritanya. Alur di cerpen gue kadang suka gak jelas. Liat aja tulisan di blog gue, jarang ada yang jelas dan merepresentasikan kehidupan makmur seorang Warga Negara yang berdaulat kan?
Bahkan, coba kalian baca tulisan ini, gak jelas kan?
Apalagi di cerpen yang diikutin ke lomba itu. Demi Allah, setiap gue baca bagian akhirnya gue selalu ketawa-ketawa sendiri, padahal cerita itu cerita serius dan bagian akhir itu gak ada unsur komedi sama sekali. Yang pernah baca cerpen gue itu cuman Bu Alfa (selain juri lomba), tanya aja, apakah Bu Alfa dulu ketawa saat membaca bagian akhirnya. Gue yakin pasti ketawa, karena memang tidak jelas, walaupun itu bagian serius.
Mungkin bakat gue adalah menulis hal yang tidak jelas, dan membuat segalanya menjadi komedi. Alhamdulillah
Dan gue yakin, selain Adilla, pasti masih banyak anak SMATB (Taruna Bakti), khususnya kelas 10, dan khususnya lagi yang diajar sama Bu Alfa, X-5 sama X-6, yang jago dalam hal menulis, bahkan gue yakin banyak yang tulisannya lebih bagus daripada gue. Bu Alfa juga pernah bilang gitu, kalo di kelas gue banyak yang punya bakat nulis, keliatan dari hasil tulisan mereka yang seringkali bagus, di X-5 juga sama katanya.
Tapi masalahnya, apakah mereka mau mengembangkan bakat itu?
Kalo boleh gue bilang, sebenarnya menulis itu gampang. Saking gampangnya, temen sekelas gue yang lain, Echa (Teresa) yang ngaku paling gak suka baca dan jago ngitung, jadi orang pertama yang cerpennya udah jadi, cerpennya udah jadi beberapa Minggu yang lalu. Sementara gue baru ngerjain 1 hari menjelang dikumpulin. Dan gue juga inget tadi si Nofal MJ bikin cerpen yang kayanya menarik, walau dia menolak buat dibacain di depan kelas. Ah iya, si Nofal MJ ini pelajaran IPA-nya pinter banget, gak ngerti gue.
Tapi, segampang-gampangnya sesuatu, pasti perlu latihan.
Entah apalagi yang bisa gue tulis. Otak gue udah tidak berjalan dengan semestinya sekarang. Oke, terima kasih sudah sempat membaca. Wassalam!! :D
Ya, disaat seperti ini gue masih bilang kalo menulis di tengah malem adalah kegiatan iseng. Sepertinya gue memang sudah sedikit gila. Orang gila yang waras, lebih tepatnya.
Alasan gue menulis ini adalah tadi, beberapa menit yang lalu, menjelang jam 12 malam. Temen sekelas gue, Adilla, nanyain ke gue via Line apakah gue bisa ngebantuin dia nge-print tugas cerpen Bahasa Indonesianya dia. Ah iya, beberapa Minggu lalu, Bu Alfa (guru B. Indonesia kelas gue) memerintahkan kita untuk buat cerpen, yang pertama cerpen pengalaman pribadi (sebagaimana yang sudah sering kalian temukan di blog yang tidak jelas ini) dan 1 lagi cerpen bebas. Harusnya tugas ini dikumpulin kemaren sih, tapi mungkin dia belum beres (lha, gue aja belom, hehehe *bakar diri*).
Setelah itu dia kirim email ke gue, yang berisi 2 file cerpennya dia. Abis itu gue download dulu cerpennya lalu buka filenya. Dan setelah gue liat cerpen pertama (yang pengalaman pribadi), ternyata...
Cerpennya 10 halaman.
Gue seketika langsung berpikir "Gila, 10 halaman, gue bikin 5 halaman aja udah harus bertapa di Pohon Bodhi dulu". Ah iya, gue gak akan nampilin cerpen Adilla disini, bahkan gue gak akan sebutin tema atau alur cerpen dia kaya gimana, dengan alasan mengganggu privasi orang lain. Pokoknya, cerpennya 10 halaman aja.
Setelah gue baca, ceritanya menarik juga, walaupun gue gak baca seluruhnya (otak gue udah gak bisa memproses semua kata tengah malem begini). Dan gue berpikir bahwa cerpen Adilla bahkan lebih bagus dari cerpen yang pernah gue ikutin ke lomba, dan cerpen itu belum gue tampilin disini, dan jelas cerpen itu kalah, ahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahah *nangis di bawah shower*.
Tapi sejujurnya, cerpen Adilla gue rasa lebih bagus dari cerpen yang gue ikutin ke lomba dulu (temanya hampir sama), gue gak dibayar buat ngomong ini. Karena kalo dibayar gue bisa melebih-lebihkan pujian gue, bahkan gue mungkin bisa berkata "Cerpen ini layak lho jadi Juara Dunia Cerpen Internasional, walaupun belum diterjemahin ke Bahasa Inggris. Juri bakalan pada nangis baca cerpen Adilla ini. Bukan karena ceritanya sedih, tapi karena jurinya gak ngerti bahasa cerpen itu. Eh terus dijadiin juara 1 aja cerpen itu, akhirnya Adilla jadi kaya raya lewat cerpen, berhenti sekolah terus jadi pengusaha DVD bajakan yang sukses dan terkenal di Serbia, Bosnia sama Albania."
Namanya juga berkhayal di tengah malam.
Yang bikin gue bilang cerpen dia bagus adalah, cerpen gue jarang jelas ceritanya. Alur di cerpen gue kadang suka gak jelas. Liat aja tulisan di blog gue, jarang ada yang jelas dan merepresentasikan kehidupan makmur seorang Warga Negara yang berdaulat kan?
Bahkan, coba kalian baca tulisan ini, gak jelas kan?
Apalagi di cerpen yang diikutin ke lomba itu. Demi Allah, setiap gue baca bagian akhirnya gue selalu ketawa-ketawa sendiri, padahal cerita itu cerita serius dan bagian akhir itu gak ada unsur komedi sama sekali. Yang pernah baca cerpen gue itu cuman Bu Alfa (selain juri lomba), tanya aja, apakah Bu Alfa dulu ketawa saat membaca bagian akhirnya. Gue yakin pasti ketawa, karena memang tidak jelas, walaupun itu bagian serius.
Mungkin bakat gue adalah menulis hal yang tidak jelas, dan membuat segalanya menjadi komedi. Alhamdulillah
Dan gue yakin, selain Adilla, pasti masih banyak anak SMATB (Taruna Bakti), khususnya kelas 10, dan khususnya lagi yang diajar sama Bu Alfa, X-5 sama X-6, yang jago dalam hal menulis, bahkan gue yakin banyak yang tulisannya lebih bagus daripada gue. Bu Alfa juga pernah bilang gitu, kalo di kelas gue banyak yang punya bakat nulis, keliatan dari hasil tulisan mereka yang seringkali bagus, di X-5 juga sama katanya.
Tapi masalahnya, apakah mereka mau mengembangkan bakat itu?
Kalo boleh gue bilang, sebenarnya menulis itu gampang. Saking gampangnya, temen sekelas gue yang lain, Echa (Teresa) yang ngaku paling gak suka baca dan jago ngitung, jadi orang pertama yang cerpennya udah jadi, cerpennya udah jadi beberapa Minggu yang lalu. Sementara gue baru ngerjain 1 hari menjelang dikumpulin. Dan gue juga inget tadi si Nofal MJ bikin cerpen yang kayanya menarik, walau dia menolak buat dibacain di depan kelas. Ah iya, si Nofal MJ ini pelajaran IPA-nya pinter banget, gak ngerti gue.
Tapi, segampang-gampangnya sesuatu, pasti perlu latihan.
Entah apalagi yang bisa gue tulis. Otak gue udah tidak berjalan dengan semestinya sekarang. Oke, terima kasih sudah sempat membaca. Wassalam!! :D
0 komentar