Haykal Satria Panjeraino. Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Haykal !

    • Beranda
    • Tentang Aq
    • Kuliah
    • Bisnis
    • Keseharian
    • Romansa
    • Serius
    Ya, terhitung sekitar 30 menit lagi sebelum tahun 2013 yang bisa dibilang unik ini berakhir. Dan disekitar lingkungan rumah gue daritadi udah terdengar banyak yang menyalakan petasan, bom nuklir dan kembang api. Entah sampai jam berapa semua kegandengan ini bakal berakhir, belum lagi di TSM (Trans Studio Mall) nanti akan ada konser besar-besaran, dari yang mengundang artis Indonesia seperti Noah, Nidji, Geisha dll sampai yang mengundang artis Internasional seperti George Benson. Dan kenapa gue menulis seperti ini (konser di TSM), itu karena, iya, benar, jarak rumah gue dengan TSM cukup dekat. Dan kemungkinan konser di TSM ini terdengar sampai ke rumah gue. Tapi, gue cukup lega setelah mengetahui bahwa semua konser di TSM malam ini diadakan di dalam ruangan tertutup (di dalem Trans Studio dan di Trans Luxury Hotel, atau Ibis Hotel). Yah, minimal suara para vokalis tersebut tidak akan mengganggu tidur gue malam ini. Walaupun masih ada kembang api yang super berisik yang kemungkinan dapat mengganggu ketenangan tidur gue malam ini.

    Sementara yang lain ribut di luar, gue hanya diam di rumah. Dan ini sudah menjadi kebiasaan gue sejak dulu. Ya, gue jarang sekali merayakan tahun baru, baik tahun baru Masehi ataupun tahun baru Hijriah, hehehe *melipir*. Ya, ini memang kebiasaan gue jarang merayakan tahun baru, jadi bukan karena gue terpengaruh dengan Khotbah yang gue dengarkan pada saat Jumatan kemaren yang membahas tentang pergantian tahun Masehi, dan sang Khotib yang tampak masih muda itu sempat bilang :

    "Jika para hadirin sekalian saat tahun baru Hijriah (tahun Islam) tidak pernah merayakannya. Maka para hadiri sekalian jangan pernah merayakan tahun baru Masehi secara berlebihan, apalagi sampai menyalakan kembang api dan sejenisnya."
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
     Ah, oke. Setelah beberapa Minggu mengembalikan diri dari disfungsional otak yang cukup gila ini, akhirnya otak menulis gue udah kembali normal dan beberapa perubahan drastis dalam dunia kepenulisan gue sudah normal kembali. Walaupun ada hal yang belum bisa dirubah, salah satunya adalah bahasa gue yang bisa disebut semi-baku di tulisan yang sedang kalian baca ini.

    Mungkin bagi yang sempat melihat tulisan ini sebelum direvisi seperti sekarang, pasti cukup bingung saat melihat bagian paling bawah. Gue menulis layaknya orang yang sudah terlalu lama menjomblo, dampak terlalu lama tidak menulis. Dan jujur, saat merevisi artikel ini pun, gue masih sedikit bingung, apa yang akan gue tulis selanjutnya.

    Jadi, selama beberapa bulan ke belakang gue mengalami banyak hal di SMA Taruna Bakti Bandung dan sudah bisa dikategorikan sebagai manusia sibuk. Bukan, bukan sibuk mencari jodoh. Kalo tentang itu (nyari jodoh), dari SMP pun mungkin gue udah sering mengatakannya :
    Melihat gambar ini, mungkin kalian akan bertanya "Males carinya atau gak laku-laku, Kal?". Oke, kita lanjutkan saja, anggap saja pertanyaan tadi tidak ada. Terlalu sulit untuk dijawab bagi jomblo seperti gue.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !



    “Siapapun yang berhenti belajar, jiwanya akan menjadi tua, entah usianya 20 atau 80 tahun. Dan siapapun yang terus belajar, maka jiwanya akan tetap muda. Hal yang paling dahsyat dalam hidup kita adalah berusaha untuk menjaga pikiran kita agar tetap muda.” ~ Henry Ford

    Kata bijak tersebut dikatakan oleh Henry Ford, yang merupakan pencipta model mobil T yang menggunakan namanya sendiri, dan produk itu masih dikenal sampai sekarang, yaitu “Ford”. Tapi ini tidak ada hubungannya dengan esai yang akan saya tulis, saatnya kembali ke jalan yang benar.

    Mari kita mulai...

    Saat pertama kali mendengar tema dari esai ini (Rencana Dana Pendidikan Untukku), mungkin sebagian besar dari kita (yang masih pelajar) lantas saja berpikir “Rencana dana pendidikan? Ayolah, aku bahkan baru saja masuk SMA. Masa iya harus sudah memikirkan dana pendidikan untuk ke masa depan nanti? Biarkan orang tuaku saja yang memikirkan itu. Yang perlu aku pikirkan hanyalah belajar, tugas dan bagaimana caranya agar dapat naik kelas dengan nilai yang baik. Tidak lebih dari itu”.

    Bagi saya, itu adalah salah 1 pemikiran paling aneh yang pernah saya dengar. Marilah kita berpikir rasional, kawan. Yah, setidaknya untuk hal yang 1 ini.

    Mungkin kalian akan bertanya lagi “Duh, rasional apa lagi, sih? Kan saya sudah bilang, bahwa yang perlu saya pikirkan hanya belajar, tugas, dan cara agar saya bisa naik kelas dengan nilai yang baik, tidak lebih dari itu. Oh iya, lagi pula dalam soal ulangan Matematikan tidak akan pernah ada soal tentang rasional.” Oke, saya terima jawaban anda. Tapi mungkin Anda lupa bahwa belum lama ini pelajaran Matematika kelas 10 sedang membahas tentang cara merasionalkan penyebut. Sekali lagi, anda kalah dalam percakapan khayalan saya ini. Jadi, sebelum saya berkata rasional, kita harus tau, apa sih arti rasional itu sendiri. Menurut Kant, rasional adalah suatu pemikiran yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam.

    Contohnya adalah “Kok bisa sih, manusia gak melayang-layang saat ada di bumi?”. Jawabannya simpel saja “Karena ada gaya gravitasi bumi yang dirancang sesuai dengan hukum alam.”, cukup rasional bagi saya. Tapi, jika ada pertanyaan seperti “Memang benar ya, Nabi Muhammad SAW pernah terbang sampai Langit ke 7?” Jika anda menjawabnya dengan “Ah, tidak mungkin, itu tidak rasional. Mana ada orang di abad ke 7 bisa terbang sampai ke langit lain. Saya tidak setuju”, maka kemungkinan besar Anda tidak akan disayang Tuhan. Ini beda lagi ceritanya.

    Sekarang, apa hubungannya rasional dengan rencana dana pendidikan?

    Jadi, hubungan antara rencana dana pendidikan dan rasional adalah, bagaimana caranya agar kita dapat menabung untuk digunakan sebagai dana pendidikan kita (atau kalau bisa dan lebih baik lagi, untuk keluarga kita dan orang tidak mampu) di masa mendatang. Itu artinya, sejak SMP (atau lebih baik lagi sejak SD) seharusnya kita sudah bisa menabung secara berkala. Baik dalam tabungan atau celengan sendiri, menabung di sekolah, di orang tua, ataupun menabung di ATM (zaman sekarang sudah banyak ATM yang menyediakan rekening bagi anak-anak, saya dan adik saya adalah salah 1 pelajar yang sudah memilikinya).

    Dan jelas, sebelum menabung, kita harus mempunyai uang untuk ditabung terlebih dahulu. Untuk usia SD mungkin masih bisa lah meminta uang jajan kepada orang tua untuk kemudian ditabungkan. Untuk SMP mungkin masih bisa juga dengan cara yang sama seperti anak SD, atau mungkin sejak SMP kita sudah diberi uang saku bulanan, yang bisa kita sisihkan beberapa tiap bulannya. Tapi alangkah baiknya jika sejak SMP atau SMA kita menabung dari hasil uang yang kita dapatkan sendiri. Selain menyenangkan, menabung dari uang yang kita dapatkan dari hasil sendiri (yang halal tentunya) akan mendatangkan rasa puas dan bangga yang tidak bisa dijelaskan. Mungkin bagi siswa yang tidak terlalu mahir dalam mengerjakan soal Matematika (seperti saya), rasa puas menabung dari uang hasil sendiri sama dengan rasa puas saat kita telah selesai mengerjakan soal Matematika yang lumayan sulit, dan itu dikerjakan sendiri. Anda pasti pernah mengalaminya, rasa puas dan bangga yang tidak bisa dijelaskan saat kita berhasil mengerjakan soal Matematika yang menurut kita, soal tersebut sungguh rumit.

    Oke, kembali pada cara kita untuk mendapatkan uang sendiri agar dapat ditabung. Jika melihat penjelasan saya diatas, mungkin beberapa dari anda berpikir bahwa saya menekan pelajar SMP dan SMA untuk melamar kerja di perusahaan agar mendapatkan uang hasil sendiri. Sekali lagi anda berpikir tidak rasional, setidaknya di dalam imajinasi saya. Saya pernah membaca sebuah kata-kata mutiara, atau yang lebih populer dengan nama “quotes”. Quotes itu mengatakan “Jika Anda lembek kepada diri Anda sendiri, maka dunia akan keras kepadamu. Dan jika Anda keras kepada diri Anda sendiri, maka dunia akan lembek kepadamu”, saya lupa siapa orang yang mengatakan ini, tapi saya ingat bahwa Ayah saya juga pernah mengatakan ini kepada saya. Arti dari kalimat di atas kurang lebih seperti ini “Jika Anda tidak ingin berusaha dan bermalas-malasan, maka Anda akan kesusahan untuk bersaing di dunia ini. Dan jika Anda berusaha keras, disiplin dan rajin kepada diri Anda sendiri, maka Anda tidak akan kesulitan dalam menghadapi persaingan di dunia ini. Dalam artian lain jika kita bermalas-malasan, sangat kecil kemungkinan kita untuk menjadi sukses, rezeki akan menjauhi kita dan kita pun akan menjadi pengangguran. Sementara jika kita disiplin dan mau berusaha, maka kemungkinan kita akan menjadi orang sukses, dan rezeki dari Tuhan akan datang dengan sendirinya, dan mungkin kita dapat membantu orang yang bermalas-malasan tadi.”

    Masih ingat dengan rasional yang sebelumya saya bahas? Yap, ini adalah hubungannya.

    Kembali kepada bahasan sebelumnya. Ada banyak cara untuk mendapatkan uang hasil sendiri sejak SMP atau SMA. Bisa dengan berjualan, berprestasi, ataupun dengan jasa lainnya yang dapat menghasilkan. Ah iya, saya pun baru ingat bahwa usia produktif (usia dimana seseorang seharusnya sudah dapat menghasilkan uang sendiri) itu antara 15-64 tahun. Walaupun saya masih 14 tahun menuju 15 tahun, tapi sejak sekarang saya mencoba untuk menghasilkan uang sendiri. Dan untuk beberapa kesempatan, saya bisa dibilang berhasil. Cara yang saya terapkan untuk mendapatkan uang hasil sendiri adalah berjualan. Dan saya memilih untuk berjualan kostum sepak bola atau yang lebih popular disebut jersey, suatu hal yang memang sangat saya sukai sejak 1 tahun ke belakang ini. Pertama kali saya memiliki jersey adalah saat saja kelas 3 SMP. Sejak saat itu, saya bisa dibilang ‘ketagihan’ membeli jersey. Sampai sekarang ini saya memiliki kira-kira 20 jersey, dan kebanyakan belum pernah saya pakai sama sekali, hanya menumpuk di lemari.

    Dan mulai saat itulah, saya mulai memikirkan untuk menjual beberapa jersey tersebut untuk mengurangi beban di lemari dan untuk menambah uang saku. Dan sejak beberapa waktu yang lalu, saya benar-benar telah melakukannya. Walaupun jersey yang saya jual baru 2 buah, tapi Alhamdulillah, jersey yang saya jual tersebut dapat laku dengan cepat, dengan keuntungan yang bisa dibilang lumayan. Pada awalnya saya hanya berjualan jersey yang tidak asli atau yang biasa disebut “KW”. Tapi, belum lama ini, saya mulai untuk menjual jersey original (asli) yang jika kita mendapatkannya dengan harga murah, maka jika kita jual kembali kita dapat mendapat keuntungan yang cukup besar karena harga jual jersey original yang cukup mahal. Saya pun masih berusaha sampai sekarang.

    Selain itu, mulai saat ini saya mulai berjualan buku yang ada di rumah saya (tentu bukan buku orang tua saya). Dan bisa dibilang, keuntungan yang saya dapatkan cukup baik. Itu karena kecintaan saya terhadap buku, yang membuat saya dapat dibilang merawat buku yang saya jual dengan baik. Kecuali mungkin untuk beberapa buku yang tidak saya sukai, hehehe. Sejak SMP juga, saya sudah mulai mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan secara online. Yang biasanya saya ikuti adalah lomba menulis cerita pendek, ataupun esai yang saya kuasai. Dan puncaknya adalah saat saya terpilih mengikuti Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2013 7 November lalu. Walaupun saya tidak masuk Final, hal itu dapat membuat kepercayaan diri dan kemampuan saya dalam membuat suatu cerita dapat berkembang. Selain lomba menulis, saya pun pernah mengikuti lomba fotografi Nasional. Tapi saya gagal, karena mungkin saya melanggar beberapa aturan lomba. Bodoh sekali.

    Dan tentu, uang yang saya dapat dari hasil penjualan jersey dan buku tersebut (dan uang yang mungkin saya akan menangkan dalam beberapa lomba) akan saya tabungkan sebagian, karena saya adalah orang yang termasuk jarang jajan saat di sekolah. Lagi pula, menabung sejak sekarang dapat mengurangi beban orang tua saya untuk membayar biaya sekolah saya yang bisa dibilang cukup mahal. Atau mungkin suatu saat saya dapat membayar uang sekolah sendiri, suatu hal yang tentu menyenangkan. Dan mungkin, jika saya cukup pintar, saya akan mendapatkan beasiswa yang akan semakin meringankan beban orang tua saya dan uang hasil saya sendiri pun dapat saya gunakan untuk mengembangkan usaha saya. Menyenangkan sekali.

    Sejujurnya, suatu saat saya ingin artikel atau cerita saya dapat dimuat dalam sebuah koran atau majalah. Mungkin untuk pertama kali, saya ikhlas jika tidak dibayar, istilahnya “Biarkanlah saya menikmati rasa bangga ini terlebih dahulu.” Tapi jika sudah berkala, tentu saya akan mencari koran/majalah yang dapat membayar saya. Karena saya pun butuh uang, zaman sekarang susah mencari yang gratis, selain Ridho Allah Swt., hehehe. Atau yang lebih saya harapkan lagi, suatu saat saya dapat menerbitkan sebuah buku yang di sampul depannya tertulis nama saya. Bagi saya itu adalah suatu kebanggaan tersendiri dari seorang pemuda yang bercita-cita menjadi seorang penulis. Dan apa lagi jika mengetahui jika buku karangan kita sukses dan disukai banyak orang. Entah apa yang akan terjadi pada saya jika hal tersebut terjadi, mungkin saya akan menjadi gila, tentu bukan dalam artian sebenarnya.

    Mungkin bagi Anda, hal yang saya lakukan di atas (jersey, buku dan menulis) adalah hal-hal kecil. Siapa bilang? Mereka tidak kecil, karena bagi saya ke 3 hal tersebut adalah sesuatu yang sangat saya sukai. Maka saya akan terus berusaha menjaga hati dan pikiran saya tetap terfokus kepada tujuan saya, saya tidak akan pernah menyerah untuk itu. Dan seperti kata Henry Ford di awal esai, saya akan terus belajar agar pikiran saya tetap muda. Saya akan berusaha maksimal, dengan disertai doa. Saya pasti bisa.

    “Pergilah dengan percaya diri ke arah mimpi kalian. Wujudkanlah yang kalian angan-angankan dengan usaha dan doa.” ~ Henry David Thoreau
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    "Maafkan aku, yang tak sempurna
    Sampai kapan pun itu, aku tetap begini
    Ku hanya ingin, untuk selalu menjadi,
    Yang terbaik untukmu.."


    Yah, namanya juga hidup...
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Sebenernya ini post ditulis waktu gue masih bocah di SMA. Tapi karena sayang udah jauh, lanjutin aja.

    Gue pasti ngakak bacanya nanti.

    Begitupun kalian, terutama yang dulunya X-6.

    ==========

    6 Agustus, 2013

    Akhir-akhir ini temen sekelas gue di SMA menganggap gue gila. Bukan, mereka menganggap gue gila bukan karena gue suka melemparkan guru killer dari lantai 4 dan bukan juga karena gue suka merubah isi tong sampah menjadi makanan sehat. Berhentilah dari ucapan seperti itu, menggelikan.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Untuk Yth. Saudara Nauval Zulfikar alias Jul yang ditolak sebelum nembak sama gebetannya dengan dibilang pendek dan berotot.

    Banyak yang heran sama gue. Bukan, mereka bukan heran karena gue itu ganteng tapi kenapa sampai sekarang gue jomblo *ngesot*. Tapi, mereka heran karena gue itu, (maaf, gue bukan mau sombong, kecuali ke Jul) tinggi. Ya, tinggi. Tapi kan, orang tinggi itu wajar kan? Iya, wajar, tapi bagi kalangan om-om yang tinggal di Eropa sana. Mungkin kalian bertanya, “Berapa sih tinggi gue, sampe orang-orang pada heran sama gue?”
    Bukan gue kok tenang sodara-sodara !!
    Oke, terakhir gue ngukur tinggi gue itu saat di UKS sekolah gue beberapa bulan lalu, dan tinggi gue itu 175 cm, tapi beberapa menit kemudian gue ngukur lagi, eh malah jadi 178 cm, dan pas diukur untuk yang ketiga kalinya, tinggi gue malah jadi 173 cm. Dan dari hal ini gue bisa belajar 2 hal : Pertama, ternyata dalam beberapa menit saja, tinggi gue bisa nambah 3 cm dan tiba-tiba turun secara sadis (5 cm). Dan yang kedua, selain cewek jomblo yang mempunyai sifat labil, ternyata tulang di tubuh gue juga labil. Mungkin karena masih jomblo kali, ya? *meratapi nasib*

    Oke, itu beberapa bulan lalu, dan sekarang gue ambil kesimpulan bahwa tinggi gue itu 178 cm (perkiraan, entah udah nambah tinggi). Mungkin, tinggi 178 cm itu sekarang gak aneh lagi bagi orang Indonesia. Tapi masalahnya, gue itu kelahiran tahun 1999 (ya, 1999. Jadi bukan tahun 1741 seperti yang kalian ketahui selama ini). Dan umur gue setahun lebih muda dari temen sekelas gue. Tapi, gue bisa dibilang manusia paling tinggi di kelas 9.8. Walaupun menjadi anak tertinggi di kelas, gue merasa ada yang lebih tinggi dari gue di 9.8, siapa dia? Dia adalah Bagas, karena tiap kali gue berdiri di sebelah dia, gue jadi merasa lebih pendek beberapa senti.

    ***

    Draft berakhir sampe situ, saatnya melanjutkan. Kisahnya mungkin dicampur dengan masa SMA karena post ini dilanjut pas gue kelas 2 SMA.

    ***

    Seperti yang udah gue bilang di atas, tinggi gue waktu SMP kira-kira 178cm. Entah sekarang, gue terakhir ngukur ya pas itu. Mungkin udah nambah dikit mah.

    Tadi juga di SMP gue bilang kalo Bagas kayanya lebih tinggi daripada gue. Kalo di SMA, woah, banyak banget yang lebih tinggi, cewepun ada malah. Orang macam Arya (Dipajaya), Ozi, Rizky (Pradipta) dkk adalah orang yang kalo gue berdiri di sebelahnya, gue berpikir 'Buset, tinggi amet lu tong'. Bahkan cewe pun ada yang setara sama gue. Yang seangkatan itu Disa (Pranaya), dan adek kelas ada (Ra)bita. Tinggi nya sama kaya gue, atau lebih tinggi malah.

    Gapapa sih.

    Yah, gatau, kenapa gue bisa kaya gini, Alhamdulillah aja. Di keluarga gue gak ada yang tinggi menjulang malah. Yah wajar aja keluarga asal gue berasal dari keluarga petani. Gatau sih hubungannya apa, tapi ya gitulah.

    Pas awal SD, gue sama kaya temen gue yang lain. Sama pongkrengnya, sama itemnya (keseringan keliling komplek make sepeda dan keseringan maen bola), sama jeleknya (untung wajah gue sekarang lebih makmur). Nah, pas pindah ke rumah sekarang (di Gatsu) tahun 2008, gue kayanya mengawali periode awal tumbuh tinggi (dan besar, sial). Waktu kelas 5, tinggi gue 158cm, tertinggi di kelas. Waktu kelas 6 juga, walau mungkin si Theo setara sama gue, dan Rezki juga. Waktu SMP, udah lumayananlah banyak yang sama. Kaya Rauf, Yara, dll. Tapi pas kelas 9 Bagas kayanya yang lebih tinggi dari gue. Pas SMA udah banyak yang lebih tingg . Akoe rapopo.

    Mungkin 178 cm ini gue raih karena kebiasaan gue yang bertahan sampe sekarang. Rada botjah sih, tapi kayanya efektif juga. Minum susu. Sampe sekarang gue rajin minum susu tiap hari (ya, tiap hari). Gak lengkap aja hari gue kalo gak minum susu. Dan susu inilah yang membuat gue gak terlalu suka kopi. Kurang cowo emang. Entah gimana kalo gue ke daerah Melayu (dimana masyarakatnya adalah peminum kopi kelas beradz) dan bilang gak suka kopi. Mungkin gue akan dianggap sebagai penjelmaan Satan dan dibakar hidup-hidup disana.

    Ah iya, selain itu gue dari kelas 7-10 juga ikutan eskul basket. Mungkin ini juga rada membantu gue untuk mencapai 178 cm. Walaupun sampe sekarang cara bermain basket gue gak lebih dari amatir, tapi ya setidaknya gue dapet manfaat dari basket inilah. All hail John Naismith. Jadi orang yang (bisa dibilang) tinggi itu lumayan lah banyak untungnya. Kalo main basket ngeshoot gampang. Kalo maen bola nyundul gampang. Juga lebih gampang dapet cewe (kata gue, walau gue jomblo sampe sekarang *nangis*). Karena menurut penelitian yang dilakukan oleh seseorang, cewe cenderung akan nyari cowo yang lebih tinggi paling nggak 10cm dan lebih tua paling nggak 2-5 tahun darinya.

    Dan cewe yang kayanya setara / lebih tinggi di SMATB cuman Disa sama Bita, jadi gue lebih banyak kesempatannya buat dapetin cewe, yah terlepas dari kenyataan pahit berupa gue jomblo. Alasan cewe nyari cowo yang lebih tinggi kayanya biar dia bisa sandaran ke pundak cowonya deh. Ea.

    Selain itu, dengan jadi orang tinggi kita juga bisa ngejek orang pendek (hanya bisa diterapkan ke temen deket). Dalam hal ini, gue melakukannya kepada Jul. Dia kira-kira cuman sebahu gue. Dia nyesel katanya dulu ikut beladiri terus (makanya badannya keker macan Ade Rai, gak serem amat sih) dan mau ikutan basket, pas kelas 2 udah setengah jalan, pas umurnya udah menuju 17. Malang nian Jul ini. Dan akibat 'kependekan'nya itu, dia malah ditolak sama gebetannya, bahkan dia belum nembak. Kalo dianalogikan kaya gini :

    Rencana kita gagal total disaat kita bahkan belum nyusun rencana itu sama sekali.


    Gitulah, saat gue nanya ke gebetan Jul (temen deket gue juga) "Eh, maneh lebih suka cowo tinggi atau berotot?" dan dia jawab "Tinggi lah, apalagi atletis. Geleh weh kalo ada cowo yang *****" gak akan ditampilkan, kasian Jul penderitaan dia banyak. Mungkin kalian yang SMATB bakal nanya 'Naha si Diko jarang dibully ku maneh Kal? Sieta kan cebol". Gak cebol sih, setara Jul lah, tapi lebih kurus. Yah, alesan dia gak diejek pendek sama gue adalah : Diko gak jomblo.


    Gue aja yang sangat diuntungkan menurut penelitian tadi masih jomblo. Lah Diko yang jadi objek tidak diuntungkan di penelitian itu, malah udah punya pacar.

    Hidup emang kadang gak sesuai dengan kenyataan.

    Hidup memang perih, kawan.

    Tetaplah berjuang.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Beberapa Bulan ke belakang ini gue tiba-tiba menjadi Germanysyndrome (?) atau memiliki rasa tertarik dengan Jerman. Ya, akhir-akhir ini gue mencoba belajar Bahasa Jerman dan mempelajari segalanya tentang Jerman. Semua ini berawal saat gue kelas 6 SD, HP Sony Erricson gue disetting kedalam Bahasa Jerman yang saat itu gue gak mengerti sama sekali. Sejak saat itu gue mulai tertarik dengan bahasa Jerman yang menurut gue lebih menarik dari kumpulan bahasa asing yang ada di HP itu (Bhs. Inggris, Perancis, Cina dll). Lalu gue pun secara sedikit-sedikit tau kata-kata Bahasa Jerman sederhana yang biasanya ada di HP, seperti zuruck (kembali), bitte warten (harap tunggu), nachricht (pesan), posteingang (kotak masuk), neuer (baru), bild (gambar), anruf (panggilan) dan beberapa kata sederhana lainnya. HP gue saat itu pun terus memakai Bahasa Jerman sampai akhirnya terpaksa diganti karena sudah rusak, menyedihkan.

    Saat kelas 7 dan kelas 8, kecintaan gue terhadap Bahasa Jerman menurun, tapi HP gue tetap pakai Bahasa Jerman. Dan kecintaan gue terhadap Bahasa Jerman kembali tumbuh saat kelas 9 semester 2 ini. Ya, gue tertarik dengan Bahasa Jerman beberapa bulan sebelum Ujian Nasional, yang harusnya Bahasa yang musti gue pelajari saat itu adalah Bahasa Inggris.

    Mungkin cara gue tertarik kembali dengan Bahasa Jerman ini sedikit konyol. Saat itu Borussia Dortmund sedang bagus-bagusnya di Liga Champions Eropa. Maka dari itu saat gue berkunjung ke salah 1 toko jersey bola di Bandung, gue sempet liat jersey Borussia Dortmund (tapi ujung-ujungnya gak beli juga, hadoohh). Dan gue liat di jersey itu ada tulisan "Echte Liebe" di bagian lehernya.
    Jersey Borussia Dortmund Away.
    Gue tiba-tiba saja tertarik dengan tulisan Echte Liebe itu. Entah kenapa, padahal saat itu gue gak tau artinya, dan akan mencoba mencari artinya. Akhirnya, beberapa hari kemudian. Saat gue les Bahasa Inggris, gue nanya artinya ke guru gue itu (guru les Inggris gue bisa Bahasa Jerman juga). Gue keliatan sangat.awam saat menanyakan artinya. Karena gue bacanya aja ecte libe, mungkin yang bisa Bahasa Jerman ngakak membaca tulisan ini. Guru gue pun menjelaskan kalo itu bacanya Ehte liebe dan guru gue menjelaskan kalo Echte itu kurang lebih artinya "manis atau sejati" dan Liebe itu artinya cinta. Jadi, arti dari Echte Liebe kurang lebih adalah "Hidup seperti Larry!!. Eh salah. Maksudnya arti dari Echte Liebe itu kurang lebih adalah "Cinta sejati", so sweet :). Selain itu, gue pun menanyakan arti dari Bahasa Jerman yang ada di HP gue dulu (yang udah dijelaskan diatas itu loh). Sejak saat itu gue pun bener-bener berniat belajar Bahasa Jerman.

    Selain dari HP, gue juga tau beberapa kata (bahkan kalimat) dalam Bahasa Jerman yang ada di kalender berbahasa Jerman yang gue punya, yang merupakan oleh-oleh saat Ayah gue ke Jerman beberapa tahun lalu. Walaupun itu kalender tahun 2009, gue tetep majang kalender itu dengan bangganya di kamar gue sampai sekarang. Bukan untuk lihat tanggalnya, melainkan untuk belajar kalimat yang ada disana. Kalimat dan kata-kata yang gue berhasil artiin di kalender itu antara lain :

    1. Heute ist wirklich ein schöner Tag, mein Freund. : Hari ini adalah hari yang indah, temanku.

    2. Bleib doch gelassen und ruhe etwas aus. : Hanya tinggal tenang dan santai sedikit.

    3. Übersetzungen : Terjemahan.

    4. Vornekurzhintenlang : Pendek didepan panjang dibelakang. (biasanya untuk model rambut)

    5. Falscher Rapper : Rapper palsu.

    6. Du siehst ja prima aus : Kau tampak baik-baik saja

    7. Eh, yo. Was geht'n Alder? : Eh yo, apa kabar Alder?

    8. Oh, das ist aber schön!! : Oh, tapi itu indah!!

    9. Massiv : Kokoh

    10. Saya ganteng.

    Yah, begitulah. Arti dari kalimat diatas ada yang saya tanya langsung ke guru saya tadi dan ada juga yang nanya ke Google Translate, walaupun pasti rada ngaco. Sesudah kalender tadi, gue mencoba mencari kalimat lebih banyak lagi. Akhirnya gue secara 'terpaksa' beli buku percakapan Bahasa Jerman, yaitu Tägliche Deutsche Konservation karya Reiner Wildt, dan juga kamus Bahasa Jerman yang gue beli di deket sekolah gue. Walaupun buku percakapan itu ada yang buat dewasanya (seperti "Kapan menikah?", "Pemecatan" dll. Tapi gak ada yang tentang "If You Know What I Mean"), gue tetap berusaha belajar dari buku itu. Beberapa bulan kemudian gue beli lagi buku percakapan Bhs. Jerman, kali ini percakapannya lebih umum dan lebih 'anak muda'.

    Dan sampai sekarang gue selalu belajar Bahasa Jerman, sendirian. Iya, saat ini gue hanya belajar dari buku yang tadi gue beli atau dari internet atau dari akun Twitter untuk belajar Bhs. Jerman seperti @LearnXDGerman atau @dw_learngerman dan yang lainnya.

    Oke, mungkin segini dulu untuk kali ini. Doakan saja semoga di masa depan gue udah lancar berbahasa Jerman (padahal Bahasa Inggris juga belom rada lancar, hadoohh) dan gue bisa ke Jerman suatu saat nanti. Aminnn. Guten nacht (jika emang ini malam hari). Wassalamualaikum :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Tanggal 1 Juni lalu, semua siswa SMP di seluruh Indonesia dibagikan hasil UN dan kelulusannya. Ada sekolah yang membagikan nilai ini lewat pos (diantar ke rumah masing-masing, seperti di Bandung), lewat website sekolah mungkin, lewat papan pengumuman di sekolah masing-masing dan lewat hati nurani. Oke, yang terakhir itu tidak termasuk. Ya, di hari itu Indonesia dipastikan akan memiliki berbagai macam ekspresi, dan tentu kebanyakan yang berpartisipasinya adalah siswa SMP. Ada siswa yang senang karena dia lulus dan nilainya tinggi, ada yang sedih karena gak lulus atau lulus tapi nilainya kecil, dan ada juga siswa yang seneng apa adanya, maksudnya dia tetep seneng walaupun nilainya kecil, yang penting lulus. Bahkan ada kemungkinan siswa seperti ini langsung sujud syukur di tempat saat mengetahui dia lulus dengan nilai 21.95 (misalnya). Sungguh warga negara yang baik sekali.

    Oh iya, nem gue Alhamdulillah bisa dibilang lumayan diantara temen-temen gue, yaitu 33.40. Gue pun menjadi yang tertinggi ke 2, walaupun hanya di kelas 98, dibawah Fawwaz yang nemnya 33.45, hanya unggul 0.5 dari nem gue. Tapi gue pun sedikit sedih karena nem temen-temen gue banyak yang bisa dibilang kecil. Bahkan di kelas 98, siswa yang nemnya diatas 30 tidak terlalu banyak, sekitar 10 orang mungkin. Dan di sekolah gue SMPN 43 Bandung nem tertingginya 36.2 dan nilai terendahnya 17 koma sekian sekian. Tapi saat sekolah gue sedikit berduka karena sedang mengalami krisis nem, tiba-tiba terdengar kabar baik bahwa peringkat sekolah gue naik. Yang asalnya 34 menjadi 26 kalo tidak salah. Gue bahkan tidak tau cara merayakan kenaikan peringkat ini, antara senang atau sedih. Sedih karena banyak temen gue yang nemnya kecil dan senang karena peringkat sekolah gue naik, yang berarti di sekolah lain nem nya pada kecil semua. Sulit untuk dibayangkan memang.

    Seperti yang gue bilang, bukan hanya sekolah gue yang mengalami krisis nem. Kebanyak sekolah kluster 2 kebawah mengalami hal serupa, bahkan ada sekolah Kluster 1 yang beberapa murid nya mendapatkan nem kecil. Yang gue denger, rata-rata nem SMP di Kota Bandung menurun drastis sampai 27, mengerikan. Bahkan SMP Kluster 1 seperti SMP 13 pun rata-rata nemnya hanya 31, kalo gak salah, tapi pastinya tetap ada siswa yang nemnya diatas 37. Dan di SMP Kluster 1 lainnya seperti SMP 5, SMP 2, SMP 7 dan yang lainnya, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai nem yang tidak manusiawi, seperti 37 atau bahkan 38. Bahkan gue sempat berpikir bahwa siswa yang mendapatkan nem segitu pasti bukan berasal dari kaum manusia, pasti mereka mahluk asing yang tidak diketahui dan ingin membuat peradaban baru di muka bumi. Bakar!! Bakar!! *gak nyante. Dan bagaimana nasib temen gue di SMP lain? Hasilnya beragam. Alvin, temen SD gue yang ada di SMP 5 nemnya dikabarkan 35.95, Wanda temen SD gue yang sekarang di SMP 13 dikabarkan nemnya sangat tidak manusiawi, yaitu 37 koma sekian sekian. Begitu pula dengan Dea temen TK (ya, TK) gue, dikabarkan nemnya 35 koma sekian sekian, lumayan sih.

    Penurunan nilai nem siswa SMP di Kota Bandung ini pastinya berdampak juga pada PG (Passing Grade) semua SMA Negeri di Kota Bandung. Diprediksikan PG semua SMA Negeri di Kota Bandung pun menurun drastis (ya, termasuk SMA 3 dan SMA 8). Melihat hal ini, gue pun berharap PG SMA 3 dan SMA 8 turun setidaknya sampai 30, amin. Ah oke, hal itu tidak logis dan tidak realistis, mengingat tahun kemaren PG SMA 8 sangat tidak manusiawi, yaitu 38.2 dan PG SMA 3 lebih tidak manusiawi lagi, yaitu 39.1. Perkiraan gue kedua SMA ternama di Bandung itu paling tidak PG nya turun sampai 36 atau paling tidak 35.8 untuk SMA 8 dan 37 untuk SMA 3, tidak terlalu drastis sih.

    Masalah kedua pun muncul. Sekarang, kita akan pakai nilai ini untuk apa? Apakah akan dipakai untuk mencukur bulu dada Bang Haji Rhoma Irama atau setidaknya akan dipakai untuk membuat sebongkah mainan robot-robotan menjadi hidup dan membiarkan dia menjadi predator jahat? Tentu tidak, hei, aku masih normal. Yah, setidaknya aku akan membiarkan nilai itu terkenang selama 1 bulan sebelum gue memakainya untuk pendaftaran ke SMA, walaupun gue sudah diterima di SMA Taruna Bakti.
    Mungkin masalah muncul lagi sekarang. Jarak antara pembagian nilai dengan jadwal pendaftaran ke SMA berjerak 1 bulan, jadi kita diharuskan libur selama 1 bulan penuh (atau lebih) dan diharapkan terus berusaha untuk melepaskan ketergantungan kita terhadap buku latihan soal yang telah menemani kita selama 4 bulan kebelakang. Mungkin bagi sebagian orang, libur selama 1 bulan lebih adalah hal yang sangat menyenangkan dan pasti dia berharap Pemerintah menambah jadwal liburan. Begitu juga dengan orang yang tinggal di belahan bumi Utara dan Selatan, mereka pastinya terbiasa liburan Musim Panas selama 3 bulan. Tapi bagi gue, libur 1 bulan itu benar-benar tidak menyenangkan, kecuali dipakai untuk hal-hal yang memang menyenangkan. Biasanya saat liburan orang Indonesia (termasuk gue kadang) hanya tidur-tiduran, malas-malasan atau mungkin sekedar mengecek apakah Richard Branson sudah membalas mention Twitter kita. Tapi terkadang untuk bermalas-malasan saja rasanya malas sekali. Akan lebih menyenangkan bagi gue saat liburan untuk sesekali futsal sama temen gue atau sekedar mencari jodoh untuk pelipur lara dan untuk melepas rindu di hati yang semakin tak terelakkan lagi #Tsaah.

    Sekian dulu dari gue, terima kasih sudah membaca, semoga sukses selalu!! Wassalam :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Senin, 6 Mei 2013
    Hari ini adalah hari pengumuman Tes Saringan Masuk (TSM) SMA Taruna Bakti. Yap, seminggu setelah test dilaksanakan, akhirnya kita semua bisa melihat siapa saja yang lolos test ini. Hari itu gue bangun rada siang, karena malam kemarin (sekitar jam 10 malam) gue baru aja sampai rumah setelah menjalani perjalanan 8 jam yang melelahkan setelah 2 hari menggila (baca: karyawisata atau piknik) dengan teman sekolah gue di Pangandaran. Dan begitu bangun, gue pun Shalat Duha dulu baru Ibu gue menyuruh gue untuk cari kerja menyalakan laptop.

    Awalnya gue kira Ibu gue meminta gue untuk menyalakan laptop karena Ibu gue ingin menamatkan game Minesweeper yang secara logika mustahil untuk ditaklukan, atau malah Ibu gue ingin coba-coba main Surgeon Simulator, mengerikan memang. Tapi setelah gue selesai Shalat gue tidak mendengar suara gerak-gerik ambulans di game Surgeon Simulator. Ya, perkiraan gue salah besar. Dan gue juga baru sadar bahwa Ibu gue bukan Gamer, bahkan gue pun bukan gamer. Yah, begitulah.

    Dan setelah gue lihat, ternyata Ibu gue sedang membuka situs Taruna Bakti, dan tepatnya sedang melihat Pengumuman Tes Saringan Masuk SMA Taruna Bakti (jika ingin lihat klik disini).
    Beginilah Penampilannya Sekarang.
    Gue pun saat itu bertanya ke Ibu gue "Mah, aku keterima gak?" Ibu gue pun jawab "Enggak Kal, kamu gak ada di tabel. Kamu gak keterima, gak apa-apalah Kal. Yang penting sudah berusaha" Gue pun sebagai warga negara yang baik menjawab "Iya, Mah. Saya ikhlas jika itu dilakukan demi kepentingan negara. Saya ikhlas, Mah. Allahu Akbar!!" Eh, malah ngawur ya? Begitulah deh, pada intinya gue gak keterima. Gue pun merasa wajar gak keterima disini, karena saat test gue melakukan hal yang cukup gila dan bodoh (perlu keterangan? Baca dulu kisah Testing Hari Pertama dan Testing Hari Kedua), harapan gue mulai hilang, dan gue masih tetap jomblo. Oke, karena gue gak keterima, mungkin sekian dulu ki.... Eh sebentar dulu, ada kejutan ternyata!! Mari kita lanjut ceritanya.

    Setelah melihat daftar nama yang keterima, Ibu gue pun scroll lagi ke bawah, dan menemukan daftar tunggu. Ada 2 tabel disana, ada tabel untuk siswa SMP Taruna Bakti, dan yang 1 lagi tabel untuk siswa SMP non-Taruna Bakti. Dan secara mengejutkan, ada nama gue disana (tentu yang di SMP non-Taruna Bakti). Entah apa yang gue rasakan saat melihat itu, senang, panik, bersyukur dan ganteng. Walaupun saat itu gue berada di urutan 5 terbawah, gue tetep besyukur dan heran karena masih diberi kesempatan bersekolah disini setelah saat test sempat panik sampai 3 kali. Tapi, karena masih sedikit bingung, maka Ibu gue pun secara sigap langsung menghubungi 14045 SMA Taruna Bakti. Setelah sepertinya mendapatkan penjelasan yang cukup mendalam, akhirnya Ibu gue tau apa itu daftar tunggu. Daftar tunggu ini berbeda dengan yang ada di tempat praktek dokter, tidak ada kursi dan tidak ada jarum suntik yang menyeramkan, yang hanya ada tabel dengan nama siswa SMP dan juga nomor pesertanya. Siswa yang berada dalam daftar tunggu akan dipanggil kembali secara otomatis sesuai urutan dia di daftar tunggu itu, tergantung dari berapa banyak siswa yang tidak daftar ulang alias mengundurkan diri. Masih bingung? Oke. Jadi gini, siswa yang langsung keterima diwajibkan daftar ulang hari itu juga atau besoknya. Dan bila dia tidak daftar ulang, dia dianggap gugur dan tidak bisa bersekolah di SMA Taruna Bakti. Sedangkan tempatnya yang kosong itu akan diisi oleh siswa yang ada di daftar tunggu. Sudah mengerti? Bagus.
    Nama gue yang di nomor 28.
    Pengumuman siswa yang keterima lewat jalur Daftar Tunggu akan diumumkan hari Senin, 13 Mei 2013. Itu berarti Senin depan. Tuhan masih memberikan gue (dan siswa lainnya) untuk berdoa lebih giat lagi, setidaknya sampai Seminggu ke depan, dan tetap berharap bisa keterima di sekolah ini. Dan setelah gue perhitungkan, gue bisa keterima di SMA Taruna Bakti jika ada sekitar 50 siswa yang tidak daftar ulang alias mengundurkan diri. Membayangkannya saja sudah menyeramkan, tapi semua bisa saja terjadi. Oke, mari lanjutkan ceritanya.

    Senin, 13 Mei 2013
    Hari ini adalah hari besar bagi sebagian orang, termasuk gue. Mungkin hari ini ada orang yang punya pacar baru (sementar gue disini masih menjomblo *nyari shower*), mungkin ada yang baru dapat uang 5 juta yang entah datang dari mana, atau mungkin senang karena dia masih selamat setelah terjun dari lantai 8 sebuah gedung. Sementara gue menganggap hari ini adalah hari besar karena, hari ini adalah Pengumuman Siswa Daftar Tunggu yang Diterima di SMA Taruna Bakti. Ya, setelah diberi kesempatan 1 Minggu untuk berdoa lebih giat lagi, hari ini gue akan melihat hasilnya. Oke, mari kita saling rangkul seperti yang biasa dilakukan pemain sepak bola saat adu penalti, agar suasana saat kalian membaca ini pun lebih syahdu dan dramatis. Mari kita mulai.

    Begitu bangun, Ibu gue menyuruh gue untuk langsung cek website Taruna Bakti, untuk liat pengumuman test, tentu. Tapi karena gue malas nyalain laptop #MaklumJomblo, maka dari itu gue langsung menyalakan modem WiFi di rumah gue dan seketika langsung mengaktifkan WiFi di HP gue. Hal yang gue lakukan tentunya jauh lebih simpel dan akan terasa menyenangkan jika dilakukan di pagi hari. Setelah HP gue tersambung dengan WiFi, gue pun langsung menuju situs Taruna Bakti dan fokus ke SMA Taruna Bakti, lalu melihat bahwa pengumuman itu sudah dipublikasikan sejak 3 hari yang lalu, aneh. Jika ingin melihat pengumumannya, kalian bisa klik disini
    Beginilah, pengumumannya ada di paling bawah.
    Seketika gue klik artikel itu, lalu fokus melihati nama yang ada di tabel itu satu persatu. Tabel pertama berisi siswa yang diterima dari SMP Taruna Bakti. Dari 30 orang, hanya 29 orang yang keterima dari SMP Taruna Bakti. Setelah itu, gue langsung melihat siswa Daftar Tunggu yang bukan berasal dari SMP Taruna Bakti. Disinilah gue mulai deg-degan, fokus, galau, kutilan, panuan dan seakan melupakan kejombloan gue yang sudah lama melekat. Saat gue sedang fokus mengamati nama yang ada di tabel itu satu-persatu. Tiba-tiba gue dikejutkan karena seketika saja wajah Om Sutan Bhatoegana muncul di layar HP gue, mengerikan, tapi ganteng. Eh, tentu bukan. Gue sangat terkejut saat itu karena....

    Nama gue ada di tabel itu!! Ya, itu artinya gue keterima di SMA Taruna Bakti. Alhamdulillah, gue sangat bersyukur atas ini. Oiya, dari 32 orang yang ada di Daftar Tunggu siswa yang bukan dari SMP Taruna Bakti, ada 29 orang yang keterima. Itu berarti hanya ada 8 orang yang tidak diterima, 5 dari SMP Taruna Bakti dan 3 lainnya yang bukan dari SMP Taruna Bakti. Itu artinya ada 54 orang yang tidak daftar ulang alias gugur atau mengundurkan diri, banyak sekali. Dan walaupun gue berada di urutan 2 terbawah, gue masih bersyukur, setidaknya doa gue selama seminggu kebelakang telah dijawab dengan indah.
    Daftar Siswa keterima yang bukan dari SMP Taruna Bakti.
    Mungkin pengumuman yang diatas sedikit tidak jelas. Oke, ini daftar yang lebih jelasnya lagi.
    Lebih jelasnya lagi. Gue masih tetap di nomor 28.

    Setelah itu gue menunjukkan hal ini ke Ibu gue, seketika Ibu gue pun berkata Alhamdullilah, sangat bersyukur. Lalu Ibu gue pun menyalakan laptop untuk melihat pengumuman ini (karena layar HP gue kecil). Setelah melihat dan memastikan kembali bahwa nama gue masih ada (yaiyalah masa ilang begitu saja). Dan setelah dilhat lagi, peserta yang diterima wajib melakukan daftar ulang hari itu juga (Senin, 13 Mei 2013) atau besoknya (Selasa, 14 Mei 2013) dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang, siswa juga wajib hadir saat daftar ulang. Tapi karena hari itu tidak akan sempat, maka gue akan daftar ulang besok.

    Selasa, 14 Mei 2013
    Gue berangkat dengan Ibu gue sekitar jam 7.45 pagi, sedangkan daftar ulang itu sendiri dimulai dari Senin kemarin sama Selasa dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. Dan melihat gue yang berangkat jam segini, bisa dipastikan bahwa gue akan menjadi siswa pertama yang daftar ulang pada hari itu, menyenangkan sekali. Tidak terlalu penting memang, tidak usah kalian pikirkan.

    Akhirnya gue dan Ibu gue sampai di Taruna Bakti jam 8 tepat, lalu tanpa ampun langsung naik ke lantai 3 dengan renyahnya (tidak, tidak ada elang disini. Gue masih pakai tangga). Setelah sampai di lantai 3, gue dan Ibu gue akhirnya menemukan ruang daftar ulang setelah sebelumnya sempat menanyakan ke sekumpulan Kakak kelas yang juga sedikit kebingungan, entah mereka kehilangan konsentrasi begitu melihat wajah rupawan gue *muntah darah*. Ruang daftar ulang berada tidak jauh dari kelas X-8, kelas gue saat ditest dulu. Saat gue masuk, ternyata kondisinya masih.sangat.sepi, gue menjadi siswa pertama yang daftar ulang pada hari itu, maka dari itu gue pun diberi penghargaan yang diakui oleh Lembaga Jomblo Indonesia *diarak keliling kota*.

    Di ruangan itu hanya terdapat 2 guru dan beberapa petugas lainnya. Gue dan Ibu gue pun masuk. Setelah gue dan Ibu gue duduk, guru itu pun menanyakan nama gue, gue kira setiap siswa yang keterima Twitternya akan difollow oleh akun Taruna Bakti. Tapi gue salah, ternyata mereka menanyakan nama untuk memastikan bahwa gue memang diterima. Setelah menemukan nama gue, Ibu guru tadi (yang diketahui bernama Bu Erni, guru Geografi) dan Ibu gue mulai membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, bahkan diantaranya tidak gue mengerti, mulai dari masalah buku, seragam, pembayaran dan berbagai macam hal lainnya. Sungguh tidak menarik untuk didengar.

    Mungkin karena melihat wajah gue yang kebingungan mendengar pembicaraan Ibu-Ibu soal sekolah, maka 1 guru lagi mengajak gue untuk mencoba seragam. Dan ruang untuk mencoba seragam ada di sebelah ruang daftar ulang. Di ruang itu gue ditemani 1 Bapak guru dan 2 orang petugas. Gue mulai dengan mencoba seragam putih, dilanjutkan dengan mencoba rompi atau apapun itu namanya, berlanjut lagi ke baju olahraga, dan diakhiri dengan ganteng saat mencoba sepatu. Lalu semua itu selesai begitu saja, bagaikan ikan yang diterjang ombak di kejauhan malam yang begitu dingin dan mencekam. Mengerikan sekali, aku harap aku tidak bertemu Justin Bieber di persimpangan jalan, atau masa depanku akan dihabiskan dengan dipenuhi rasa cemas, entah kenapa.

    Begitulah, setelah selesai dengan urusan seragam, gue kembali ke Ibu gue di ruang sebelah. Dan Ibu gue tampaknya sedang membicarakan tentang buku dan seragam hasil percobaan tadi. Setelah itu Ibu gue hampir selesai berurusan dengan Bu Erni. Dan saat mereka sedang membicarakan tentang pembayaran (atau apapun itu namanya yang berurusan dengan uang), Bu Erni bilang bahwa uang pembangunan, SPP, DPS, TBC, ACM atau apapun itu sebutannya harus dibayar lewat salah 1 bank, yaitu OC*BC NI*SP. Karena Ibu gue belum punya rekening bank tersebut, maka Ibu gue harus membuka rekening di Bank tersebut, hari ini juga. Bu Erni pun memberitahukan kepada gue bahwa Bank OC*BC terdekat lokasinya berada tidak jauh dari Taruna Bakti, bahkan bisa dicapai dengan jalan kaki. Setelah Bu Erni memberikan peta singkat (coretan pulpen) dan juga surat pembayaran yang rumit nan membingungkan. Gue dan Ibu gue pun keluar dari ruang Daftar Ulang. Oh iya, sebelum keluar, Bu Erni sempat kasih stiker mobil bertuliskan "SMA Taruna Bakti" yang akhirnya gue pasang di mobil gue.
    Keadaan stiker sebelum ternodai (baca: dipasang di mobil)

    Setelah itu gue dan Ibu gue pun keluar dari gedung Taruna Bakti dan memulai perjalanan ke Bank OC*BC NI*SP, tentu dengan berjalan kaki, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Setelah sekitar 15 menit berjalan, akhirnya gue dan Ibu gue menemukan letak Bank tersebut, walaupun sempat bingung karena jalannya sedikit memutar. Gue dan Ibu gue masuk, ambil nomor antrian lalu duduk dengan manisnya di kursi tunggu. Beberapa saat kemudian nomor antrian gue pun dipanggil, gue dan Ibu gue dengan sigap langsung berhadapan dengan Petugas.Bank.Yang.Bertugas.Membuat.Rekening. Ibu gue pun mulai berbicara dengan niatan membuka rekening di Bank itu atas dasar SMA Taruna Bakti (yang memang sudah bekerja sama dengan Bank ini), lalu mereka pun mulai membicarakan hal yang gue tidak mengerti.

    Lalu di sebelah meja tempat Ibu gue buka rekening, duduklah seorang Bapak dan Anaknya yang tampaknya akan buka rekening juga. Awalnya gue biasa aja, sampai mereka mengatakan "Angkat tangan semuanya? Saya perwakilan Analis Jomblo Nusantara, akan memeriksa kalian semua apakah ada yang jomblo atau tidak. Allahu Akbar!!". Eh maaf jadi ngawur gini, maklum jomblo. Bapak itu berkata ke Ibu gue "Anaknya daftar di Taruna Bakti juga, Bu?" mungkin dia menanyakan hal tersebut karena melihat gue yang pakai seragam sekolah. Ibu gue pun jawab "Iya, Pak. Anak Bapak juga daftar di Taruna Bakti ya?" dan inilah yang memulai perbincangan antar orang tua ini. Anak si Bapak tadi diketahui bernama Radityo Wahyu. Yang pertama kali liat pasti mengira bahwa dia Chinese, karena tinggi, putih dan telihat sedikit sipit. Padahal bukan, telah dijelaskan bahwa anak yang dipanggil Adit ini adalah cowo keturunan Jawa-Sunda, sama seperti gue, dan juga menjadi siswa Daftar Tunggu yang keterima di SMA Taruna Bakti. Setelah beberapa menit berbincang, Adit dan Bapaknya pun telah selesai dengan urusan rekening dan berpamitan ke gue dan Ibu gue. Dan gue pun masih harus menunggu lebih lama untuk soal rekening.

    Beberapa menit menunggu, akhirnya Ibu gue resmi memiliki rekening di Bank OC*BC NI*SP yang sepenuhnya akan digunakan untuk bayar sekolah gue selama di SMA Taruna Bakti. Lalu Ayah gue mentransfer ke rekening itu untuk uang pembangunan dan yang lainnya (yang harus dibayar hari ini juga) dan menjalani proses beberapa menit lagi, dan akhirnya persoalan rekening selesai, dan gue harus kembali lagi ke Taruna Bakti, lalu dapat pulang dengan ganteng, tapi masih tetep jomblo. Setelah sampai di Taruna Bakti (lagi) gue dan Ibu gue pun langsung ke lantai 3, lebih tepatnya menuju ruang Daftar Ulang, yang tampaknya sudah ada beberapa siswa yang daftar ulang. Ibu gue hanya sebentar disana, karena hanya mengurus masalah pembayaran. Beberapa menit kemudian, Ibu gue selesai dengan urusan Daftar Ulang dan gue secara resmi dapat bersekolah di SMA Taruna Bakti. Alhamdulillah, begitu menyenangkan. Setelah itu gue keluar dari gedung Taruna Bakti dengan perasaan bahagia. Lalu pulang ke rumah dengan taksi.

    Entah apa yang gue rasakan saat berada di rumah. Karena begitu senangnya bisa bersekolah di SMA Taruna Bakti selama 3 tahun ke depan, meski awalnya sempat pesimis, putus asa dan hilang harapan. Tapi dengan doa dan keyakinan, apapun bisa terjadi. Oh iya, gue juga mau berterima kasih untuk semua yang mendukung gue. Dari orang tua gue yang sudah menanggung biaya sekolah di SMA Taruna Bakti, Rudi yang memberikan semangat lewat Twitter, Fawwaz dan Gemila yang memberikan dukungan secara langsung dan semua teman yang lainnya. Termasuk juga Dhafin yang bilang kalo ikut test di SMA Taruna Bakti itu sama dengan cari mati, dan kali ini gue membuktikan bahwa dengan ikut test disini kita tidak akan mati, kecuali kalo kita terjun dari lantai 4. Terima kasih juga kepada teman yang bilang bahwa daftar di Taruna Bakti adalah pilihan bodoh, karena nem gue bisa dibilang lumayan untuk daftar ke Negeri, minimal ke SMAN 11 Bandung yang memang bagus. Pokoknya terima kasih untuk semua orang yang support gue, terutama teman gue di SMPN 43 Bandung. Terima kasih juga atas 3 tahun kebersamaan kita, semoga bisa bertemu lagi di lain waktu.

    Dan gue sadar. Setelah keterima disini, gue harus lebih baik lagi dari sebelumnya. Gue harus membuktikan kalo gue bisa keterima disini bukan hanya keberuntungan belaka, tapi karena sebuah perjuangan. Gue harus yakin bahwa di SMA ini gue bisa berubah dan bisa sukses di masa mendatang, amin.

    Sekali lagi, terima kasih sudah membaca kisah Trilogi gue di SMA Taruna Bakti itu. Maaf bila ada salah kata ataupun ada yang tersinggung, saya mohon maaf. Sampai bertemu di tulisan saya yang lain. Wassalam :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Minggu, 28 April 2013. Inilah hari kedua gue menjalani testing di SMA Taruna Bakti. Dan hari ini adalah test Bahasa Inggris dan Test Potensi Akademik (TPA). Tidak jauh berbeda seperti kemarin, jam 6.40 gue sudah siap dengan gantengnya dan siap berangkat ke Taruna Bakti. Dan entah kenapa hari ini gue lebih siap. Setelah kemarin menghadapi test yang mudah, susah, panik, galau dan berbagai macam ekspresi lainnya. Dan masih tetap berharap soalnya mudah. Maklum lah, namanya juga hidup #MentalPelajar.

    Jam 6.45 gue berangkat ke Taruna Bakti, skenarionya sama seperti kemarin. Berangkat bareng Ayah gue, lewat jalan rumit, hilang di peta, ganteng, jomblo dan sebagainya. Jam 7-an gue sampai di Taruna Bakti. Tapi kali ini suasana yang gue lihat sedikit berbeda. Tidak ada siswa SMP ngumpul, setidaknya untuk mendiskusikan bagaimana cara membuat pengawas tidur, atau membicarakan siswa jomblo yang HP nya kejebur (eh, itu mah gue ya?). Ya, tidak ada keramaian siswa SMP disini, tidak ada cowo yang sendirian kesepian dan butuh kehangatan. Seperti tidak ada kehidupan disini, kecuali mungkin satpam. Apakah spesies manusia berumur 14-15 tahun sudah punah? Oh Tuhan, tolonglah diriku seorang *kemudian bersujud*.

    Ah, itu berlebihan, apa yang kalian pikirkan? Ternyata, begitu datang semua siswa diperintahkan untuk langsung naik ke lantai 4, jam berapapun datangnya. Itulah yang membuat gerbang sepi, maka dari itu gue pun naik ke lantai 4, dengan beberapa siswa yang datang bersamaan dengan gue. Begitu sampai, gue langsung menuju ruang 18. Sudah lumayan banyak yang datang, ada yang sama orang tua, temen bahkan pacar *inget nasib*. Tapi, hei, ini baru jam 7 pagi, test dimulai jam 8, jadi kita 'terpaksa' nunggu sekitar 60 menitan lah, ngeri. Jadi selama periode itu gue melakukan hal yang gue lakukan kemaren untuk menunggu jodoh yang tak kunjung tiba bel berbunyi. Ya, seperti melihat sekeliling, mondar-mandir, iseng ngerjain soal B. Inggris atau soal TPA untuk test hari ini, iseng terjun dari lantai 4 (eh, nggak gini juga deng), dan berbagai macam kegiatan lainnya, termasuk meratapi nasib sambil melihat orang pacaran *nangis*.

    Seperti yang sudah gue katakan, gue terkadang mengerjakan soal latihan B. Inggris sambil nunggu bel, dan banyak juga yang melakukan hal yang sama seperti gue. Jadi, agar terlihat berbeda dan lebih jantan, gue mengerjakan soal dengan memasang tampang ganteng, alis naik 1 ke atas, duduk di bawah, mulai mengerjakan, lalu berteriak "Kampret!! Ini kok soal susah banget ya?!". Bagi kalian yang membaca ini, mungkin hal yang gue lakukan kurang penting dan tidak akan diliput oleh ESPN ataupun TV5 Monde (Prancis). Tapi bagi kami semua yang saat itu mengikuti test, hal ini mungkin bisa menentukan apakah kami akan keterima atau tidak. Apa sih yang aku pikirkan.

    Oiya, mungkin diantara kalian ada yang bertanya bagaimana nasib selebaran yang digunakan untuk memilih jurusan. Apakah gue sudah mengisinya dengan benar atau malah menjadikannya sebagai bungkus gorengan? Oh tentu tidak, gue sudah mengisinya dengan benar, dengan jurusan yang sudah benar-benar gue yakini. Oiya, di seleberan itu ada 4 pilihan jurusan untuk siswa kelas X, ini dia :

    1. Sains dan Matematika
    2. Sosial
    3. Sosial, bila tidak diterima di penjurusan Sains dan Matematika
    4. Sains dan Matematika, bila tidak diterima di penjurusan Sosial.

    Yah kira-kira begitulah kata-katanya. Dan menurut perkiraan gue, siswa yang memilih pilihan nomor 1 dan 3 akan lebih banyak dari siswa yang memilih nomor 2 dan 4. Apalagi nomor 4, mungkin hanya pria sejati yang akan pilih nomor 4. Dan mungkin kalian ingin tau gue memilih yang mana. Dan setelah gue bertapa selama 40 hari di Gunung Vesuvius (gak gini juga kali, ya?) dan meminta petunjuk kepada Allah SWT, akhirnya gue membulatkan pilihan. Gue memilih nomor 4. Ya, gue memilih jurusan yang dipilih para pria (kalo ada cewe yang milih berarti cewe itu 'terlalu' cowo untuk menjadi cewe). Kenapa dibilang pilihan para pria? Mari simak kalimatnya "Sains dan Matematika, jika tidak diterima di penjurusan Sosial". Jadi siswa yang milih nomor 4 ini pada intinya ingin masuk jurusan Sosial, tapi jika tidak diterima mereka 'rela' masuk ke jurusan Sains dan Matematika. Bagi gue ini sedikit konyol. Kita tau sendiri bahwa di Indonesia kebanyakan siswa SMA lebih memilih jurusan IPA daripada jurusan IPS, dengan alasan agar lebih mudah diterima kerja. Tapi kalo di jurusan Sosial gak keterima, apalagi di jurusan Sains dan Matematika. Bisa aja sih, tapi peluang nya mungkin tidak terlalu besar. Ah oke, sudah basa-basinya, mari lanjut ke test.
    Pilihan para pria sejati.
    Test Pertama : Bahasa Inggris
    Jam 8 tepat, bel dibunyikan dan ada perintah memasuki ruang ujian. Skenarionya sama seperti kemarin, masuk ruang ujian dengan tertib, tidak rusuh dan duduk di bangku yang kemarin lagi, lalu semua siswa 'pura-pura' duduk siap, menunggu pengawas masuk kelas. Beberapa saat kemudian pengawas masuk, Ibu-Ibu berjilbab, lalu membagikan soal dan LJK. Setelah selesai membagikan soal dan LJK ke seluruh siswa, Ibu-Ibu ini bilang "Nah, di soal ini ada beberapa bagian soal Listening, yang tidak ada test soalnya. Nanti akan ada pemberitahuan lewat pengeras suara untuk soal Listening. Sekarang kalian kerjakan dulu soal biasa ya". Dan pas dilihat soalnya, emang bener ada soal yang tak berteks soal, ada yang hanya gambar lalu jawaban dan ada juga mengisi kata-kata yang kosong. Maka dari itu gue kerjakan soal berteks dulu. Kali ini tingkat kesulitan soalnya seperti campuran soal Matematika dan B. Indonesia kemarin. Ada yang gampang dan ada yang membuat gue njelimet alias ngebingungin.

    Beberapa saat kemudian, ada pemberitahuan lewat pengeras suara (yang ada di tiap kelas) bahwa soal Listening akan segera dimulai. Semua siswa saat itu pun mulai fokus ke soal Listening. Oiya, soal Listening ada 4 part. Dan soal Listening Part 1 pun dimulai, soalnya hanya berupa gambar lalu pilihan jawaban. Seperti ada gambar tas wanita, kunci mobil dan dompet, begitulah seterusnya. Dan ternyata untuk soal Listening ini memakai suara bule beneran, seperti TOEFL gitu deh. Mulailah soal Listening part 1. Pertama ada cowo ngomong ke cewe dalam Bahasa Inggris "Apa saja isi tasmu?" lalu cewe itu menjawab "Ih kepo deh kamu" "Ada dompet dan telefon genggam" dan diulangi sekali lagi. Lalu dari percakapan itu kita tinggal memilih jawaban. Begitulah seterusnya, ada yang gambar liburan, gambar di bengkel dan yang lainnya. Sedikit membingungkan juga memang. Bingung mencerna kalimat apa yang dikatakan si bule tadi.

    Setelah selesai part 1, kita lanjut ke part 2. Dan part 2 ini bercerita tentang wisatawan yang menanyakan tentang informasi saat dia berkunjung ke Kebun Binatang atau semacamnya, dan kita disuruh mengisi kata-kata yang kosong dalam suatu kalimat. Ada 10 soal kalo gak salah, dan sekitar 3 soal pertama gue berhasil mengerjakannya dengan lancar jaya, tapi soal nomor 4 sedikit membingungkan. Soalnya kira-kira begini (dalam Bahasa Inggris) "Lalu kami berjalan melewati sebuah akuarium raksasa, kami berjalan dalam ____ yang begitu panjang" begitulah. Gue tau itu maksudnya wahana eskalator yang ada di dalam akuarium seperti di Sea World itu loh, tapi sekali lagi yang membingungkan itu tadi si bule ngomong apaan?! Akhirnya dengan penuh rasa ganteng dan percaya diri, gue mengisi kata-kata yang kosong tersebut dengan "Cave" entah "Labrinth" gue lupa hehe (ketauan deh begonya, duh gawat nih *jual diri*). Mungkin tidak masuk akal, tapi namanya juga terdesak, mau gimana lagi. Lalu sisa 6 soal lagi sebagian gue jawab dengan lancar jaya dan ada juga yang (masih tetap) membingungkan.

    Selesai dengan Kebun Binatang, kita lanjut ke part 3 dan part 4. Dan sejujurnya gue lupa soal itu tentang apa, yang gue inget dari part 3 kalo gak salah tentang cerita dongeng gitu, dan part 4 tentang liburan kalo gak salah. Jadi maaf gue gak bisa ceritain disini hehe. Oh, mungkin ada siswa SMP lain yang bulan lalu ikut test di SMA Taruna Bakti juga (dan kebetulan sedang membaca tulisan ini) untuk membantu saya mengingat apa saja soal Listening part 3 dan part 4 pas test Bahasa Inggris? Terima kasih huehehe. Adakah?

    Soal Listening berjalan sekitar 35 menit, dan waktu total yang disediakan hanya 1 jam. Itu berarti kita hanya punya 15 menit untuk mengerjakan soal teks, dan kira-kira ada waktu 10 menit sebelum soal Listening dimulai (dari mulai pembagian soal tadi loh). Jadi waktu itu tersedia 15 menit lagi, dan sialnya (lagi) ada beberapa soal membingungkan yang gagal gue jawab. Beberapa saat kemudian mulai banyak siswa lain yang mengumpulkan LJK nya. Waktu pun tersisa 10 menit lagi. Dan tinggal sedikit siswa yang belum selesai 'bertempur' dengan soal, termasuk gue. Karena saat itu gue benar-benar panik untuk yang kedua kalinya (yang pertama saat test Bahasa Indonesia kemarin), akhirnya gue pun menerapkan cara seperti kemarin lagi, yang hanya boleh diterapkan saat kita dalam keadaan panik saja.Ya, gue mengerjakan beberapa soal dengan asal-asalan, langsung hajar tanpa liat soal, mengisi Like a Boss, dan mengovalkannya tidak rapih pula. Lalu dengan rasa yang panik gue pun mengumpulkan LJK dan soalnya, dengan penuh rasa putus asa, tapi masih tetap berharap dengan sedikit keberuntungan gue bisa keterima di sekolah ini.

    Lalu bel dibunyikan lagi dan semua siswa pun keluar ruangan untuk beristirahat selama 30 menit. Test kedua adalah Test Potensi Akademik (TPA) katanya semacam psikotest gitu deh. Maka dari itu selama 30 menit yang berharga itu gue menghilangkan melihat sekeliling dan terjun dari lantai 4 dari daftar kelakuan gue selama istirahat. Jadi selama 30 menit itu gue benar-benar mengerjakan soal latihan TPA untuk tingkat SMA dari buku yang gue bawa dari rumah. Awalnya cukup membingungkan, karena gue jarang mengerjakan soal psikotest dan semacamnya. Tapi akhirnya secara bertahap gue bisa beberapa, lumayan lah. Setelah 30 menit berjuang mengerjakan soal, akhirnya bel masuk dibunyikan kembali. Kami pun masuk ke ruang ujian untuk menjalani tes psikotest. Bismillahirrahmanirrahim. Mari kita mulai.
    Salah 1 soal yang gue kerjakan. Semoga jawabannya bener.
    Test Kedua : Test Potensi Akademik
    Beberapa menit menunggu, pengawas masuk. Lagi-lagi Ibu-Ibu. Sebelum menyimpan tas masing-masing di depan kelas, pengawas menyuruh semua siswa untuk membawa selebaran untuk memilih jurusan tadi. Setelah mengambil selebaran tadi, pengawas menyuruh untuk meletakan selebaran itu di sudut meja sebelah kiri, nanti pengawas akan keliling untuk ngambil selebaran tadi. Okedeh, setelah itu Ibu pengawas membagikan soal dan LJK nya. Setelah mengisi data diri di LJK, gue melihat soalnya. Lalu, ebuset, soalnya ada 60 entah 50 kalo gak salah dan lumayan rumit. Ada sih yang kayanya sama seperti yang gue kerjakan tadi, tapi ada juga soal cerita yang rada membingungkan. Gue pun mengerjakannya sambil baca Bismillah aja (begitupun di 3 pelajaran sebelumnya) dan berharap jawaban gue benar dan gue bisa keterima disini. Soal angka ada yang gue kerjakan dengan lancar dan lagi-lagi masih ada yang membuat gue bingung. Soal cerita benar-benar membuat kita malas, harus membaca panjang-panjang lalu menyimpulkan dan menjawab dengan rasa lapar (karena abis mikir keras di Soal Listening B. Inggris tadi). Ain't Nobody Got Time For That.

    Untuk yang kedua kalinya gue gak bisa menjelaskan secara detail soal yang ada di test nya, gue lupa nih hehehe. Ya mungkin kalian tau sendirilah soal test psikotest untuk SMA gimana rupanya, terkadang menyebalkan juga. Dan yang menyebalkan dalam test ini adalah jumlah soalnya yang tidak sebanding dengan waktu yang disediakan. Soalnya kalo gak salah ada 60 sedangkat waktunya 60 menit. Ya bisa sih, 1 soal 1 menit. Tapi itu hanya bisa dikerjakan oleh anak dengan otak yang versi bukan manusia. Sedangkan gue yang otaknya versi manusia purba yang mungkin menulis saja masih diatas tulang ayam. Jadi untuk yang ketiga kalinya gue panik lagi saat test di SMA Taruna Bakti, dan itu yang membuat gue mendapat penghargaan sebagai siswa terpanik di Taruna Bakti, sudah ditandatangani oleh Om Lemon (yang suka nonton Rekreasi Azis Nunung pasti tau Lemon itu siapa) dan diakui oleh Badan Kejombloan Nasional. Jadi saat waktu tersisa 15 menit lagi dan ada beberapa soal yang belum gue isi (karena bingung), gue lagi-lagi melakukan hal yang sama dengan yang gue lakukan saat test B. Inggris dan B. Indonesia. Ya, gue menjawab dengan asal-asalan untuk yang ketiga kalinya. Gue udah bener-bener panik dan putus asa saat itu. Jadi gue 'terpaksa' melakukan hal bodoh itu, lagi dan lagi.

    Mengerikan juga sih, 3 mata pelajaran sekaligus gue jawabnya asal-asalan karena didasari rasa kepanikan tingkat tinggi. Dan gue juga takjub sama beberapa siswa yang bahkan sudah selesai 30 menit sebelum selesai, disaat gue sedang mencari bantuan dari Tuhan untuk mengerjakan soal. Yah, cara ini oleh kalian jangan sesekali ditiru ya kalo lagi test dimanapun itu. Mungkin boleh diprakterkan, tapi hanya dalam keadaan yang benar-benar panik hehehe.

    Akhirnya bel pulang dibunyikan dan kami yang belum selesai pun keluar dari kepanikan. Pengawas bilang yang sudah selesai untuk meletakkan LJK, soal dan selebaran untuk milih jurusan tadi tetap di meja, nanti Ibu pengawas itu akan mengambilnya. Jadi begitu selesai, kami semua ambil tas lalu keluar ruang ujian untuk kemudian pulang dengan penuh kedamaian. Oh tidak, mungkin masih dihantui rasa tidak damai sampai pengumuman siapa saja yang diterima di sekolah ini. Pengumuman sendiri akan diumumkan tanggal 6 Mei 2013 lewat Website Taruna Bakti dan lewat papan pengumuman yang ada di Taruna Bakti. Yah, setelah ini tugas kita hanya tinggal menunggu dan berdoa.

    Gue pun turun kel lantai 1 lalu keluar dari gedung Taruna Bakti. Gue menunggu dijemput oleh Ayah gue, jadi gue hanya diam di sekitar gerbang masuk Taruna Bakti, bersama siswa SMP lainnya yang masih mengobrol sama temannya atau hanya sekadar menunggu dijemput oleh orang tuanya juga. Beberapa saat kemudian gue disuruh menunggu di depan Pengadilan Negeri Bandung yang lokasinya bersebelahan dengan Taruna Bakti, sebentar lagi Ayah gue datang. Dan saat menunggu Ayah gue datang, gue lihat ada temen SD gue, Dio Panji yang ternyata ikut test juga disini. Kok gue gak tau ya hahaha. Jadi total dari SD gue ada 3 orang yang ikut test di SMA Taruna Bakti. Gue sendiri, Tyani yang gue temuin kemaren (dia ada di ruang 11) dan Dio Panji. Beberapa saat kemudian, Ayah gue pun datang dan gue pun pulang ke rumah dan masih tetap berharap.

    Mungkin sekian dulu untuk testing-nya. Nanti Insya Allah saya akan menambahkan foto deh hehehe. Maaf jika kepanjangan, dan terimakasih jika anda sudah membaca (apalagi memberi saran atau kritik). Oiya, jika ingin melihat testing hari pertama bisa klik disini. Ya, akhir kata. Sekali lagi terima kasih karena sudah membaca. Semoga kita selalu diberi yang terbaik oleh Allah SWT, amin. Wassalam :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Sabtu pagi, 27 April 2013. Sekitar jam 6.30 pagi, gue sedang bersiap-siap untuk menghadapi hari besar yang akan gue jalani selama 2 hari kedepan. Yaitu, testing di SMA Taruna Bakti!! Ya, selama 2 hari kedepan gue akan ikut sebuah test kegantengan yang mungkin akan merubah hidup gue kedepannya (halah). Maka dari itu gue bener-bener bersemangat hari ini. Hari ini adalah test Matematika dan Bahasa Indonesia. Tapi bukan hanya gue (dan orang tua gue) yang bersemangat. Ternyata teman-teman gue juga bersemangat, salah satunya Rudi. Yang mengirimkan kata-kata penyemangat itu lewat Twitter. How sweet :)
    Manis Sekali :)
    Sekitar jam 6.45 gue udah tampil dengan gantengnya untuk menghadapi test ini (aku tidak pakai baju ala Lee Min Ho disini. Hei, ini kan testing?!). Memakai seragam berlambang 43 dengan gagahnya, lengkap dengan lencana, kaus kaki sekolah dan jam Puma berwarna putih-merah. Dan gue terlihat begitu ganteng, unyu dan nasionalis. Tidak lupa juga gue bawa pasukan alat tulis yang dipakai saat Ujian Nasional kemaren, dengan alasan pengalaman. Sengaja gue pilih pensil yang dipake UN daripada pensil baru. Karena pensil baru kemungkinan masih grogi dalam menghadapi test besar seperti ini. Takut-takutnya nanti pas mau ngisi jawaban malah salah semua lagi. Oiya, tak lupa gue pakai jaket merah anti-air kesayangan gue, agar terlihat lebih jomblo. Menarik, bukan?

    Jam 6.50 gue berangkat ke Taruna Bakti bareng Ayah gue, melewati jalan yang lebih rumit dan mungkin tidak ada dalam Google Earth. Akhirnya sekitar jam 7.10 gue sampai di Taruna Bakti. Saat gue sampai ternyata cukup banyak juga jomblo berkeliaran orang yang jual papan ulangan. Salut deh, mereka bahkan tau jadwal test di SMA Taruna Bakti, totally respect. Dan saat gue masuk ke gerbang, belum terlalu banyak siswa SMP lain yang mau nyari jodoh ikut test. Mungkin karena test dimulai jam 8 pagi, jadi siswa lain belum pada datang. Atau entah gue yang datang terlalu pagi, entahlah.

    Beberapa menit kemudian udah cukup banyak siswa yang datang. Dan gue liat siswa yang akan jadi saingan gue benar-benar mengerikan. Tidak, mereka tidak membawa sniper untuk membius pengawas ke ruang ujian. Maksudnya adalah mereka kebanyakan berasal dari SMP 5, SMP 2, SMP 7, SMP 13, SMP Taruna Bakti, SMP Istiqomah dan berbagai macam SMP favorit di Bandung. Sementara gue sendiri bersekolah di SMPN 43 Bandung. Sekolah yang prestasi akademiknya bisa dibilang 'biasa aja' tapi tetap terkenal karena kejombloan gue eskul wajibnya (PMR, PKS, Paskhara dan Pramuka) yang sering jadi juara di Kota Bandung, bahkan Jawa Barat. Dan karena alasan itulah awalnya gue sempet gak yakin bakal diterima di sekolah ini. Eits, tapi pertandingan belum dimulai, gue gak boleh kalah sebelum bertanding :)

    Gue menghadapi 'masalah' kedua disini. Yaitu....kelihatan jomblo dan kesepian (walaupun emang bener sih). Ya, SMP yang gue sebutin tadi dan SMP lainnya cukup banyak mengirimkan wakilnya untuk test di SMA Taruna Bakti, apalagi SMP Taruna Bakti yang bertindak sebagai tuan rumah. Jadi siswa SMP lain bisa tenang karena harapannya untuk dibilang forever alone berkurang, karena ada teman (bahkan pacar) yang menemani. Walaupun kemungkinan mereka nyontek amat kecil (karena di SMP orang), yang penting ada temen. Sementara gue? FYI, gue adalah satu-satunya perwakilan dari SMPN 43 Bandung yang ikut testing di SMA Taruna Bakti ini. Jadi, gue kesepian disini. Hanya ditemani kerupuk kulit, sebatang coklat dan cahaya dari Tuhan. Begitulah kira-kira. Jadi di depan gerbang masuk itu gue bisa dianggap 'kesepian didalam keramaian'. Gue hanya diam, pura-pura ganteng, lalu dipanah dan dijadikan babi guling. Tidak? Oke, mari ulangi. Gue hanya diam, pura-pura ganteng, berharap ada cewe cantik yang nyamper dan berharap tidak ada orang yang meneriaku gue dengan "Woy, lo jomblo ya?!" lalu mengarahkan shotgunnya ke arah gue, mengerikan. Tapi, ternyata ada juga yang tampaknya sendirian, kesepian seperti gue. Tapi, sangat disayangkan, orang itu ternyata laki-laki. Duh.

    Cahaya dari Tuhan agar gue gak kelihatan jomblo tampaknya mulai bersinar sekitar jam 7.30 saat panitia menyuruh semua peserta test naik ke ruang ujian yang ada di lantai 4 (ya, empat). Setelah berjuang dengan sepenuh hati, akhirnya gue sampai di lantai 4. Lalu gue liat Tyani, temen SD gue yang ternyata ikut testing juga, dan begitulah. Setelah ini gue bingung, nyari ruang ujian. Gue kebagian di ruang 18, dan sepanjang mata memandang gue hanya liat ruang 1-11. Hampir aja gue lompat dari lantai 4 karena putus asa, tapi gue inget gue masih jomblo, jadi gue urungin niat itu. Setelah bolak-balik dengan penuh rasa jomblo, akhirnya gue nemu ruang 12-18 yang ternyata terpisah dari lorong atau labirin atau apapun itu namanya. Oiya, ruang 18 itu adalah ruang paling ujung, ada di sebelah WC, dan berada di kelas X-8 (entah kenapa gue lagi-lagi bertemu angka 8, beruntung sekali). Tapi suasanya di sekitarnya enak, ada di dekat ruang terbuka.

    Test dimulai jam 8 pagi, sementara saat itu masih jam 7.30, jadi semua peserta test terpaksa menunggu selama 30 menit sebelum test dimulai. Gue mah cuman diem aja, melihat sekeliling, melihat siswa dari SMP lain (bahkan ada yang kayanya pacaran, aduh itu), berdoa agar testnya lancar dan sesekali mengerjakan soal matematika untuk test kali ini, menyenangkan sekali. Setiap ruangan berisi 20 orang, dan suasana kelas X-8 lumayan enak. Itulah yang membuat harapan gue keterima disini semakin bertambah, gue merasa lebih pede dan ganteng sekarang. Jam 8 tepat, bel dibunyikan dan ada perintah untuk masuk ruang ujian. Gue dan 19 orang lain masuk ruang 18 dengan tertib, tidak rusuh, apalagi sampai saling injak dan tidak ada yang berteriak "Saya belum kebagian. Allahu Akbar!!". Eh, bentar, itu mah pembagian sembako ya? Biarin deh.

    Gue duduk sesuai denah yang ada di pintu kelas, yaitu di baris kedua meja ketiga (siapa sih yang peduli?). Di depan gue ada cewe dari SMP 7, di samping kiri dan belakang gue cewe dari SMP 2, dan di kanan gue cowo yang gue lupa SMP nya dimana, hehe. Tapi walau saat itu gue 'diapit' oleh banyak siswa dari SMP favorit di Bandung (dan juga karena kebanyakan di ruang 18 adalah siswa dari SMP favorit), tapi gue saat itu yakin bisa keterima di SMA Taruna Bakti. Oke, pengawasnya masuk nih. Saatnya memulai test.....

    Test pertama : Matematika
    Sebelum test, seperti biasa pengawas menyuruh kita berdoa dulu agar cepet dapet jodoh test nya lancar. Oiya, pengawasnya adalah Ibu-Ibu berjilbab yang kelihatannya baik, karena tidak terlihat gergaji mesin di tangannya (siapa tau ada yang nyontek). Setelah berdoa, pengawas membagikan soal dan LJK. LJK di Taruna Bakti ini berbeda dengan LJK saat Ujian Nasional. Kalau LJK Ujian Nasional kolom untuk mengisi jawabannya berbentuk bulat, kalau di Taruna Bakti kolom untuk mengisi jawabannya berbentuk lonjong atau oval, unik juga.

    Setelah mengisi nama, nomor peserta, asal sekolah dsb. Gue akhirnya memberanikan diri buat buka soal, dan berharap soalnya mudah semua. Dan doa gue terkabul!! Soal matematika-nya adalah soal Ujian Nasional tahun kemarin (kemungkinan paket C), yang sudah sering sekali gue kerjakan untuk latihan sebelum Ujian Nasional beberapa hari yang lalu. Jadi, gue sudah hafal betul soal ini, bahkan mungkin tanpa ngitung dulu pun gue bisa menjawab soal ini dengan benar. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap soal dan agar tidak terlihat gegabah, gue tetap ngitung dulu sebelum menjawab, walaupun itu soal mudah. Dan saat membulatkan (atau lebih tepatnya melonjongkan) jawaban, gue selalu baca Bismillah dulu, dan berharap jawaban gue benar. Yah, namanya juga hidup.

    90 menit kemudian semua lembar jawaban dikumpulkan. Dan Alhamdulillah sekali, 40 soal test matematika kali ini gue kerjakan dengan amat.sangat.lancar. Tidak ada halangan sama sekali, paling hanya ada 1 atau 2 soal yang awalnya membuat gue bingung, tapi akhirnya ketemu juga jawabannya. Saat itu gue amat sangat percaya diri bisa keterima di sekolah ini, dan masih tetap berharap. Gue sangat bersyukur atas 'cahaya dari Tuhan' tadi, gue sangat senang sampai-sampai gue hampir terjun (lagi) dari lantai 4, tapi gue inget kalo gue ini masih jomblo. Setelah ngumpulin LJK, semua dipersilahkan istirahat selama 30 menit sebelum menjalani test Bahasa Indonesia. Selama 30 menit itu gue hanya makan roti yang gue bawa dari rumah dan kembali melihat sekeliling. Indah sekali hari ini. Subhanallah :)

    Test Kedua : Bahasa Indonesia
    Sekitar jam 10 pagi bel kembali dibunyikan dan kembali ada perintah untuk memasuki ruang ujian. Ya, inilah saat nya test Bahasa Indonesia. Gue masuk ruang ujian dengan sangat percaya diri (setelah test Matematika tadi) dan tetap berharap kalo soal Bahasa Indonesia adalah soal UN tahun kemaren, atau setidaknya soal yang pernah gue kerjakan selama latihan UN kemaren. Tapi ternyata soal B. Indonesia ini ternyata bertolak belakang dengan soal matematika tadi. Ya, anda benar, soalnya SUSAH BANGET COY!! Entah gue kurang beruntung atau memang soalnya susah. Dan gue perkirakan soal B. Indonesia ini adalah soal untuk SMA, entah itu benar atau gue aja yang belum belajar soal kaya gitu, gatau deh. Oiya, pengawasnya kali ini beda lagi, memang sama Ibu-Ibu, tapi kali ini gak pakai jilbab dan mukanya sedikit judes, tapi tampaknya baik hati. Tapi itu tetap gak bisa membuat soal ini kelihatan mudah. Haduh, mampus gue.

    Soal-soal yang tercantum benar-benar aneh dan gak pernah gue pelajari sebelumnya. Hiponim lah, homonim lah, dan berbagai macam kata aneh lainnya. Dibanding gue yang kelihatan gila mengerjakan soal ini, gue melihat siswa lain anteng aja mengerjakan soal. Entah karena mereka bisa, atau karena mereka tidak ingin menunjukkan ekspresi kesusahan mengerjakan soalnya, seperti gue ini. Selain tingkat kesulitan soal yang menurut gue sudah tingkat 'professional expert', sialnya lagi waktunya hanya 60 menit alias 1 jam!! Buset, mengerjakan 50 soal dalam 1 jam, dan harus membaca soal secara teliti dulu, bayangkan bagaimana ekspresi kesusahan gue waktu itu. Mungkin lebih mengerikan dari ekspresi saat kita BAB, apa sih yang gue pikirkan....

    Sungguh merepotkan mengerjakan 50 soal membaca dalam waktu 60 menit saja. Berbeda dengan matematika, kita disuruh mengerjakan 40 soal dalam waktu 90 menit, dan tidak ada membaca, menyebalkan. Alhasil, gue mengerjakan test B. Indonesia ini dengan susah payah, lebih banyak nebaknya. Mungkin jawaban gue yang jawab dengan penuh keyakinan lebih sedikit daripada jawaban asal, rasionya sekitar 1:20. Dan saat waktu tersisa 15 menit lagi, gue kaget karena ada siswa yang sudah selesai mengerjakan soalnya. Oh Tuhan, dia benar-benar ajaib. Bagaimana bisa dia mengerjakan 50 soal membaca dalam 45 menit? Hebat sekali. Gue memprediksikan dia akan masuk calon 7 keajaiban dunia beberapa tahun ke depan. Tapi ternyata, bukan hanya dia yang ajaib. Beberapa detik kemudian siswa lain menyusul mengumpulkan LJK nya masing-masing. Oh Tuhan, ada banyak anak ajaib di ruangan ini!! Sedangkan gue? Gue masih banyak yang belum selesai, sekitar 15 lagi mungkin. Disaat inilah gue benar-benar putus asa, hilang harapan dan membutuhkan bantuan dari Tuhan. Awalnya juga gue bener-bener sempat putus asa tidak keterima disini. Tapi, akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dengan cara yang kurang menyenangkan.

    Jadi, disaat masa-masa kritis mengerjakan soal itu, gue masih ada kira-kira 15 soal belum dikerjakan. Sementara siswa lain kebanyakan sudah mengumpulkan, dan waktu tersisa sekitar 10 menit lagi. Apa yang harus gue lakukan? Akhirnya gue pilih cara cerdas tapi tidak tegas. Yang gue lakukan agar semua jawaban terisi adalah, jawab secara asal-asalan. Ya, inilah yang gue lakukan. Selama 10 menit tersisa gue mengerjakan 15 soal tersisa secara asal-asalan, tanpa lihat soal, bahkan ngebuletinnya pun asal aja, gak penuh dihitamkannya. Cara ini mengerikan emang, hanya boleh dilakukan dalam keadaan darurat. Setelah selesai dengan peristiwa darurat tadi, akhirnya gue mengumpulkan LJK gue ke pengawas. Gue menjadi salah 1 yang paling terakhir ngumpulin. Gue tetep berdoa semoga gue masih bisa keterima di sekolah ini.

    Oiya, sebelum dipersilahkan keluar ruangan. Oleh pengawas semua siswa diberikan selebaran untuk memilih penjurusan. Karena kurikulum baru ini menegaskan bahwa penjurusan di SMA sudah dimulai dari kelas 10. Oke, setelah masing-masing mendapat 1 selebaran. Kami pun berdoa. Setelah itu keluar ruang ujian. Ada yang berwajah gembira, ada yang galau, dan berbagai macam ekspresi yang dapat dilihat saat itu. Sementara gue memasang wajah gembira karena berhasil mengerjakan soal Matematika dan galau karena masih jomblo. Setelah itu gue dan beberapa siswa lain turun ke lantai 1. Ada yang langsung pulang, ada yang ngobrol dulu sama temen, dan ada yang nunggu dijemput orang tuanya, seperti gue. Beberapa menit kemudian Ayah gue datang menjemput. Dan gue pun meninggalkan gedung Taruna Bakti, tapi besok gue akan kembali lagi kesini :)

    Terima kasih bagi yang sudah membaca. Mohon maaf jika terlalu panjang. Semoga hari anda baik. Wassalam :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Rabu malam, 24 April 2013. Gue begitu seneng, karena besok adalah hari terakhir UN. Itu artinya gue bisa mengucapkan selamat tinggal kepada les, buku-buku berangka rumit dan semacam itu. Dan saat itu gue lagi belajar IPA untuk besok. Pada saat belajar gue membayangkan hari-hari setelah UN yang tanpa les, tidak ada belajar, yang ada hanya cara menghabiskan waktu sampai masuk SMA, dan teman-teman, dan juga ibadah. Menyenangkan sekali.

    Tapi, semua pikiran yang amat indah itu sempat terganggu saat Ibu gue menawarkan gue untuk ikut testing di SMA Taruna Bakti. FYI, Taruna Bakti adalah salah 1 Yayasan Pendidikan yang bisa dibilang bagus di Bandung. Pas gue SD awalnya gue mau ikut testing di SMP Taruna Bakti. Tapi apa daya saat gue mau daftar ternyata pendaftaran sudah ditutup. Apa daya si ganteng lewat gue pun akhirnya masuk di SMPN 43 Bandung, sekolah gue sekarang ini. Oke, balik lagi ke penawaran Ibu gue. Gue pun menyetujui penawaran yang sangat menggiurkan bagi anak sekolah itu karena, begitulah. Setelah itu Ibu gue bilang kalo kita harus daftar besok setelah UN, karena Jumat adalah batas pendaftaran. Gue juga ngajakin Fawwaz, siapa tau dia berminat. Tapi, dia gak mau dengan alasan mau daftar ke Sampoerna Boarding School yang nyatanya pendaftaran disana udah ditutup sejak tanggal 15 Maret yang lalu, kalo gak salah, miris. Akhirnya, setelah disetujui, Ibu gue besok akan ke sekolah untuk mengurus pendaftaran ke SMA Taruna Bakti.
    Setelah UN selesai, Ibu gue akhirnya datang ke sekolah untuk fotokopi rapot dan buat surat kelakuan baik. Awalnya gue gak yakin bakal dikasih surat kelakuan baik, karena gue dan anggota R-Bros lainnya adalah buronan paling dicari di SMPN 43 Bandung. Tapi, gue bernafas lega karena petugas TU mengizinkan gue untuk buat surat kelakuan baik dan status buronan kelas 15 pun dicabut dari diri gue. Kenapa bisa begitu? Apakah gue dicintai semua orang saat itu atau apakah gue adalah mahluk dengan masa jomblo terlama di SMPN 43 Banndung? Ternyata bukan. Gue bisa buat surat kelakuan baik karena guru yang membuat surat itu bilang ke gue "Kamu terlalu sempurna untuk jadi buronan" sambil menunjukkan ekspresi genit-genit dangdut. Semua orang yang ada disitu pun akhirnya bertepuk tangan dan bersuka cita, sementara status buron gue berubah menjadi lebih ganteng, yaitu pujaan. Bahkan gue mendapat 2 penghargaan. Yaitu sebagai orang pertama yang membuat surat kelakuan baik dan siswa terganteng tahun ini. Penghargaan yang terakhir itu diakui oleh WWF dan ditandatangani oleh Sutan Bhatoegana, Mentri Peduli Tampang dan Kegantengan Indonesia. Bahkan rencananya gue bakal diarak keliling Bandung, dan pada akhirnya dibakar dan abunya akan dipakai untuk bakar sate (?). Dan saya tetap jomblo.

    Oke, cukup basa-basinya. Setelah selesai buat surat kelakuan baik dan fotokopi rapot. Gue, Ibu dan Adek gue yang entah datang dari mana pun berangkat ke Taruna Bakti, Jalan LLRE Martadimanadinata No. 52 Bandung. Itu adalah kali pertama gue masuk ke gedung Taruna Bakti, bravo. Saat gue datang, suasana tampak sepi. Tidak terlalu banyak anak SD (di lantai 1 dipakai untuk SD Taruna Bakti) yang berkeliaran, dan makan rumput. Entah karena sifat jomblo pusaka gue yang membuat semua siswa saat itu masuk ke kelas masing-masing atau entah karena emang sepi saat itu, Wallahu a'lam. Seperti tidak ada kehidupan disini, tapi tidak terlihat tanda-tanda adanya meteor jatuh disini, membingungkan. Gue, Ibu dan Adek gue pun mempunyai tugas pertama, mencari kehidupan dengan menemukan TU SMA Taruna Bakti. Yang ternyata ada di lantai 3 (ya, lantai 3).

    Setelah naik ke lantai 3 dengan penuh keringat dan perjuangan. Gue pun akhirnya menemukan TU nya. Seketika itu juga gue pun langsung Sujud syukur sambil teriak-teriak "Allahu Akbar!! Terima kasih ya Allah, akhirnya doaku selama 17 tahun (dengan umur gue yang baru 14 tahun) terkabul!! Allahu Akbar!! I'm belong to Allah". Beberapa saat kemudian Rudi datang entah darimana dan melempar gue dari lantai 3 dengan alasan membuat onar dan menggangu ketenangan non-jomblo. Oke, mari berhenti berkhayahal dan mari kita lanjutkan kisahnya.

    Setelah sampai, Ibu gue duduk di kursi tunggu TU-nya, bersama seorang Ibu tak dikenal yang juga akan mendaftarkan anaknya. Dan pada saat yang sama gue lihat di meja TU nya ada seorang Ibu-Ibu yang duduk di depan petugas TU dan juga 2 siswi yang ada disamping meja itu, pemandangan mengerikan. Perkiraan gue kedua siswi itu sekolah di SMPN 13 Bandung. Dan awalnya gue kira 2 siswi itu bertugas menggoda Bapak TU itu agar bisa mendapatkan makanan gratis, eh salah fokus. Maksudnya agar bisa diterima di SMA Taruna Bakti. Ternyata perkiraan gue salah, mereka juga ternyata ingin daftar, dan tentu saja tidak ada makanan gratis.

    Beberapa menit kemudian Ibu dengan 2 siswi itu pergi meninggalkan ruang TU. Dan sekarang giliran Ibu-Ibu yang ada disebelah Ibu gue tadi yang mendaftar. Ternyata, setelah Ibu gue mengobrol dengan Ibu-Ibu tadi secara mencekam, tajam, basah dan dipenuhi oleh logika daripada imajinasi belaka (layaknya obrolan 2 orang Ibu-Ibu yang baru pertama kali bertemu), ternyata anak si Ibu itu dari SMPN 2 Bandung, ngeri coy. Gue pun akhirnya melihat-liat sekitar lagi, banyak cowo ganteng ternyata, ada yang (kayanya) blasteran malah. Untung gue gak lupa diri, kalo nggak mungkin gue udah dilempar Rudi dari lantai 3 untuk yang kedua kalinya. Tapi malahan gue melihat ada Bapak-Bapak yang lupa diri saat mau daftarin anaknya. Bapak-Bapak itu masuk dengan jantan, liar dan percaya diri (kok malah kaya harimau mau kawin ya?) dan berkata kepada petugas TU "Biarlah BBM naik, daripada BBM gak dibales!! Hahahaha!! Kemerdekaan di tangan kita!!" sambil berjoget-joget diatas meja, lalu Rudi datang lagi dan melempar gue dari lantai 3 (lagi, lagu dan lagi). Eh, sebentar, kok gue yang dilempar ya? Duh, salah fokus lagi #MaklumJomblo. Saya ralat, beginilah kira-kira percakapannya :

    Bapak-Bapak : "Pak, saya mau daftarin anak saya nih."

    Petugas TU : "Pak, apasih yang gak boleh buat Bapak seorang?". Eh salah, maksudnya "Surat kelakuan baik sama fotokopi rapot mana, Pak?"

    Bapak-Bapak : "Oh itu syarat pendaftarannya ya? Saya tidak bawa, Pak"

    Petugas TU : "Oh ya sudah, Pak. Besok kalau mau Bapak datang lagi dengan bawa persyaratan tadi. Kalo hari ini bisa sampai jam 2, dan kalau besok hanya sampai jam 9 pagi, Pak."

    BTW, saat itu waktu menunjukkan pukul 04.00 WJS (Waktu Jerman Sekitarnya) alias pukul 10.00 WIB (Waktu Indah Bersamamu), tsaahhh.

    Beberapa saat setelah Bapak tadi keluar ruangan, sekarang giliran Ibu Ibu tak dikenal tadi yang selesai mendaftar. Akhirnya, sekarang giliran gue untuk mendaftar. Yah, begitulah. Gue bantu Ibu gue mengisi kolom yang Ibu gue gak tau, seperti alamat kantor Ayah gue, yang gue pun lupa, haduhh. Dan NISN (atau apapun itu namanya) yang ada di Ijazah SD, yang gue gak bawa. Semua berjalan begitu saja, sampai akhirnya tanpa disadari gue selesai mendaftar, dikasih kartu peserta, dan berhak ikut test di SMA Taruna Bakti. Setelah keluar ruangan, gue pun terjun dari lantai 3 saking bahagianya. Lagi, lagi, lagi dan lagi (oke, hanya jomblo garis keras yang akan melakukan itu). Setelah sampai di lantai 1 (dengan tangga, tentu), gue keluar gedung Taruna bakti dengan perasaan bahagia. Mungkin sama bahagianya dengan jomblo yang akhirnya mempunyai pacar setelah 350 tahun menjomblo atau sama bahagianya saat kita tau bahwa Timnas Indonesia berhasil menjuarai Piala Eropa 5x berturut-turut. Menyenangkan, ganteng dan sangat panas.

    Saat gue sampai di rumah setelah sempat ke sekolah gue dulu bentar. Gue akhirnya menemukan 5 fakta tidak menarik yang disimpulkan dari kisah pendaftaran ini. Apa saja itu? Mari kita simak :

    1. Percaya atau percaya, gue daftar di Hari Kamis, dan testingnya akan dilakukan hari Sabtu-Minggu. Itu berarti gue jomblo mulia hanya punya Hari Jumat untuk beristirahat setelah 4 hari sebelumnya menghadapi kisah mengerikan yang dinamakan "Ujian Nasional". Hari Jumat itupun harus gue pakai untuk mengulang pelajaran untuk testing.

    2. Entah kebetulan atau tidak, gue mendapat nomor peserta 2013-443. BTW, sekolah SMP gue adalah SMPN 43 Bandung, dan nomor pesertanya 2013-443, entah kebetulan atau tidak. Biarlah Tuhan menjawab, kita hanyalah Hamba yang bertugas untuk beribadah kepada Tuhan #MendadakPuitis

    3. Dari beberapa temen di sekolah yang gue ajakin testing di Taruna Bakti, hanya ada 0 (ya, nol) orang yang berminat. Bukan karena biayan (mungkin), tapi karena waktunya mepet. Atau mungkin mereka menolak tawaran gue karena malas buat surat kelakuan baik. Karena mereka berpikir bahwa mereka sendiri adalah buronan paling dicari sepanjang masa.

    4. Ternyata petugas TU SMA Taruna Bakti itu mirip Pak Irawan. Guru Matematika sementara gue saat kelas 8 lalu. Nobody cares? Biarlah, udah biasa kok *nangis*

    5. Gue ganteng

    Salam dari si ganteng bernomor 2013-443.
    Begitulah, kisah trilogi bagian pertama tidak menarik gue saat daftar ke SMA Taruna Bakti beberapa waktu lalu. Bodoh? Gak jelas? Aneh? Ganteng? Laba-Laba? Biarlah, gue membuat trilogi ini untuk mengasah pengalaman nulis gue, kalau kata-kata diatas sesuai dengan artikel ini silahkan dikomentari dengan bijak. Oiya, gue juga membuat kisah ini agar bisa diceritakan ke anak cucu gue nanti. Begini kira-kira cerita gue ke cucu gue saat gue udah tua nanti : "Kakek dulu pas daftar SMA ketemu cowo ganteng loh, sepertinya dia blasteran deh. Untung Kakek dulu gak lupa diri. Coba kalo lupa diri, mungkin Kakek udah mirip Tom Cruise sekarang".

    Yah, begitulah. Maaf bila kepanjangan. Dan tunggu saja kisah gue selanjutnya. Terima kasih, Wassalam :D
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Selamat datang di blog Hai Haykal ! yang merupakan pelopor tulisan tidak berguna sejak tahun 2011. Kami tidak bertanggung jawab atas gangguan mata, mual, muntah, kejang-kejang, dan ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya setelah membaca blog ini.

    Tentang Aq

    HAYKAL SATRIA PANJERAINO
    Seorang mahasiswa tingkat akhir yang senang menulis hal yang tidak ada gunanya dan sedang memulai bisnis baju olahraga. Sering random, pelupa, dan suka marah kalo lagi laper.

    Yang Udah Nyasar

    Semua Tulisan

    • ►  2018 (5)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (3)
    • ►  2017 (11)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Maret (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2016 (44)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (30)
      • ►  April (3)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2015 (68)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (5)
      • ►  Agustus (6)
      • ►  Juli (3)
      • ►  Juni (27)
      • ►  Mei (8)
      • ►  April (8)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (7)
    • ►  2014 (36)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (8)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (2)
      • ►  Maret (4)
      • ►  Februari (4)
      • ►  Januari (5)
    • ▼  2013 (18)
      • ▼  Desember (2)
        • Malam Terakhir 2013, Apa Yang Gue Lakukan?
        • Saya Kembali!! (Edisi Revisi)
      • ►  November (2)
        • Rencana Dana Pendidikan - Keperluan Lomba
        • Penggalan Lirik Ecoutez - Maafkan (Tak Sempurna)
      • ►  September (1)
        • Apakah Gue Harus Menjadi Normal?
      • ►  Agustus (1)
        • 178 cm
      • ►  Juni (2)
        • Saya Menyukai Bahasa Jerman, Lalu Bagaimana?
        • Nilai UN Sudah Dibagikan, Lalu Setelah Ini Apa?
      • ►  Mei (6)
        • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pengumuman)
        • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Testing ...
        • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Testing ...
        • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pendafta...
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2012 (46)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (4)
      • ►  Oktober (4)
      • ►  September (2)
      • ►  Agustus (4)
      • ►  Juli (7)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (5)
      • ►  Maret (5)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2011 (7)
      • ►  November (2)
      • ►  September (5)

    Kategori

    Ada Ilmunya Bodoh Cerpen Diriqu Fiksi Gak Jelas Galau Iseng Jejersian Keperluan Lomba Kisah Nyata Lagi Bener Lagu Galau Masa Kuliah Masa SMA Masa SMP Pembodohan Random Review Buku Sehari-Hari Sepak Bola Tantangan Menulis Random - Februari Tantangan Menulis Random - Juni Temen-Temen Terlalu Jujur Tulisan Pendek

    Paling Rame

    • Galauan Lagu : Adhitya Sofyan - Blue Sky Collapse
    • Debat Pramuka, Dan Lain-Lain
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pendaftaran)
    • Galauan Lagu : HiVi - Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi
    • Cowok Sunda-Cewek Jawa
    • Karena Kita Adalah Sahabat Bagi Diri Sendiri
    • Akhir Yang Indah di Bulan Juni
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pengumuman)
    • Galauan Lagu Secondhand Serenade - Awake
    • Hari Pertama Pake Kacamata

    Sosmed Aq

    • Google Plus
    • LinkedIn
    • Facebook
    • Twitter
    • Ask FM
    • Instagram
    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top