Abang Haykal, Adek Diko dan Adek Sasa

September 10, 2014

Menurut Gertrude Jaeger, keluarga adalah aset yang dapat berfungsi sebagai agen sosialisasi pertama yang nilai pentingnya terletak pada beberapa kemampuan penting yang diajarkan pada tahap ini, seperti cara berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal.

Sementara menurut Berger dan Luckman, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani oleh seorang individu semasa kecil, ketika ia belajar menjadi seorang anggota masyarakat. Sosialisasi primer dipelajari dalam keluarga. Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain di sekitarnya.

Ebuset, gue nulis apaan tadi...

Maaf kalo bahasanya terlalu cerdas buat ukuran blog ini sehingga bagi kalian yang terlalu sering baca blog ini bakal mengalami efek samping berupa pendarahan di mata, keluar cairan otak dari kuping saking encernya otak kalian setelah baca tulisan tadi, nafsu untuk makan batre jam tangan meningkat 27% dan yang paling seram adalah terkena penyakit mengerikan bernama jomblo yang konon cuman bisa disembuhkan dengan cara melakukan atraksi debus di depan orang yang kalian suka lalu penyakit Anda bakal sembuh, dengan catatan kalo dia takjub. Kalo gak takjub, ya urusan elo. Paling tinggal disuruh buka celana.

Gue nulis cuplikan kalimat cerdas tadi gak lagi dalam keadaan mabok wedang jahe kok, tenang aja.

Ya, keluarga. Orang-orang yang paling dekat dengan kita, jadi agen sosialisasi pertama buat kita. Jadi penentu awal kita bakal gimana ke depannya sebelum dilanjutkan oleh kita sendiri. Pokoknya gitulah keluarga. Istilah singkatnya Aweu.

Tapi pernah gak sih kalian kebayang kalian punya keluarga khayalan? Yang isinya cuman 3 sodara (yang ceritanya) kandung dengan Ibu yang sebaya dan Ayah yang belum ditentukan?

Gue baru aja mengalaminya.

Gue juga gak ngerti apa yang terjadi hari ini....

Ini terjadi tiba-tiba dengan kuasa Tuhan atau Act of God. Waktu gue Diko sama Sasa lagi jalan bertiga jam 5 sore di skywalk Lantai 3. Kita bertiga lagi ngobrolin tentang Diko yang sedang bimbang akan suatu hal. Karena Diko terlalu banyak mikir, akhirnya Sasa, yang udah di SMS Ayahnya, bilang "Ka Diko Ka Haykal hayu ih ke lobi Ayah aku udah jemput nihh". Karena Diko yang tak kunjung mendapatkan penyelesaian dari masalahnya, kita masih diem di skywalk Lt. 3 beberapa waktu, sampe Sasa bilang lagi "Cepetan itu Ayah aku udah jemputt". Dan sirkuit otak gue yang tidak berkesinambungan satu sama lain pun bilang ke Diko "Loh, berarti itu Ayah kita juga dong Dik?"...

Disitulah semuanya bermula.

Dari situ kita bertiga membuat sistem keluarga khayalan yang terdiri atas 3 saudara, gue Diko dan Sasa.

1. Anak Pertama, Haykal Satia Panjeraino : Kakak tertua. Kelahiran Februari 1819 1999. Suka lupa cara make celana dalem dan kadang kesusahan ngebedain mana orang (terutama adek-adeknya) mana kera putih pemakan kabel. Penjaga tradisi keluarga yang paling taat, bukti tersahihnya adalah dia masih jomblo sampe sekarang, gak kaya adek-adeknya. Suka pulang naik naga kesayangannya macam pendekar tapi akhir-akhir ini sering kecewa gara-gara naganya sering izin dengan berbagai macam alesan. Kadang tetangganya melahirkan lah kadang anaknya gak sengaja makan ban dalem motor dan berbagai macem alesan lainnya. Makanya akhir-akhir ini juga si Haykal kalo balik sekolah suka ikut Sasa naik helikopter keluarga. Dulu dia sama Adek Diko pernah gak dapet makan malem gara-gara pulang kemaleman sambil bawa balon hasil nyuri di Hoka-Hoka Bento yang baru buka di depan sekolah. Dan mereka pulang dengan keadaan sempoyongan yang diduga kuat karena mereka minum bajigur terlalu banyak sampe akhirnya mabok berat. Kalo ketemu Sasa suka ngingetin rendang kemaren malem jangan dulu dimakan.

2. Anak Kedua, Lintang Gilang Andika : Kakak bagi Sasa dan Adek bagi Haykal. Nama panggilannya Soedibyo Diko. Lahir September 1844 1999. Di Tumblr nya ngaku kelahiran Pekalongan Oregon, USA. Ketawanya kaya sapi baru disembelih. Suka mengkhianati keluarga karena sering pulang bareng sama orang tak dikenal bernama Laksmi (adek kandung Diko yang sebenarnya) *dibakar hidup-hidup*. Sering nyanyi lagu epic bareng sama Abangnya. Sering nanyain ke Abang atau Adeknya "Aku mending tembak sekarang atau nanti ya?". Anak logistik sejati yang nyelamaitin kita bertiga waktu kekunci di Lift sekolah yang ngebuat Sasa panik dan hampir menelepon Rumah Sakit Hewan Restu Mertua. Sering ngegombal dangdut yang aweu gara-gara terlalu banyak terpengaru sama Abangnya. Kalo punya kue keju pasti diabisin sama Sasa.

3. Anak Ketiga, Aisha Salsabilla : Adek paling kecil. Kelahiran Januari 1946 2001. Panggilannya Sasa, Grey, atau Pink. Riweuh, maceuh, panikan. Pemegang kunci rumah. Kadang lupa sama tradisi keluarga. Kalo ngechat jarang kalem. Sering pulang sendiri pake helikopter keluarga. Pernah bikin gue Diko dan Robby panik gara-gara (kemungkinan) dia teriak "Ka Haykal Ka Diko Ka Robby pramukaaa eeehh" waktu kita bertiga lagi jalan di skywalk dengan santai dan di Lt. 1 lagi ada pramuka. Gue berhasil meloloskan diri dengan melewati tangga SMP Lt.2 sementara Diko dan Robby mencoba teknik bunuh diri dengan mengendap-ngendap di skywalk dan akhirnya ketauan juga. Akhir-akhir ini takut sama Abang-abangnya karena diancem dilaporin ke Mamah gara-gara dia sekarang sering main ke Samping buat beli seblak lima ribuan, yang jadi masalahnya adalah dia gak pernah beliin seblak buat abang-abangnya, dan kue keju di rumah selalu diabisin sama dia Sering jadi target SMS jail macam "Hai cinta" yang abang-abangnya selalu nyaranin buat bales yang ngaco juga kaya "Halo juga cinta, kamu masih inget gak anak kita? Sekarang dia udah punya kerja loh. Ya kerjaan utamanya cuman jadi pengusaha kaos kaki doang sih, tapi dia juga punya kerja sampingan jadi Duta Besar di Kongo loh, keren kaan". Waktu kecil sering ngajak abang-abangnya nonton Hachi, makanya abang Haykal hapal lagu Hachi sampe sekarang, "Hachi, anak yang sebatang kara, pergi mencari Ibunya, lalalalalalala~". Lagu favoritnya : "AKULAH, SANG MANTAANNN~".

Rumit bukan... Gue gak bisa ngebayangin kalo kita bertiga jadi Kakak-Adek beneran, mungkin suatu hari koran di seluruh dunia bakal menampilkan headline "Sebuah Kota di Indonesia bernama Bandung tenggelam karena ulah 3 orang saudara"

BTW, kita juga punya "Tradisi Keluarga yang sama gak jelasnya kaya sistem keluarga kita

Tradisi Keluarga :
1. Cara jalan, dengan cara membusungkan dada dan tangan diayunkan
2. Jika sedang ada pembicaraan antar-keluarga, orang lain tidak boleh mengintervensi kecuali ada perizinan
3. Menghabiskan Nasi Padang milik orang lain di meja sebelah adalah pelanggaran berat
4. Jangan sebut Mas-Mas Crepes Kantin SMP sebagai Mas Zhafran atau Mas Soekaryo
5. Mohon jangan berisik jika kecengan kita masing-masing lewat di depan kita
6. Akan dilanjutkan...

Wassalam.

You Might Also Like

0 komentar