Haykal Satria Panjeraino. Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Haykal !

    • Beranda
    • Tentang Aq
    • Kuliah
    • Bisnis
    • Keseharian
    • Romansa
    • Serius
    Buat kalian yang selama ini selamat dari penyakit mata dan pendarahan otak waktu baca blog ini, pasti kalian sadar bahwa sebulan ke belakang ini gue kok terkesan kayak orang pengangguran yang lagi bikin buku motivasi kayak "Malas Tapi Kaya" atau "Cara Cepat Kaya Tanpa Ngapa-ngapain". Ya, bulan Juni ini gue nulis setiap hari. Setiap hari bener-bener setiap hari, dari tanggal 1 sampe 30, tanpa putus. Mungkin kalian memiliki resah dan tanya di dalam dada "Yang jualan uang menjelang Lebaran itu beli uangnya dimana ya".

    Eh salah.

    Maksudnya "Kok bisa ya Haykal tiba-tiba mengikuti nafsu liarnya buat nulis tanpa henti sebulan penuh padahal dia terakhir nulis itu waktu jenggotnya masih dalam bentuk zigot".

    Jawabannya setelah pesan-pesan berikut ini !!

    *iklan pasta gigi*

    *iklan kopi*

    *iklan layanan masyarakat mengapa tidak baik jalan-jalan pake helm tapi lupa bawa motor*

    *iklan kakap asam manis*

    *itu ikan*

    *iklan shampo bulu kaki*

    *iklan film Ratapan Anak Tiri*

    Kembali lagi di HaiHaykal.

    Ya, jadi selama bulan Juni ini gue ikut tantangan menulis gitu yang diadain di fesbuk (iya, fesbuk, tempat yang identik dengan orang-orang kurang piknik dan tukang fitnah dimana-mana) dan gue ikutan. Sebenernya, gue ikut kontes ini dari tahun lalu, yang diadain di bulan Juni juga, makanya Juni tahun lalu gue sama liarnya waktu nulis. Jadi ada satu grup gitu yang berisi orang-orang yang berkomitmen buat nulis sebulan penuh dengan tema yang udah ditentukan. Ada hadiah tapi kecil-kecilan doang *gatau nanti di akhir siapatau dikasih kulkas berjendela atau dikasih Pulau Madagaskar*, dan ya begitu rame deh.

    Gue sendiri ikutan ini gara-gara bosen liburan lulus SMA gak ngapa-ngapain, kerjaan cuman golar-goler dirumah sambil main HP tanpa melakukan sesuatu yang produktif, ya walau tetep golar-goler tapi seenggaknya tiap hari ada 1 tulisan yang gue post. Tahun lalu, gue berharap challenge ini dilanjut sampe bulan Juli *seliar itukah aku*, tapi kata adminnya "Taun depan aja ya" dan mungkin dalam hati adminnya berpikir "Sosoan nih bocah disuruh sebulan aja bolong-bolong lo kayak ban bocor nyari kang tambel". Tapi, tahun ini, gue rasa...

    CUKUP DI JUNI AJA YA.

    Walaupun masa liburan lebih panjang (gue baru masuk kuliah 2 Agustus), tapi entah yah gue ingin menikmati hari-hari gue do nothing. Ya atau mungkin nanti gue mudik atau liburan ama temen-temen, tapi gue pengen berhenti dari tekanan harus nulis tiap hari, yang ngebuat gue susah tidur.

    Hehe min maapkan hamba, saya hanyalah pria mungil penjual kain.

    Tapi bener deh, tantangan menulis ini ngebuat gue rada susah tidur di bulan ini. Karena kebiasaan otak gue yang baru berfungsi jam 10 keatas dan ngebuat gue baru bener nulis jam 10, bahkan 5 hari terakhir ini gue baru nulis jam setengah 12 malem.

    Haters be lyke "Alibi lo, biasanya juga tidur malem kan".

    Ya iyalah tidur malem emangnya gue kang ronda bobonya siang-siang :(

    Buat tulisan tersusah sendiri, kayaknya tulisan kemaren deh, yang judulnya "Elegi", dimana itu adalah tulisan kolaborasi dari kelompok 4 orang yang udah ditentuin. Gue sendiri kebagian nulis penutup (bagian gue di tulisan itu dimulai dari yang ada Kolang-Kaling Air) dan gue baru nulis jam 23.32 karena sempet error dan blablablabla. Akhirnya geber lah, dan, bisa liat sendiri kan :( Kahlil Gibran kalo baca tulisan gue kemaren kayaknya bakal alih profesi jadi kang potong rumput di rumah Raja Swaziland.

    Swaziland ituloh di Afrika, benderanya lucu kayak ikan kerapu lagi dibakar.

    Walau begitu, tapi sebenernya tulisan yang paling susah itu waktu hari bebas, dimana gue nulis "Setelah Lulus, Lalu Apa?". Gue bukan tipe yang bisa nulis begitu aja, harus ada tema, ya wajar SMA aja baru lulus.

    Ah iya, di awal tantangan ini gue sempet dapet musibah dimana laptop gue ketumpahan aer, tanggal 3 kalo gak salah. Jadi mulai hari itu gue nulis lewat HP, yang sebelumnya gue anti banget karena bisa bikin tangan gue lolos kualifikasi Lomba Binaragawan Kecamatan Batununggal. Laptop gue bener sih seminggu kemudian, tapi entah kenapa gue malah jadi keenakan nulis di HP, yang ngebantu gue waktu lagi gak di rumah dan udah jam 11 *ketauan anak malam* *padahal pulang jam 8 aja masup angin*.

    Di tantangan ini juga, gue Alhamdulillah sempet dapet hadiah pulsa 50rb wkwk lumayan buat stalking gebetan :( Gue dapet hadiah berkat tulisan gue yang "Adi dan Koi Kesayangannya" yang entah kenapa bisa menang, padahal itu mulai ditulis jam setengah 12 dan HP gue sempet ngerestart sendiri waktu tulisan itu belom di save, jadi ngulang lagi. Tapi namanya rejeki mah, moal kamana kalo kata orang Denmark mah.
    Me when tantangan menulis sebulan beres.
    Intinya, terima kasih Teh Irma yang udah ngundang saya ikutan challenge ini setahun yang lalu, dan makasih juga hadiah pulsanya huehuehue padahal utang pulsa ke Jul aja belom bayar *Jul itu kang pulsa di sekolah gue*. Terima kasih buat Teh Naya Wulan, Teh Khairul Fida sama Kang Prima Taufik yang membiarkan saya mengacaukan ending cerita "Elegi" yang udah kalian buat dengan mengorbankan raga pikiran waktu dan tenaga. Terima kasih buat yang udah ngelike dan ngomen macem-macem (untung gada yang laporin gue ke Panti Rehabilitasi Hewan Langka), terima kasih buat yang udah baca, terima kasih buat yang udah support biar bisa nulis terus, terima kasih buat Mark Zuckerberg yang udah bikin fesbuk dan terima kasih buat si oren helm gue karena kamu setia menemaniaku berkendara kapan saja dimana saja.

    Sampai ketemu taun depan !!

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Wanita itu terlihat gelisah. Sesekali membetulkan kerudungnya. Aku sama gelisahnya dengan dia, melihatnya dari jarak kurang lebih 2 meter dari tempatnya duduk. Kakiku berat. Aku malah merasa seperti ada paku yang menancap di kakiku dengan tanah. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh pundakku perlahan.

    "Semuanya pasti baik-baik, Sayang. Pasti baik-baik." Aku hanya mengangguk tanpa menoleh pada sumber suara. Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Mencoba mengumpulkan kembali keberanian yg tadi sempat terserak saat melihat kegelisahan perempuan itu.

    Siapapun akan merasakan gelisah saat akan bertemu seorang perempuan yg hadir di tengah-tengah pernikahannya. Perempuan yang diharapkan tak pernah ada di lapisan dunia manapun. Perempuan itu aku. Dan aku mulai melangkah menuju perempuan yg gelisah itu untuk menjelaskan banyak hal. Semuanya harus dijelaskan saat ini. Tanpa kecuali.

    "Selamat siang, Mbak Ranti?" suaraku sedikit bergetar namun lebih terdengar pilu daripada gugup.

    Dia menoleh. Matanya sendu menatapku. Dia mengangguk pelan.

    "Silahkan duduk, Mbak Atarisa."

    "Maaf membuat Mbak menunggu."

    "Panggil saja saya Ranti, mbak."
    aku pun mengangguk. Usianya memang dua tahun dibawahku.

    Hening.

    "Ranti, saya tidak akan meminta kamu memaafkan saya atau kamu pun boleh membenci saya tapi saya ingin sekali menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi."

    "Mbak.. saya heran. Mbak perempuan dan sudah menikah pula. Apa yang sebenarnya ada di pikiran, Mbak?"

    Dia mengatakan itu dengan sedikit terdengar emosi namun dia masih sangat baik sekali mau memelankan suaranya.

    "Disini saya tidak akan mencoba membela diri karena dilihat dari sudut manapun saya memang bersalah namun Ranti tolong dimengerti bahwa saya sudah berusaha untuk menjauhi suamimu. Bahkan lebih dari puluhan kali. Tapi..."

    "Jadi Mbak mau banggain diri Mbak kalau Bang Rendi yang mengejar-ngejar Mbak?" sinis.

    "Ini sama sekali bukan perkara tentang siapa yang mengejar dan dikejar. Ini sama sekali tidak sesederhana itu, Ranti."

    ***

    Ada sesal yang berkecamuk di dadaku. Mengapa aku memilih hari ini untuk menjelaskan semua? Mengapa aku memaksa Bang Rendi mengantarku untuk menemuinya sekarang? Aku sungguh-sungguh belum siap, tapi apakah aku akan siap bila ini ditunda? Rasanya takkan kunjung siap walaupun ku undur pertemuan ini besok, lusa, minggu depan maupun tahun depan sekalipun. Tatapannya yang menelanjangiku seperti menanyakan sebenarnya apa yang kumiliki yang membuat Bang Rendi melihatku dibanding wanita lainnya yang mungkin dianggap memiliki penampilan yang lebih mumpuni.

    Teringat ketiga buah hatiku yang menantiku di rumah. Si sulungku, Nisa, yang sudah menginjak usia remaja tadi melepasku dengan tatapan khawatir. Walau tidak pernah kuceritakan namun Nisa sepertinya tau apa yang terjadi antara aku dan Bang Rendi. Anak keduaku Rama yang baru saja naik kelas 2 SMP yang selalu menanyakan kapan ia akan diajak jalan-jalan lagi oleh Bang Rendi kali tadi tampak marah menatap punggung Bang Rendi. Sementara si bungsu Raya dalam gendongan Nisa berusaha menggapaiku.

    Mengingat ketiganya menguatkan hatiku untuk menyelesaikan ini semua segera.

    "Ranti sayang..." ah..mengapa suara yang keluar dari mulutku tidak seperti yang aku inginkan? Menjadi serak dan berat. Kutarik nafasku dalam-dalam, kembali kukumpulkan keberanianku yang berserakan agar dapat kusampaikan maksud kedatanganku.

    "Sungguh tak ada sedikitpun yang dapat kusombongkan didepanmu. Justru kebodohan dan ketidakberdayaanku yang membuatku sampai di hadapanmu hari ini."

    Kembali kuterdiam, dibalik kobaran api kemarahan Ranti di matanya kulihat kepedihan mendalam yang lagi-lagi menusuk hatiku. Haruskah kuceritakan atau kukatakan saja ini kesalahpahaman?

    *****

    Jakarta 7 tahun lalu, Rendi bergegas menuju rumah sang kekasih Atarisa. Ada kabar gembira yang ingin dia sampaikan. Rumah itu yang menjadi tujuan Rendi bertempat di kawasan elit ibukota. Yang tinggal di sana adalah para pejabat dan konglomerat ternama. Dan sekarang Rendi berhenti di salah satu rumah berpagar tinggi dan bercat hijau. Di kejauhan banyak suara petasan berdentangan, memang dalam beberpa hari Ibukota ini akan berulang tahun berisik pikirnya, tapi bukan itu yang Ia pedulikan sekarang. Ia memencet bel berkali-kali. Wajahnya sumringah tak sabar ingin bertemu dengan si empunya rumah. Pencetan ke tiga, pak satpam datang dan bertanya keperluannya. “Atarisa ada pak?” tanyanya tak sabar. “Oh nak Rendi, masuklah.” Pak satpam membukakan pintu.

    Di depan rumah Atarisa sudah menunggu sang kekasih dari tadi langsung memeluknya. “Aku tidak bisa lama-lama.” ujar Rendi. “Aku harus pergi satu jam lagi” lanjutnya. Atarisa hanya bisa mengangguk sambil menangis. Dia tahu mereka akan berpisah lama, tapi dalam hati Ia merasa tak rela. Namun menjadi Pasukan Khusus TNI adalah cita-cita Rendi sejak lama dan Ia harus mendukung keinginan sang kekasih walau itu memisahkan mereka. Rendi melepas pelukannya pada Atarisa dan menatapnya dalam. “Aku tahu aku tidak akan melihatmu dalam waktu yang lama, setidaknya dalam 2 tahun kedepan. Tapi aku yakin kalau kita di takdirkan bersama jadi Atarisa... Maukah kau menungguku?” Rendi berlutut dan membuka kotak cincin dihadapan sang kekasih. Anggukan kepala Atarisa dan tangis bahagianya adalah bayangan terakhir yang dia ingat sebelum pergi kemudian semuanya gelap.

    ***

    Jam weker berbunyi dan waktu menunjukkan jam 5 pagi. Kali ini bayangan mimpi itu semakin jelas, Ia tahu ia mengenal wajah itu tapi siapa. Pertanyaan itu selalu menyeruak di kepalanya siapa wanita dalam mimpinya itu. Kali ini setelah hampir 5 tahun mengalami mimpi yang sama berulang-ulang, akhirnya Ia ingat satu nama Atarisa. Ia tak tahu dari mana Ia tahu nama itu yang jelas nama itu berhubungan dengan wanita dalam mimpinya dan hatinya merasa dia dan nama itu mempunyai hubungan yang erat tapi apa. Ia melangkah ke teras, suasana pagi di tempat ini selalu membuatnya terpukau walaupun sudah hampir 5 tahun juga Ia tinggal disini. Saariselka, Finlandia adalah tempat tugasnya beberapa tahun lalu. Perang melawan militan ISIS dibawah bendera PBB adalah tugas pertamanya waktu itu.

    Ia hanya ingat perang berlangsung sengit di padang salju. Kemudian dia sadar dan sudah dirawat di RS setempat dengan diagnosa gegar otak dan patah beberapa tulang. Dokter yang merawatnya waktu itu masih muda dan keturunan Indonesia. Ia yakin karirnya sudah tamat waktu itu, depresi selama beberapa bulan dan selalu mimpi buruk adalah makanannya. Namun dokter tersebut tetap meyakinkannya bahwa Ia masih bisa dan akan bisa pulih seperti sedia kala. Tahunan menjalani terapi hingga bisa seperti sekarang, Ia merasa sangat berterima kasih sudah bertemu sang dokter, dan sekarang..

    Satu pelukan hangat dari belakang membuyarkan lamunannya di pagi yang sejuk. “Hai pagi sayang”, ujarnya. “Ah aku merasa senang sekali hari ini” wanita itu memeluknya manja. “Ini kan berkatmu juga, aku bisa kembali bertugas” sahut Rendi. “Kau sudah siap? Penerbangan kita dua jam lagi.”lanjutnya.

    “Halo bapak dan ibu Wibawa, siap untuk kembali ke Indonesia?” ujar petugas KBRI dengan ramah. “Saya boleh cek lagi identitasnya ya”. “Baiklah atas nama Rendi Wibawa dan Ranti Valerie Wibawa, yak silahkan”. Pesawat yang akan membawa mereka kembali ke Indonesia pun mulai membelah awan. Selama penerbangan Rendi selalu menatap jauh keluar jendela, istrinya Ranti sudah terlelap sejak tadi. Pikirannya melayang mengenai wanita yang selalu hadir dalam mimpinya. Ia merasa ada janji yang harus di tepati namun apa, tetapi sekarang Ia punya nama untuk memulai mencari tahu dan itu adalah Atarisa.

    ****

    Pesawat Kolang-Kaling Air mendarat di Bandar Udara Cengkareng pukul 4 sore hari itu, saat ini Jakarta sedang hujan yang membuat hawa menjadi dingin-dingin menggemaskan. Rendi turun dari pesawat bersama Ranti dengan kondisi kelelahan karena tidur sepanjang 6 jam perjalanan, dan hanya bangun untuk menikmati bubur sumsum yang entah bagaimana disediakan oleh pramugari pesawat tersebut yang Rendi pikir mirip sekali dengan Manohara.

    Pasutri itu pun langsung bergegas ke rumah orang tua Rendi terlebih dahulu, Jalan Kelapa Gading II. Rencananya mereka berdua akan menginap di rumah orang tua Rendi selama seminggu sebelum benar-benar pindah ke Bandung, dimana rumah mereka sudah disiapkan, di Jalan Parang Jati No. 21, daerah Sukajadi. Saat ini mereka kelelahan walau sudah tidur dari tadi. Penyakit Rendi membuat ia ringkih dan tidak bisa bergerak banyak, jadi kerjaan Ranti hanya menjaga agar Rendi tidak berkelakuan seperti anak kecil, supaya sakitnya gak kambuh lagi.

    Di Bandung sendiri Rendi sudah dapat pekejaan, kantornya sendiri berlokasi di sekitar Dago, yang tidak jauh dari rumah mereka. Rendi sendiri rencananya mulai masuk pada bulan Agustus, 3 Minggu setelah Lebaran yang akan Rendi dan Ranti rayakan di Jakarta. Sebagai pasangan muda yang baru datang ke Indonesia setelah lama di luar negeri, mereka tentu sama semangatnya seperti saat gebetan ngajak kita candle light dinner, ditraktirin pula.

    ***

    Ini hari ketiga Rendi bekerja di kantornya di Jalan Dago. Belum ada masalah besar sampai sejauh ini, semua tampak baik dan menyenangkan. Atasan, teman-teman, wifi ngebut, perpustakaan yahud, makanan sekitar kantor, sampai tukang pisang aroma yang baik hati membuat Rendi tampaknya akan betah berlama-lama di kantor, tapi sekali lagi ia teringat Ranti, istrinya di rumah yang pasti sudah menunggu ia pulang dengan hidangan makan malam yang tak kalah yahud dengan soto babat Kang Suhendar dekat kantornya.

    Sekitar 3 bulan setelah ia bekerja, ia mulai merasakan ada yang aneh. Bukan soal wastafel toiletnya yang sering mati dan bukan juga soal kenapa harga pisang aroma naik 500 Rupiah, tapi soal seseorang. Ia seperti mengenal orang itu, tapi ia juga seperti tidak mengenalnya. Dia wanita. Meja kerjanya dekat dengan Rendi dan bahkan ia bisa memerhatikan wanita itu sepanjang waktu, karena ia penasaran, karena ia "Asa inget ngan teuing saha" kalo kata orang Sunda mah. Perasaan aneh ini membawa ia akhirnya memaksakan diri untuk akhirnya menyapa basa-basi ala om-om kantoran.

    "Eh revisian lo belom selesai ya? Mau dibantuin gak?"

    "Ohh iya gapapa makasih dikit lagi juga beres kok"

    "Ohh gitu ya hehehe, nama kamu siapa?"

    Rendi pun berpikir kok kayak kenalannya anak SMP ya. Hangat-hangat pitabokeun.

    "Aku Atarisa, kita pernah ketemu sebelumnya?"

    "Pernah kok, kemaren kita ketemu waktu lagi ngantri bayar soto babat Kang Suhendar kalo kamu inget"

    "Wah? Aku kok gak liat kamu ya hahaha"

    AHA !! Atarisa namanya. Dia tiba-tiba teringat akan kenangan masa lalunya, sebelum ia berangkat keluar negeri di bawah panji PBB. Cedera kepala yang dialaminya membuat dia melupakan Atarisa, dan kini satu antrian di soto babat Kang Suhendar membuat akhirnya luka lama terbuka kembali.

    Luka lama? Iya, Atarisa akhirnya menikah dengan Hendri karena gak tahan nunggu Rendi yang gak pulang-pulang dari Finlandia, padahal itu udah tahun ketiga Rendi di luar negeri. Rendi pun sakit hati dan sempet nangis waktu mau nembak musuh, sampe-sampe anak kecil ngelus-ngelus rambut dia di medan perang. Tapi karena hidup terus berjalan, akhirnya ia move-on dan menikah dengan Ranti, istrinya sekarang, yang ia temui waktu pesta makan malam di KBRI Helsinki. Ranti adalah wanita periang, takwa, sporty dan pandai membaca huruf Hieroglif. Itu semua adalah ciri-ciri yang dimiliki Atarisa, kecuali kemampuan membaca huruf Hieroglif, karena Atarisa adalah wanita yang pandai menulis indah sampai Piala Juara 1 Menulis Indahnya waktu ia SD dan SMP pun sudah cukup dibikin museum.

    Lama kelamaan, Rendi dan Atarisa akhirnya dekat, dan Atarisa pun baper lagi, pikir Rendi. Mereka berdua sama-sama sudah menikah, bahkan Atarisa sudah beranak tiga, dimana mereka semua lucu-lucu dan membuat Rendi selalu kangen dengan mereka. Rendi sendiri belum dikaruniai anak sampai saat ini. Omong-omong, suami Atarisa saat ini bekerja di perusahaan tambang di Lampung, yang membuat suami Atarisa hanya bisa pulang sebulan sekali. Ingin sekali Rendi melihat wajah Hendri, ingin sekali ia tersenyum dan mengelus-ngelus wajah Rendi untuk kemudian menampar Hendri karena sudah merebut Atarisa.

    Tapi saat pikiran itu melintas, ia segera berucap Astagfirullah dan memohon ampun pada Allah karena memikirkan yang nggak-nggak ke suami orang.

    *lah itu elo deket ama istri orang kok gak istigfar sob*

    Nahas, hubungan terlarang ini diketahui Ranti. Ranti pun gundah gulana mengetahui Rendi dekat dengan teman kantornya, akhirnya ia berkeluh kesah pada Rendi dan menyuruh Rendi menceritakan semuanya. Rendi menceritakan dengan terus terang saat sebelum bertugas, saat ia melamar Atarisa, saat Atarisa akhirnya menikah dengan Hendri, dan beberapa kenangan nonton layar tancep bareng bersama Atarisa. Walau terbakar api cemburu, tapi Ranti tetap tenang sambil berdzikir, dan menyuruh Atarisa datang ke rumah, Ranti pun berjanji tidak akan marah-marah, bahkan akan menyediakan nastar buatan Ibunya untuk Atarisa seorang.

    *dan ya kalian baca aja bagian awalnya*

    ***
    *sudut pandang Atarisa.*

    "Ini sama sekali bukan perkara tentang siapa yang mengejar dan dikejar. Ini sama sekali tidak sesederhana itu, Ranti."

    "Aku gak peduli, Mbak. Mbak kan bisa baca sendiri di Al-Quran dan Al-Hadist bahwa Allah dan Rasul melarang keras kita untuk merebut suami atau istri orang lain. Dan teganya Mbak melakukan itu pada saya, saya gak nyangka loh Mbak padahal Mbak berjilbab, harusnya Mbak memberi contoh buat orang-orang, apalagi buat anak-anak Mbak, masa mau bikinin jus wortel buat anak Mbak aja perlu pake jasa suami saya."

    "Ranti coba denger saya dulu..."

    "TIDAK BISA !!"

    *di bagian ini Atarisa kaget karena Ranti menggebrak meja, Ranti pun sebenarnya kaget*

    "Mah tenang aja deh katanya gakan marah" kata Rendi sambil main Clash of Clan di HP-nya, seakan bodo amat akan hal yang penting yang terjadi karena ulahnya.

    "Iya iya maaf, sakit juga mukul nih meja huhuhu. Tapi ya gimana bisa tenang pahh gile ya lu, coba deh kamu ngerasain apa yang aku rasain"

    Rendi pun terdiam, seakan-akan ada malaikat yang tiba-tiba diutus oleh Allah untuk melakban mulut Rendi, ia pun melanjutkan main Clash of Clan di HP-nya.

    "Tapi Mbak intinya denger penjelasan saya dulu. Saya ini emang sempet dilamar sama Bang Rendi sebelum dia pergi, tapi karena dia gak pulang-pulang dari tugasnya dan selama 3 tahun juga gak ada kabar, akhirnya saya nikah sama Mas Lantip karena beneran deh Mbak saya juga bingung dan khawatir sama Rendi waktu itu, dia udah nikah lagi apa gimana. Eh sekarang kan saya tau akhirnya dia nikah lagi. Tapi jujur Mbak dia yang pertama kali ngajak saya kenalan di kantor, dia yang seakan membuka luka lama itu"

    "Lantip? Bukannya kata Rendi suami Mbak itu Hendri ya?"

    "MAMPUS DAH KENAPA ABIS BATRE SIH INI ELAH" kata Rendi tiba-tiba, mengagetkan Atarisan dan Ranti.

    "AYAH JANGAN BERISIK DONG, NANTI MALEM GAMAU TIDUR DI LOTENG LAGI KAN?" kata Ranti emosi pada Rendi.

    "Eh iya maap Mah, ini kesel batre HP papah abis padahal lagi seru-serunya"

    "Ah iya, Hendri siapa ya? Setau saya Hendri itu tukang galon deket rumah orang tua saya di Pemalang" kata Atarisa melanjutkan percakapan yang sebelumnya berhenti.

    "Yah sini deh, dia kok bilang suaminya Lantip?" kata Ranti pada Rendi, emosinya mulai menurun dan mereka berdua mulai dilanda kebingungan.

    "Loh bukannya kamu nikah sama Hendri ya? Aku inget kok dulu kamu ngasih surat ke aku lewat KBRI Helsinki" kata Rendi.

    "Eh bukan kok sejak kapan aku nikah sama Hendri. Suamiku Lantip kok. Dan, KBRI Helsinki? Iya sih aku ngirim surat ke KBRI, tapi perasaan bukan ke Helsinki deh, tapi ke KBRI Mogadishu di Mongolia sana" kata Atarisa, yang akhirnya sama bingungnya.

    "Lah kok ngaco, aku kan kerjanya di Finlandia dulu. Eh kamu Atarisa Nur Mayasari kan?" kata Rendi.

    "Siapa? Salah kali, aku Atarisa Kamilia Putranto."

    "Walah" kata Rendi.

    "Salah orang ya" kata Ranti.

    "Hehe" kata Rendi.

    "Kamu Rendy Maskur kan?" kata Atarisa.

    "Matamu Maskur, aku Rendi Wibawa"

    "Oh, salah juga ya? Aku kira kamu Rendy Maskur. Jadi kamu siapa dong?" kata Atarisa, yang berpotensi membuat kang baso depan rumah Ranti pun ikut bingung jika nimbrung obrolan mereka.

    "Aku temen kantormu"

    "Iya tau, tapi kok kamu bukan Rendy Maskur ya? Coba aku liat muka kamu dulu"

    "Heeyy genit Mbak ya, di bawah kursi aku ada raket nyamuk yang batrenya baru ganti tadi pagi loh"

    "Wey wey santai Mbak."

    Atarisa pun memerhatikan wajah Rendi sejenak.

    "Ohh iya, Rendy yang aku maksud ada tompelnya di bibir bagian kanan, kamu gak ada. Tapi sumpah mirip banget sampe pangling aku, kirain kamu operasi penghilangan tahi lalat di Mongolia hahaha" kata Atarisa yang akhirnya sadar, bukan Rendy ini yang dulu pernah membuat ia bingung.

    "Waduh Pah liat mantan aja kok lupa ini lho kacau" kata Ranti, yang rasa cemburunya mulai hilang dan malah merasa ingin mencampur kopi Rendi dengan shampo kuda.

    "Hehe ya maap Mah, inget sendiri kan separah apa kerusakan otak aku dulu"

    "Oh iya Mbak maap yah dia rada-rada gesrek emang otaknya, dulu pas di Finlandia dia kena cedera kepala, sampe koma malah, ingetannya sedikit keganggu jadi aja gini"

    "Gesrek ya? Hoalah pantes" kata Atarisa.

    "Pantes apa Mbak" kata Ranti.

    "Pantes aja dia kalo mau bayar soto babat Kang Suhendar, bayarnya suka pake uang monopoli.

    "Wahhh pantesan uang monopoli kita ilang, dibayarin soto babat ternyata nih ama begundal satu ini" kata Ranti, rasa cemburunya sudah hilang karena ternyata hubungan ini salah orang.

    Atarisa pun pulang dengan tenang dan tak lupa nastar di tangan. Tapi Ranti akhirnya menyuruh Rendi untuk resign dan pindah kantor yang direkomendasikan oleh suaminya sahabat Ranti semasa kuliah. Kantor itu berlokasi di Malang, jadi mereka pun pindah lagi ke Malang setelahnya. Ini semua dilakukan dengan ikhlas demi kebaikan bersama.

    Ah iya, agar tak ingat-ingat lagi dengan Atarisa, Ranti pun menghapus semua chat dengan Atarisa di HP Rendi dengan kontaknya juga. Atarisa pun demikian, chat dan kontak Rendi pun dihapus oleh Ranti. Semua sepakat, semua damai, semua baik-baik saja, terutama buat Ranti karena ia bisa makan nastar sampai mampus.

    Ranti pun mulai melupakan kejadian ini dan menjadikannya sebagai pelajaran, sambil berharap penyakit otak Rendi akan kambuh agar ia sekali lagi melupakan Atarisa yang asli. Ranti akhirnya memaafkan Rendi dan segala-galanya karena ia berpikir untuk apa membuat masalah ini semakin runyam kalo semua pihak sudah berdamai?

    Ia juga berpikir bahwa disaat Rendi dan Atarisa sudah berdamai dengan berjanji saling melupakan satu sama lain, tugas Ranti hanyalah berdamai dengan diri sendiri. Karena jika tidak ia akan gila sendiri dan mungkin berakhir dengan tinggal bersama kawanan serigala di hutan saking gilanya.

    Eh emang di hutan Jawa ada serigala ya? Auk ah.

    Begitulah. Intinya, berdamailah dengan diri kita sendiri dan tetaplah bertawakal pada Allah Swt. Maafkanlah sesama karena menurut Ranti tidak ada faedahnya melihat orang lain disiksa di akhirat hanya karena kita tidak memaafkan mereka semasa di dunia. Walau kejadian ini berat buat Ranti, tapi tak apalah, Indomie terakhir yang jatuh ke wastafel waktu tanggal tua itu lebih menyakitkan dari yang Ranti alami.

    Eh nteu oge deng hehehe.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Sebelum kalian mikir yang nggak-nggak dan malah ngelaporin gue ke Pusat Rehabilitasi Hewan Langka abis baca ini, gue tekankan dulu bahwa tulisan ini hanya fiksi dan buah dari keliaran pikiran gue semata, dan juga karena gue lagi ikut tantangan 30 hari nulis yang tema tulisan hari ini adalah : jika elo jomblo, nulis seolah-olah udah nikah begitu pun sebaliknya.

    Ngerti ya. Semoga abis tulisan ini selesai gak ada orang WWF datang ke rumah gue terus masukin gue ke kandang babi rusa.

    *******

    Sebagai orang yang baru 6 bulan yang lalu nikah, tentu kehidupan baru ini amatlah berbeda dari yang biasanya gue alami selama 25 tahun kehidupan, dimana mayoritas gue habiskan dengan hidup sendiri tanpa pasangan. Jadi ya, aneh aja, gue yang selama SMA jomblo dan gak berpengalaman sama wanita ini tiba-tiba bisa mewujudkan apa yang sering gue bilang ke temen-temen gue soal gebetan gue waktu SMA :

    "Ih kalo liat sieta lewat teh jadi pengen ngenafkahin"

    HAHAHAHAHAHAHHAHA geli jir sumpah.

    Bertahun-tahun setelah kalimat itu secara liarnya keluar dari mulut gue, gue baru sadar bahwa kalimat "pengen ngenafkahin" itu is not that simple. Gue baru sadar bahwa kalimat "pengen ngehalalin" itu lebih simpel daripada "pengen ngenafkahin", karena setelah 6 bulan pasca-pernikahan ini, gue merasakan gimana rasanya memberi nafkah beneran, bukan lagi lewat Ibunya yang jualan makanan di depan sekolah kita.

    HHHEEEEYYYYY.

    Gue lulus dari Wirausaha SBM ITB dengan status perusahaan gue yang udah berbadan hukum, dimana perusahaan ini bergerak di bidang produksi peralatan olahraga dan ada sedikit lupa dirinya dengan membuat kafe khas anak muda gahol Bandung yang dimana gue kerjasama sama beberapa temen SMA gue. Walau gak kerja kantoran dan dapet tunjangan sana sini, Alhamdulillah perusahaan dari gue pun udah bisa menafkahi gue dan kaluwargi cilik yang masih berdua ini. Temen kuliah gue yang ngebikin perusahaan ini bareng-bareng memutuskan untuk mundur dari perusahaan alat olahraga ini dan memutuskan bikin perusahaan sendiri yang bergerak di bidang pakan ikan arwana, jadi gue sekarang bergerak secara mandiri, kalo yang kafe itu masih dikelola sama temen SMA.

    Perusahaan gue sendiri Alhamdulillah udah cukup maju, dimana bisa jadi apparel atau penyedia peralatan olahraga buat Persib Bandung waktu gue baru lulus kuliah, dimana waktu kuliah sendiri perusahaan gue udah cukup sering menerima pesenan kostum tim futsal atau basket dari beberapa orang. Sampe sekarang, perusahaan yang gue namain Panjers sesuai nama belakang gue (Panjeraino) ini udah mulai merambah olahraga lain selain sepakbola, yaitu basket walau masih kecil-kecilan, dan mungkin hoki dimana istri gue adalah pemain hoki waktu SMA-nya, jadi gue dibantu dia dikit-dikit soal perhokian.

    Omset per bulan perusahaan sendiri gue lumayan, udah bisa beli pulau di Mikronesia dan udah cukup buat bayarin ortu gue dan ortu dia naik haji. Tapi karena budaya Indonesia jarang menyebutkan pendapatan seseorang, jadi ya, maaf saja, tidak baik jika timbul iri dengki diantara kita.

    Nahhh sebagai penganut agama Islam yang baik, gue mengamalkan salah satu hadist Rasulullah yang bilang bahwa semua pendapatan suami harus diberikan ke istri, kecuali jika istri mengizinkan beberapa persen untuk kebutuhan suami.

    *benerin kalo salah

    Ini adalah hal baru banget yang gue hadapi di masa pernikahan ini. Karena, ya, gue selama ini keseringan jomblo dan kemana-mana sendiri. Boro-boro ngasih uang ke orang lain, beli makanan buat sendiri aja mikir terus ujung-ujungnya makan di rumah :( Dan karena masa muda gue dihabiskan dengan gak pacaran dan lebih sering di rumah, jadi uang yang gue punya lebih sering gue abisin buat hobi gue, kalo gak beli jersey ya beli buku, atau beli bengsin. Tapi karena gue harus menafkahkan penghasilan gue ke istri, jadi beli-beli kain laknat (jersey) itu rada gue kurangi sekarang, ya kecuali diijinin huehuehue udah tua juga mulai sakit pinggang kalo main bola.

    Lah pemain bola mah umur emasnya banyak yang pas 25 tahun eh ini malah sakit pinggang. Aku dua lima dan ringkih :(

    Tapi ya, kita gak berkembang kalo gak berubah. Jadi hal ini gue terima aja dengan ikhlas, karena ya duit gue masih di istri gue inilah bukan buat kang piscok deket SD gue dulu, karena intinya itu saling percaya. Dan seenggaknya juga gue udah gak sendiri lagi, masa umur 25 sahur masih masak emih sendiri, sama laron epilepsi aja diketawain lo kayaknya. Gak ada salahnya juga ngikutin hadist Nabi, demi bisa melakukan apa-apa bareng sampe hari tua; makan coklat bareng, ngajasjus bareng, main monopoli bareng (gak sama kura-kura lagi yeay), nguras kolam SeaWorld bareng (lah gak gini juga kali ya), berdebat kenapa kalender taun lalu udah gabisa dipake bareng, sampe diskusi kenapa Pak Lurah buru-buru amat waktu datang rapat dewan kemakmuran masjid, semuanya dilakukan bareng-bareng, gak sendiri lagi, lucu deh. Ah iya, gue juga sekarang berharap bisa punya kucing, semoga istri gue gak alergi kucing.

    Jadi, buat elo-elo pade darah muda yang mikir "Pengen nafkahin dia" itu susah kayak nyetut pesawat tempur, buang jauh-jauh pikiran itu dan biarkan Allah bekerja dengan jalan-Nya sendiri.

    Anjay.

    *******

    Geli juga ya nulis ginian. Perlu dicatat bahwa yang berperan sebagai istri khayalan gue adalah orang yang ngatau ah males.

    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Sebagai mahasiswa jurusan bisnis baru yang gak menggemaskan dan berpotensi bikin vertigo kalo bertemu gue, tentub banyak hal yang takutkan selama kegiatan perkuliahan gue selama 3 tahun ke depan. Walau UKT (uang kuliah tunggal) pun belom gue bayar, tapi udah banyak hal yang melintas di pikiran gue soal gimana ntar gue kuliah di ITB.

    Mulai dari ospek, belajar, teman-teman, pacar (aw yiss), sampe apakah gue bakal dapet tempat parkir premium di gedung SBM atau nggak dan juga apakah mamang jasjus deket ITB  namanya Hendri apa bukan, begitu saja menghantui gue sampe-sampe gue sering merenung lalu menangis. Soalnya, dalam waktu 3 tahun masa kuliah ini, tentu gue bakal menghadapi banyak tantangan yang moga-moga melancarkan bisnis yang bakal gue bangun, dan juga melancarkan aku kalo ngobrol sama kamu.

    :(

    Apaan nangis gara-gara gak dapet parkir premium doang. Dan saha oge Hendri, batur etamah.

    Tapi, dari sekian banyak keresahan yang gue khawatirnya, sebenernya hal yang paling gue resahkan ini sifatnya umum dan gue yakin banyak orang juga yang takut mengalami hal ini.

    Umumnya hal yang mau gue tulis ini sama umumnya kayak Bapak-bapak pake baju Turn kcaB Crime di ITC Kebon Kalapa.

    Bukan, bapak-bapak pake baju Turn kcaB Crime masih kalah serem dari hal ini.

    Ibu-ibu naik motor matic sen kanan belok kiri juga... serem sih.

    Kecoa terbang...

    SIAPA YANG GAK TAKUT SAMA KECOA TERBANG :((

    Gue kayaknya kalo liat kecoa terbang langsung berdoa supaya bisa berubah jadi odading nangka, soalnya kecoa kan gak suka nasi.

    Odading nangka.

    Oke oke salah fokusnya kejauhan. Ya, jadi, selama ini dan entah sampe kapan gue bakal takut sama diabaikan oleh orang lain.

    Elo takut juga gak sih?

    Kalo kata para pujangga cinta yang kebanyakan galau sampe Badai Kerispatih pun minta inspirasi ke dia, ada satu quotes yang pas buat menggambarkan sakitnya diabaikan; "Lebih baik ditolak daripada diabaikan".

    Ya, dalam hal apapun, diabaikan itu selalu gak enak, sama gak enaknya kayak make koyo di kaki penuh bulu. Baik dalam hal percintaan, bisnis, hubungan dengan orang, hubungan dengan kenari peliharaan, atau apapun, pasti gaena rasanya kalo kita diabaikan sama orang lain, apalagi diabaikan sama kenari. Gue sekarang ini lagi baca buku "Never Eat Alone"-nya Keith Ferrazi. Di salah satu halaman itu kangper bilang bahwa "Kehadiranmu yang tidak disadari itu lebih menyakitkan daripada kegagalan".

    Menurut gue sendiri, diabaikan itu kayak dalam suatu grup pertemanan, elo ada di grup itu dan gak ada yang mau ngekick elo dari grup, tapi entah kenapa semua orang di grup itu kayaknya gak ngewaro setiap omongan elo. Jadi misalkan elo ngomong "Eh Metalicca ngadain bukber nih di Warteg Haji Naim klean mau datang gak?", bukannya pada waro tapi yang ada temen-temen di grup malah ganti topik kayak "Woy kata maraneh UK bakal kena inflasi berapa persen abis Brexit".

    Elo mending gabung band aja deh namanya Them On Yet, lagunya bagus loh judulnya "Gadis Epilepsi" sama "Batagor Basi".

    Them on yet.
    The m on yet.
    The mon yet.
    The monyet.

    Kalian sudah diperingatkan.

    Tapi pada intinya begitulah pengertian gue dari diabaikan. Kalo dari analogi grup chat, elo di kick nggak, tapi di waro nggak. Jadi elo juga bingung sendiri temen elo ini mau temenan ama elo apa nggak. Level diabaikan elo udah mulai tambah tinggi kalo elo mulai berpikiran bahwa temen-temen lo bikin grup baru yang namanya "Mobilum Loverd tanpa Supangat". Jadi "Mobilum" itu adalah grup lo, dan Supangat itu elo.

    BTW "Mobilum" itu singkatan dari mobil umum, ehe ehe ehe ehe.

    Maafkan hamba :(

    Gue sendiri, entah yah, walaupun di SMA ini sering kemana-mana sendiri (terutama waktu kelas 12), gue gak terlalu inget pernah diabaikan begitu lama apa nggak. Ya kayaknya pernah sih, tapi masih diabaikan tingkat anak SD dimana diabaikannya cuman sehari dan besoknya keketawaan lagi kek sapi infeksi nyari rumput laut. Kalo yang sampai sekarang, kayaknya belom, gebetan gue syukurnya gak gitu-gitu amat.

    Ya jangan lah :(

    Kenapa gue takut diabaikan? Karena diabaikan bisa menyebabkan kesepian, dan kesepian bisa menyebabkan kangen. Dan kangen tak berbalas itu menyakitkan :<

    Oke bukan gitu.

    Tapi alasan sebenernya kenapa gue takut diabaikan adalah, gue gak terlalu suka kesepian walau gue jomblo. Kalo kesepian dalam hal elo sendiri dan gak ada siapa-siapa itu masih mending daripada tidak disadari dalam keramaian.

    Aku nyata, walau bagimu tak ada.

    Ea.

    Apalagi sebagai remaja yang bercita-cita jadi pedagang, networking begitu penting bagi gue. Jadi, diabaikan bukanlah sesuatu yang gue inginkan dan gak gue harapkan terjadi pada kalian, dan, pada kita semua.

    Walau di buku The Alchemist, Paulo Coelho bilang "Takut adalah penghalang menuju takdirmu", tapi, masa gue hepi-hepi aja diabaikan orang lain?

    Hepi matamu bang :( Bisa mampus usaha gue ntar.

    Wassalam

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Sambil mengikatkan tali sepatu sepak bolanya dan memastikan semua sudah terpakai, Rendy pun berjalan dengan jantan bagaikan kang sayur berjalan ke arah kerumunan ibu-ibu komplek. Dengan memakai jersey Timnas Jerman yang terbaru dan bernomor punggung 9 dengan nama "Rendy", celana bola Timnas Jerman yang berwarna hitam, kaos kaki Timnas Jerman berbintang empat dan sepatu bola merk Adidas ukuran 44, ia pun siap menjalani pertandingan Timnas Jerman melawan Timnas Irlandia Utara. Semuanya begitu indah sampai ia mendengar Ibunya berteriak...

    "RENDYYY ELO NGAPAIN SIH TONG BANYAK TINGKAH ITU MOTOR AJA BELOM ELO MASUKIN KAN"

    "Hehe iya mak sori dah"

    Setelah memasukkan motornya ke dalam rumah dan mengunci pintu rumah, Rendy pun duduk di depan sofa, menonton pertandingan Euro 2016 antara tim favoritnya, Jerman melawan Irlandia Utara di penyisihan grup. Saat ini pemain dari kedua tim baru memasuki lapangan, dan Rendy sudah sama siapnya seperti pemain Jerman itu sendiri, bahkan ia sudah lebih siap dengan menyiapkan koyo yang sewaktu-waktu dibutuhkan jika keram. Rendy sendiri sudah hapal lagu kebangsaan Jerman sejak 3 bulan lalu, ia sengaja menghafalkannya supaya bisa merasakan sensasi di stadion. Ia pun ikut berdiri saat lagu kebangsaan Jerman diputar di TV.

    "BLÜH IM GLANZE DIESE GLÜCKES
    BLUHE DEUTSCHES VADERLANDDD"

    *disusupin kalimat terakhir aja ya soalnya panjang kalo semua huhu di azlyrics.com juga ada kok :<*

    Dia lagi-lagi dimarahin mamaknya karena terlalu gandeng, dan akibatnya ia disuruh mengunci pintu rumah.

    "Udaah mak elah kayak ada yang mau nyemprotin vaksin DBD aja kudu kunci pintu segala"

    Rendy menonton pertandingan Jerman vs Irlandia Utara dengan syahdu dan khidmat, sesekali ia ndusel kalo pemain Jerman membuang peluang atau pemain Irlandia Utara mengancam gawang Manuel Neuer, kiper Timnas Jerman. Tapi akhirnya ia bersorak sorai waktu Mario Gomez ngegolin dan membuat Jerman unggul 1-0. Ia sampai sujud syukur dengan alasan meniru selebrasinya Mario Gomez, lalu sadar bahwa Mario Gomez bukan orang Islam, tengsin deh. Gapapalah di rumah ndiri ini, pikir Rendy.

    Pertandingan sendiri berakhir 1-0 buat Jerman, dan Jerman lolos ke 16 besar. Waktu itu udah jam 1 malem, dan Rendy jelas disuruh bobo sama mamaknya, tapi sebelum bobok, mamaknya neriakin dia seperti biasa

    "RENDY ELO SEBELOM TIDUR SOLAT DULU YAK KAGAK MAU KAN LO JADI ANAK DURHAKA"

    "Iye mak"

    ****

    Dalam tidurnya malem itu, dia bermimpi bahwa dia adalah pemain timnas Jerman di Piala Eropa 2016 yang main lawan Slovakia. Dengan gagahnya, ia melakukan pemanasan di Stadion Metropole, tempat pertandingan diadakan. Ia merasakan getaran-getaran lucu saat komentator di stadion meneriakan "And this is the Germany player number nine, MOHAMMED..."

    Ia makin bergetar lucu saat penonton di stadion meneriakan namanya.

    "RENDYYY" yang diiringi tepuk tangan meriah layaknya apresiasi pada Juara 1 Lomba Hias Sepeda 17 Agustus se-Kelurahan.

    "Anjay" pikir Rendy.

    Beberapa menit kemudian, Rendy pun bersiap-siap di lorong lalu memasuki lapangan bersama 10 temannya, dimana ia ada di baris depan karena menjadi kapten. Lalu ia menyanyikan lagu kebangsaan Jerman dengan khidmat sampai-sampai ia lupa bahwa ia malah menyanyikan "Indonesia, tanah airku". Ia pun diperingati Manuel Neuer, temen di sebelahnya.

    "Bro salah lagu tuh, kena ndusel mamang kuch bisa kelar idup lu"

    *mamang kuch : coach Timnas Jerman, dalam hal ini Joachim Löw.

    Pertandingan berjalan alot kek kerupuk yang toplesnya lupa ditutup. Rendy bermain sebagai striker bersama Mario Gomez. Di akhir pertandingan, Rendy berhasil mencetak 2 gol yang membuat Jerman menang dengan skor 3-1, dimana satu gol lagi dicetak oleh Khedira. Rendy begitu senang dengan pencapaian ini, ia berjalan ke ruang ganti pemain dengan senyum bahagia seperti orang yang dapet huruf N di permen karet Yosan. Ia merasa bahagia sampai akhirnya ia sadar ada sesuatu yang aneh di ruang ganti. Ia mendengar ada suara dari speaker yang tidak asing bagi telinganya.

    "BAPAK-BAPAK IBU-IBU SEKALIAN, WAKTU SAAT MENUNJUKKAN JAM 3 LEBIH 15 MENIT. ALANGKAH BAIKNYA KITA BANGUN UNTUK MENYIAPKAN SAHUR. SAHUUURRRR SAHUURRR"

    Seketika pun Rendy berpikiran "Wah anjir gue di Indon nih pasti".

    Pikiran itu makin menjadi saat dia melihat kerumuman anak kecil lewat membawa obor dan pentungan sambil teriak "Sahuurrr, sahurr".

    Rendy pun bertanya-tanya.

    "Kok sahur? Perasaan baru jam 7 malem deh di Prancis sini, buka puasa aja belom"

    Sampai akhirnya...

    "TONG MAU BANGUN JAM BERAPA ELUU, UDAH JAM 4 LEBIH 15 NIH NTAR LAGI IMSAK. KAGAK SAUR MAH MAMPUS LO PERUT LO KOSONG SAMPE BISA DIKONTRAKIN"

    "Hehe iya mak"

    "Hehe iya mak hehe iya mak palelu, tidur aja masih pake seragam bola lengkap dah lu udah kayak Bambang Pamungkas aja"

    "Hehe iya mak"

    Rendy pun melepas atribut sepak bolanya, dan sahur di meja makan, tanpa melupakan keinginan untuk bermain bagi timnas Jerman.

    Walau ia sadar bahwa di Pilpres ia masih milih Jokowi.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Walau kehidupan romansa gue selama di SMA bisa dibilang sedih sampe layak masuk acara "Mata Hati", tapi gini-gini gue udah berpengalaman memerhatikan temen-temen gue kalo lagi pacaran. Kalo dalam dunia cerpen, gue bisa dibilang sebagai "sudut pandang ketiga pengamat".

    Berbahasa banget anaknya teh.

    Dari banyaknya temen gue yang pacaran selama di SMA, gue udah mengamati banyak hal dari mereka. Ada yang langgeng dari kelas 1 sampe kelas 3, ada yang baru pacaran 12 hari udah putus, ada yang pacaran boong-boongan seminggu doang, ada yang berantem mulu, ada yang digantungin sebulan, ada yang balikan, ada yang lah.kalian.pacaran.kok.gue.gak.tau.sih, ada yang deket tapi gak pacaran, ada juga yang gak jadi pacaran tapi malah deket sama Ibunya.

    Tunggu...

    Dari semua hal yang gue amati selama ini, gue dapet beberapa pelajaran yang kayaknya bisa gue pake kalo gue pacaran nanti. Bukan, bukan gimana caranya milih tempat makan yang asoy ataupun gimana caranya biar elo bisa nemuin ujung selotip toples nastar di rumahnya doski. Tapi ya, kayak, gue harus ngapain kalo doski lagi PMS, kalo dia marah gue lebih baik nyeleding tekel Yaya Toure atau pura-pura mati, atau apa yang harus gue lakukan waktu doski bales chatnya 19373919363738283636 jam sekali.

    Pelajaran yang kayaknya berharga tapi tidak berguna sekarang itu rata-rata gue dapet dari temen gue yang pacarannya tidak sehat. Tidak sehat disini bukan yang tiap ngedate kerjaannya suap-suapan kulit ayam keefsi ataupun yang gak pernah latihan gulat bareng. Tapi gak sehat maksud gue adalah yang pacaran tapi liatnya malah bikin orang ngesel dan jadi pengen ikutan ngurusin kehidupan mereka. Banyak loh yang kayak gini.

    Ada banyak tipe pacaran gak sehat. Mulai dari pacar posesif yang kerjaannya ngecekin HP pacarnya tiap ketemu, ada juga yang kayak negara gara-gara kerjaannya ngatur-ngatur pacarnya harus ngapain kalo ketemu si ini kalo makan ini kalo bera' disini kalo blablablabla sampe tau-tau pacarnya udah lulus sekolah hukum, sampe ada juga pacaran yang tidak didasari dengan cinta kasih dari awal (anjay), alias terpaksa, jadi apapun yang dilakukan pacarnya akan selalu ia komentari dengan "Naonsih sia" walau dalam hati, biasanya yang kayak gini uang di rekeningnya hampir sama kayak Sultan Brunei. Dan mungkin ada juga yang saking gak sehatnya, dia nyelingkuhin selingkuhannya.

    Kumaha?

    Dari semua itu, mungkin gue bisa menarik satu kesimpulan ciri-ciri orang yang punya hubungan tidak sehat : dia nggak jadi dirinya sendiri.

    Maksudnya, dia berubah ke arah yang negatif waktu menjalin hubungan ini. Yang asalnya rajin, jadi males. Yang asalnya shalat Tahajud tiap malem, jadi berhobi pesta semalam suntuk. Yang asalnya suka main bola, malah jadi suka nge-hah-in kumang biar jalan.

    Eh gitu bukan sih mainnya?

    Tapi ya intinya begitu, elo gak jadi diri lo sendiri waktu menjalin hubungan adalah ciri-ciri hubungan tidak sehat. Apalagi kalo elo dipaksa berubah. Masih mending kalo elo berubah ke arah yang positif, kayak elo dulunya tukang tidur, gara-gara pacaran elo jadi tukang martabak, kan lumayan dapet duit. Lo yang dulunya jomblo bahagia banget, pas pacaran malah sering sedih karena dia minta elo bayarin cicilan rumah sama motornya. Lah.

    Karena menurut gue hakikat berhubungan dengan sesama itu adalah elo tetap menjadi diri sendiri dan orang lain bisa menerima elo dengan ikhlas dan hati senang. Gue gak terlalu seneng ada orang yang maksa pacaranya buat berubah demi dia. Islam aja gak memaksa seseorang buat berubah atau jadi Mualaf, semua dilakukan dengan keikhlaskan. Dan kalaupun elo ikhlas berubah setelah dipaksa pacar, itu tetep aja gak baik, karena elo bukan lagi elo.

    Komentar gue setiap kali liat orang pacaran tidak sehat adalah : Yaelah bro, nafkahin aja belom.

    Ya kecuali kalo elo Power Ranger sih jangan dalami post ini terlalu jauh. Nanti repot cuy. Pas musuh datang, elo dipaksa berubah jadi Power Ranger sama orang-orang. Karena elo udah merenungi dan menyetujui tulisan ini, maka elo bilang sama orang-orang "Dipaksa berubah itu gak baik bg kata Haykal juga" dan akhirnya gue yang diumpan ke musuh itu biar pergi dari kampung mereka. Kan repot.

    Intinya satu : don't lose yourself trying to love someone.

    Wassalam.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Sebagai pedagang dan pembeli jersey online kecil-kecilan sejak 5 tahun lalu, gue terbilang udah nyangu pahit manisnya kehidupan pedagang jersey di media sosial. Mulai dari dinyanyiin lagu Afgan (nawarnya sadis) sampe ditipu pas mau beli pun pernah gue alami sejak 2011. Dibanding waktu beli, gue lebih sering ngalamin hal-hal nyebelin waktu mau jual dibanding waktu mau beli. Gue sendiri ketipu pas mau beli baru sekali, itupun jersey kawe yang gak lebih dari cepe ribu Rupiah. Tapi kalo udah jualan, itu berarti gue harus berhadapan dengan jutaan orang di luar sana yang kali aja berminat ama kain jualan gue.

    Gue sendiri kalo jualan gitu di fesbuk sama twitter, sempet pake kaskus bukalapak dkk tapi gue terlalu males ngurusnya jadi balik lagi ke fesbuk dan twitter. Meskipun dapet rejeki dari jualan itu, tapi gue cukup sering juga dapet calon pembeli yang nyebelinnya ngebuat gue lebih pengen ikut bantu ngecor tol Selat Sunda dibanding ngadepin dia.

    Hehe teu deng.

    Jenis yang pertama adalah calon pembeli yang nawarnya udah kayak Ibu-ibu nawar di ITC Kebon Kalapa, jua 250rb tawar jadi 100rb, kalo gak diterima tawarannya mendadak posesif padahal pacaran aja nggak. Walau rata-rata yang nawar jualan gue itu nurunin harga 30-50rb, tapi pernah nih gue dapet yang nge-SMS kayak gini :

    "Mas Bayern nya masih? Harga nett (pas) nya berapa?"
    "Masih Mas, itu udah pas mas 500rb tapi free ongkir boleh deh"
    "Wahh pas dulu deh Mas duit saya belum cukup"
    "Emang budget nya berapa Mas?"
    "Cuman ada 200 uang saya"

    Ingin rasanya mengais tembok, Tembok Besar China :(

    Selain penawar yang kelewatan, ada juga tipe calon pembeli yang nawar lalu menghilang. Tipe kayak gini adalah tipe yang mirip Ibu-ibu di ITC Kebon Kalapa tapi lebih berak. Mereka sering kayak gini :

    "Bro Celta Vigo nya masih? Saya ambil 500 sampe Malang boleh gak?"
    "Masih bro, silahkan deh bro tapi ongkir bayar sendiri ya soalnya Bandung-Malang lumayan hehehe"
    *di read doang*

    Serasa lagi chat ke gebetan :(

    Jadi ingin rasanya nulis status "Katanya Bulan Ramadhan setan dibelenggu tapi masih ada aja tuh yang nawar jualan dibolehin tapi malah ngilang"

    Tipe lainnya adalah tipe PHP. Mungkin ini yang paling nyebelin. Gue sendiri Alhamdulillah terakhir kena PHP sekitar 1 tahun lalu, sekarang udah gak pernah. Yang paling pinyangueun dari tipe ini adalah mereka dengan seenak rahangnya bilang "Gan maaf gak jadi ya uang saya belum cukup" padahal barangnya udah di-packing dan siap berkelana. Untung tipe PHP ini pernah gue alamin di jualan yang harga jualnya gak tinggi-tinggi amat, kurang dari 100rb.

    NGAN PIRAKU EUY SARATUS REBU NEPIKA PHP KANA BUDAK SMA ANU SOMEAH SARENG OSOK NGALAAN WALUH.

    Benget sia tah siga waluh.

    Ada satu lagi tipe yang belum pernah gue alamin. Yaitu BnR alias Bid n Run. Tipe ini biasanya dialami oleh para pelelang jersey, baik di twitter atau facebook. Entah udah berapa banyak BnR ini ada di ranah medsos, yang mungkin kalo dilist kertasnya lalu dibentang bisa kali sampe Mars bolak-balik.

    Di ranah perkainan jersey sendiri, orang-orang nyebelin itu udah bersifat umum, bukan relatif, jadi semua orang setuju bahwa tipe kayak gitu ada tipe pembeli nyebelin. Masih mending beli, kadang nanya doang atau tiba-tiba ilang kayak gebetan baru.

    Walau begitu, ada juga tipe penjual nyebelin, dan kayaknya semua setuju bahwa tipe penjual nyebelin adalah yang posting jualannya dengan caption "Minat PM". Bagian nyebelinnya adalah, waktu kita nanya harga dan ternyata gak sesuai pernafkahan lalu kita bilang gak jadi beli, si penjual ini ngepost status kayak "Elah nanya-nanya mulu beli kagak lo kayak pengunjung showroow Maserati".

    LAH SIAPA SURUH GAK NYANTUMIN HARGA.

    Tapi ya begitulah, gue cuman pedagang cilik, yang kalo kena angin pun kebawa terbang saking ciliknya.

    Itu adalah orang nyebelin dari sisi gue sebagai pedagang kain. Nah, kalo kita teliti kehidupan sehari-hari di Indonesia sendiri, secara umum ada banyak hal yang nyebelin di dunia ini :
    1. Ibu-ibu naik motor matic
    2. Kejebak di depan palang pintu kereta api tapi yang lewat cuman lokomotif nya doang terus masinisnya dadah-dadah Miss Universe
    3.  "Selamat siang dek boleh liat SIM dan STNK-nya?"
    4. Orang dateng ke bioskop sambil bawa flashdisk terus bilang "Mbak boleh minta kopian filmnya gak?"
    5. Lagi beli nasi kuning terus ada Ibu-Ibu nyerobot sambil teriak "Bang saya duluin ya anak saya mau sekola !!"
    6. Kangen tak berbalas :<


    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Adi adalah seorang pemuda Melayu tampan wow dan bertakwa yang bekerja di salah satu pabrik roti terbesar di Krakow, Polandia. Ini adalah tahun ketiga Adi bekerja di pabrik roti ini, dimana dia tinggal di apartemen khusus pegawai dan hanya tinggal dengan Ngupendi, ikan koi kesayangannya yang ia dapat di Central Park of Krakow sekitar 1 tahun lalu. Ikan koi itu warnanya emas, ekornya bisa menggeliat-geliat dengan lucu yang seketika mengingatkan Adi pada goyang sangu koneng yang populer di Indramayu, tempat kelahirannya.

    Tapi sayang, di suatu pagi sekitar 3 bulan lalu, Ngupendi tiba-tiba terlihat kayak orang mau siap-siap ditanyai lima perkara sama Malaikat Munkar Nakir. Dia cuman berbaring miring aja di akuarium bulet tempat Ngupendi berenang, matanya keliatan sayu dan badannya pucat pasti. Akhirnya, jam 06.22 waktu Krakow, Ngupendi pun wafat. Adi pun nangis liat ini sambil bilang "NGUPENDII JANGAN KAU PERGIII", tapi dalam hati Adi juga mencoba menguatkan diri, apalagi waktu Ngupendi sekarat, dia sempet liat Ngupendi nyuap-nyuap mulutnya khas ikan seakan lagi nyanyi lagu D'Masiv "Pergilah kasihh kejarlah keinginanmuuu, selagi masih ada waktuu~". Walau Adi berpikir Ngupendi adalah pengamat musik yang buruk, tapi Adi juga sempet liat Ngupendi seakan ngomong "Ikhlaskan aku, le. Air di akuarium aku ini siramin ke pohon tomat depan apartemen, niscaya aku bakal menghidupi pohon tersebut sampe berguna bagi sembako Polandia. Selamat tinggal, le. Kematian hanya milik Allah semata", tentu Ngupendi ngomongnya make bahasa Polandia.

    Hari itu, Adi gak semangat bekerja, pekerjaan dia menjahit roti sobek dilakukan dengan asal-asalan sampe perusahaannya dapet komplain "Roti sobek yang saya makan kok cuman 13 jahitan? Padahal standar Polandia buat roti sobek kan 15 jahitan" dan "Ini saya beli roti sobek kok malah isinya unek-unek padahal saya belinya yang rasa srikaya" beberapa bulan setelahnya, hal itu pun membuat Adi dimarahi bosnya walau tidak terlalu keras karena bosnya tau kedekatan Adi dengan Ngupendi. Di hari kematian Ngupendi pun, setelah pulang kerja Adi menyirami pohon tomat depan apartemen dengan airnya akuarium Ngupendi, padahal hujan.

    Balik-balik ke kamarnya, Adi pun kena sasaran ejekan sama temen-temen yang gatau Adi lagi sedih. Ejekan standar kayak "Di itu ujan udah brenti tapi kok pipi elo masih basah?" diterima Adi dengan ikhlas, seikhlas dia melepas Ngupendi.

    Pemakaman Adi pun berlangsung sederhana dan syahdu. Dengan dihadiri 15 orang dari APKK (Aliansi Pecinta Koi Krakow) dan diiringi musik Requiem-nya Mozart, Adi menguburkan Ngupendi, sekaligus menjadi momen bersama mereka untuk terakhir kalinya. Ngupendi sendiri dimakamkan di TMP Krakow Jaya Abadi setelah dapet izin dari kang kuncen buat makamin ikan koi di salah satu tempat deket makam pahlawan nasional Polandia di Perang Dunia II.

    Udah 3 bulan sejak kepergian Ngupendi, tapi Adi masih belum bisa menghilangkan rasa gundah gulana di hati, efek dari kenangan yang Ngupendi ciptakan terlalu dalam di hati Adi. Iya, walau cuman ikan koi, tapi Ngupendi nyatanya memberi dampak yang besar buat hidup Adi. Karena dengan banyaknya kegiatan yang Adi lakukan bersama Ngupendi, mengajarka Adi bahwa kebahagiaan itu gak harus didapet bersama seseorang, tapi bisa juga sama seekor ikan sekalipun. Di apartemen Adi, mereka berdua udah melakukan banyak hal bersama, yang saking banyaknya mungkin kalo dijadiin novel bakal lebih tebel dari semua serial Harry Potter yang udah difotokopi.

    Mulai dari candle light dinner bersama (walau Ngupendi gasuka nasi atau roti), benerin lampu bersama, kolaborasi main harmonika, diskusi soal masalah inflasi di Uni Eropa, debat soal bagusan Kangen Band atau Kerispatih, sampe ngomelin kang PLNP (Perusahaan Listrik Negara Polandia) karena apartemen Adi kena pemadaman bergilir waktu mereka lagi seru-serunya nonton Cinta di Musim Cherry. Adi gak bisa lepas dari momen tersebut.

    Istilahnya mah "Kita sering melakukan hal-hal kecil dengan seseorang, tapi nyatanya hal kecil itu membawa kenangan abadi" dengan seseorangnya diganti dengan sesekoi.

    Melihat hal ini, salah satu temen Adi yang menjabat sebagai Direktur Pengembangan Kebijakan di APKK memberi nasihat ke Adi "Di, you know that no one can change the past, so you just have to move on from Ngupendi."

    "Is not that simple, gan"

    Mereka pun berbicara panjang lebar semalam suntuk sampe lupa ayam jantan pun sampe begadang nungguin mereka selesai ngobrol. Paginya, Adi pun menerima fakta bahwa "Ya, Ngupendi udah pergi dan gue harus move on" dan bekerja seperti biasa, mukanya udah gak sedih walau hati gak bisa bohong. Selama berminggu-minggu setelahnya, dia mulai melupakan Ngupendi dengan PDKT sama Lina, petugas kasir di salah satu restoran kebab di Warsawa, mereka berdua sendir ketemu dan kenalan di acara "Senja Bersama Rakyat Jokowi" yang diadakan di KBRI Polandia di Warsawa.

    Selain itu, Adi pun mulai jadi teladan di pabriknya dengan jadi juara satu di Lomba Menjahit Roti Sobek se-Kecamatan Krakow dan bahkan sempat dikirim ke kompetisi menjahit roti sobek se-Polandia dan Ukraina tapi sayang dia gagal di babak 16 besar setelah lupa pake teknik menjahit Jonah Washington di jahitan ke-6. Dia kalah sama pegawai pabrik roti dari Kviy, Ukraina yang berasal dari Mongolia.

    Tapi, pada akhirnya semua itu mengajarkan Adi bahwa luka lama tidak akan terasa sakit jika tidak disentuh, dan Adi sudah merasa lebih baik gak nyentuh luka kenangan Ngupendi dengan menyibukkan diri, mulai dari PDKT sama Lina sampe ikut kejuaraan menjahit roti. Minggu depan, Adi pun rencananya mau melamar Lina, sekaligus dia pulang ke Indonesia sejenak, menjenguk sanak famili setelah berbulan-bulan mencari nafkah di negeri sebrang (benderanya sebrang maksudnya).

    Waktu mau lamara pun, dia berharap keahliannya membuat dia diterima oleh orang tua Lina, dimana Adi sudah membayangkan beberapa skenario waktu lamaran nanti.

    👨 "Saya mau lamar anak Om"

    👴 "Bisa apa kamu"

    👨 "Saya juara Lomba Menjahit Roti Sobek se-Krakow om"

    👴 "INI YANG MAMA PAPA CARI !!"

    atau

    👨 "Saya mau lamar anak Om"

    👴 "Skill kamu apa"

    👨 "Saya bisa bedain toples mana yang isinya Khong Guan asli mana yang isinya renginang"

    👴 "PANGGIL PENGHULU SEKARANG !!"

    Yah, begitulah ketika seekor koi begitu memberi dampak pada hidupmu. Tapi intinya, move on.

    Wassalam.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Waktu wawancara masuk OSIS kelas 10, satu-satunya pertanyaan yang gue inget adalah "Siapa orang yang kamu idolakan?"

    Awalnya, gue jawab "Nabi Muhammad" tapi si kakak kelasnya bilang "Selain itu ada?" karena mungkin Nabi Muhammad adalah idola semua umat Islam. Setelah merenung dan menalar-nalar dengan logika metode Jonathan Tehau, akhirnya gue jawab :

    "Karena saya ingin jago saat jadi kiper"

    Eh salah, itu buat pertanyaan lain, maksud gue adalah gue jawab :

    "Pandji Pragiwaksono"

    Abis itu gue lupa lagi ditanya apaan dan lupa jawabannya huhuhu, termasuk lupa kenapa gue bisa ngidolain Mas Pandji. Mungkin bakal gue tulis sekarang.

    Buat elu pade yang gatau Pandji Pragiwaksono, cupu lu HEHEHE GAK DENG. Dia adalah seorang aduh entah yah, semacam multi talent. Tapi dia mulai terkenal waktu bawain acara "Kena, Deh !!" sama "Hole In The Wall" di RCTI waktu temen main gue masih kunang-kunang depan rumah. Tapi semakin lama, karirnya rada meredup walau sempet bikin album yang gue juga gak tau judulnya apa. Dan karirnya meroket lagi waktu Stand Up Comedy mulai populer di Indonesia, sekitar akhir 2011. Stand Up Comedy sendiri kayaknya gak akan populer tanpa peran Pandji ini, karena kalo gue baca dari buku "Merdeka Dalam Bercanda"-nya karangan Pandji, gue simpulkan dengan teorema ideasal-asalan anak 17 tahun bahwa Pandji-lah yang mencetuskan Stand Up Comedy di Indonesia. Karena dia sering liat penampilan para comic luar kek Jerry Seinfield dan kolega-kolega, jadi dia terinspirasi dan akhirnya membuat Stand Up Comedy di Indonesia bisa kayak sekarang.

    Walau gue jarang liat penampilan Pandji di acara TV atau Youtube dan gapernah dateng ke acara tunggal Stand Up nya Pandji karena mahal (huehuehue aku kiss mint), tapi gue tetep menghargai Pandji sebagai orang yang selamanya dikenang sebagai salah satu pencetus Stand Up Comedy di Indonesia, walau jujur gue sendiri gabisa nyetend up, susah cuy :( Kalo gue nyetend up bawaannya pengen lemparin muka gue sama limbah restoran babi.

    Pandji sendiri punya beberapa kesibukan di bidang lain, mulai dari bisnis sampe olahraga dimana dia kadang di-endorse ama Adidas Indonesia. Dia juga bisa dibilang orang nasionalis, karena beberapa buku dan albumnya berisi tentang nasionalisme. Gue suka bukunya yang "Berani Mengubah" karena sumpah keren banget walau sekarang jarang keliatan di toko buku. Ada juga buku yang judulnya "Nasional.is.me" yang gue belum punya. Buku lainnya adalah tadi "Merdeka Dalam Bercanda" yang bercerita tentang Stand Up Comedy di Indonesia, dan ada juga "Indiepreneur" yang berisi tentang bisnis-bisnis gitu, termasuk tentang berkarya dan gitu-gitunya. Gue udah punya buku Indiepreneur tapi belom sempet dibaca, waiting list dulu heheheheheheh.

    Jomblo pemalas :(

    Kalo gak salah ada buku satu lagi judulnya "How to sell 100 album in 30 days" atau apalah gue lupa, tapi itu buku udah lama banget dan kurang laku di pasaran. Saking lamanya mungkin buku itu sempet dibaca sama Nabi Musa.

    Pandji juga main beberapa film yang belom pernah gue tonton. Kayak "Make Money" yang kurang ngebum atau "Comic 8" yang ngebum parah tapi sekali lagi naluri males nonton film gue membuat film populer pun gue lewatin demi menikmati kejombloan.

    Yah, setelah bercerita tentang hidup Pandji, mungkin kalian heran apa sih kelebihan Pandji?

    Tari piring gabisa.

    Ngebalikin tulisan "kcaB" di kaos "Turn kcaB Crime" gabisa.

    Ngerubah selimut jadi sepeda roda tiga gabisa.

    Nyeleding tekel Lin Dan juga gabisa.

    Jadi apa dong?

    Ya, sebenernya gue juga bingung heheheheh.

    *dibakar massa lalu diarak keliling Jawa*

    Kalo gue perhatiin dari Twitter, kegiatan Pandji yang terbaru adalah tour dunia Stand Up Comedy yang bertajuk "Juru Bicara". Dia udah sampe Jerman beberapa bulan lalu, lalu Medan dan beberapa minggu lalu bakal tampil di Afrika Selatan lalu lanjut ke beberapa daerah di dunia, mulai dari Amerika Serikat sampe Pulau Kalimantan.

    Salah satu kegiatan yang gue suka dari Pandji adalah #BalasDi18. Jadi itu adalah program dimana Pandji ngasih hadiah ke followernya setiap tanggal 18, dan waktu 18 Juni pasti hadiahnya mantep karena itu ulang tahunnya. Hadiahnya sendiri macem-macem, mulai dari produknya (DVD, jaket, kaos dll) sampe iPhone 6s dan tahun ini yang mantepnya jalan-jalan ke Jepang. Gue suka aja sama gimana Pandji konsisten memberi ke followernya tiap bulan tanggal 18 selama kurleb 5 tahun sebagai tanda terima kasih telah ngebantu Pandji sampe kayak sekarang.

    Hal lain yang gue suka dari Pandji adalah, dia jarang ngomongin politik dan kayak damai aja gitu orangnya. Jarang dia berdebat sampe gila sama orang yang berpolitik sama orang gila juga. Blognya pun rata-rata berisi pengalaman dia yang bisa jadi motivasi buat kita. Blognya pandji.com.

    Jadi ya begitulah Pandji, diluar dia yang cuman ngikutin Liga Inggris, dia tetap orang yang gue idolakan karena perbuatannya. Keren aja. Pandji adalah salah satu panutan gue dan mungkin panutan beberapa orang yang punya passion lebih dari satu. Saking gue ngidolainnya, bahkan waktu SMP gue pernah dipanggil "Haykal Pragiwaksono" dan mereka juga dengan seenak jidat ngerubah nama Pandji jadi "Pandji Panjeraino" karena katanya gue mirip sama Pandji.

    Asa henteu.

    Intinya, sukses terus Mas Pandji !! Dan semoga kita juga sukses dan bisa berguna bagi orang lain. Aamiin.

    Wassalam.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Konon katanya, ada 3 hal yang gak boleh di dunia ini :
    1. Makan harta anak yatim
    2. Sleding tekel waktu main basket
    3. Cowok Sunda nikah sama cewek Jawa

    Udah dari jaman WR Supratman magang di tempat servis alat musik "Kakanda Seorang" ataupun kurang, kita semua udah tau legenda bahwa perempuan Jawa gaboleh nikah sama laki-laki Sunda. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah kerajaan di masa lalu, antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Majapahit. Karena Diah Pitaloka (eh iya kan?) yang dijanjiin nikah sama Pangeran Majapahit yang gue lupa namanya, malah diharkosin setelah Keluarga Mbak Diah diserang sama pasukan Majapahit di tengah jalan. Jadi aja Raja Pajajaran dendam ama Majapahit.

    Kalo salah benerin yak :"

    Itulah penyebab kenapa di Jawa Barat gada satupun nama jalan yang pake istilah dari Kerajaan Majapahit, baik nama raja, patih, ataupun nama kang ulek sambel favorit Gajah Mada. Ini juga berpengaruh ke dunia per-uwuwuw-an (percintaan). Katanya cewek Jawa gabole nikah ama cowok Sunda, gue gak tau alasannya tapi ya begitulah. Hal ini gak berlaku sebaliknya, alias cowok Jawa boleh aja nikah sama cewek Sunda.

    Sebagai fakir asmara yang masih bingung mencari 'dia', gue agak sedih aja ama larangan tadi. Apalagi larangan itu tidak beralasan yang jelas, kayak kalo cowok Sunda nikah sama cewek Jawa nanti anaknya bakal jadi kang perobek karcis bioskop atau anaknya secara hukum harus tinggal di Palung Mariana sampe usia 21. Karena tidak adanya alasan yang hakiki, gue agak menentang pernyataan berikut, apalagi gue cowok Sunda yang walau ada Jawanya tapi dari lahir ampe sekarang tinggal di Tanah Sunda.

    Apalagi gue jomblo, yang 17 tahun tinggal di Jawa Barat pun belun kunjung dapet pacar.
    Siapatau dari Jawa Tengah-Jawa Timur sana ada yang nyantol satu.

    :3

    Lu kira ikan sapu nyantol ke akuarium toko ikan Jalan Karapitan.

    Pernyataan tersebut udah lama ada, bahkan kayaknya itu ada waktu jaman uyutnya kura-kura gue lagi lucu-lucunya PDKT sama gebetan di sekolah kura-kura. Dan harusnya semakin lama hal tersebut udah mulai dilupakan oleh orang-orang, karena ya nanaonan :( Watir nu jomblo mak #LoveWins. Buat beberapa orang emang udah dilupakan, tapi rasanya bakal tetep aneh aja buat orang Sunda kalo liat cowok Sunda nikah sama cewek Jawa. Walau gakan jadi trending topic sampe masup Line Today, tapi gue yakin yang tau bakal nyinyirin dalem hati "Ih nanaonan si Dadeng nikah ama si Sumini nu icalan galon di Probolinggo, mending jeung aing Fatimah anu geulis anu someah anu pamajikan kebon cau di Cadas Pangeran".

    Eh di Cadas Pangeran ada kebon pisang gitu?

    Tapi gue berharap, makin lama orang Sunda-Jawa yang tau tentang ini bisa melupakan dan menerima bahwa gada yang salah cowok Sunda nikah sama cewek Jawa, seluwes mereka nerima cowok Jawa nikahin cewek Sunda. Karena ya apa salahnya sih Asep Tambal nikah sama Susi Jamu? Sama-sama mahluk Allah ini kan.

    Yang pasti gabole itu cowok Jawa nikah sama cowok Sunda. Karena ya haram bg nikah sesama jenis :<

    Btw gue juga belom pernah liat deh kayaknya cowok Sunda nikah sama cewek Jawa. Anyone?
    Gue ngomong ini atas nama Komisi Pemberantasan Kangen, yang berjuang agar kita bisa mencintai siapapun tanpa dibatasi dinding dinding perbedaan yang bau keringet gajah abis ikut marathon. Karena setelah 12 tahun sekolah di Tanah Sunda, akhirnya gue berkuliah di ITB.

    Eh da ITB Bandung oge sih heheheh.

    Tapi seenggaknya gue di kuliah bisa kenal dengan banyak orang baru yang tentu berasal dari seluruh Indonesia, beda sama di TK-SMA dimana gue rata-rata temenan ama yang dari kecil udah di Bandung juga.

    Ya siapatau di ITB ada yang satu gitu hehe.

    Hehe.
    Jomblo.

    Tapi intinya, doakan saja~
    Wassalam.
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Abad 21 itu sangat identik dengan acang (alat canggih, kata resmi Bahasa Indonesia untuk gadget *berbahasa banget anaknya emang*) dan hal ini kalo diibaratkan sama aja kayak toples Khong Guan isinya renginang, yang gue yakin di rumah lo pasti ada setelah kue Khong Guan nya abis. Ya, walaupun haters will say "Elu kan idup di abad 21 Kal makanya bilang abad ini identik sama acang" tapi kenyatannya, hampir semua moyangnya acang dibuat di abad 20, sekitar tahun 1940-1980an mulai dari komputer, hengpon, kamera dll. Ini menandakan bahwa acang ini emang sudah disiapkan untuk menjadi sesuatu yang hits dan berguna di abad 21 ini.

    Kalo menurut gue, gimana pun caranya mustahil ada abad 21 tapi gak ada acang, ini kayak mustahil ada tempat parkir tapi gak ada kang parkir yang tiba-tiba muncul pas kita mau pergi. Nah, kalo misalkan gue adalah orang yang hidup tanpa acang, itu berarti gue sedang tinggal di tahun, berapa ya, 1800-an mungkin.

    Ah iya, sebelum pendarahan mata kalian lebih parah, gue mau jelasin makna acang yang luas itu. Acang yang gue maksud selama di sini adalah acang yang kita gunakan sehari-hari. Bukan, bukan pilus pedas dan bukan juga alat buat mekarin kabupaten ataupun sendal jepit yang saking canggihnya bisa pindah tempat ke rumah orang pas lagi Taraweh (lah itu namanya kemalingan bro). Acang yang gue maksud adalah hengpon Android, Apple dan segala antek-anteknya, juga tablet yang bentuknya kotak dan gak lupa komputer atau laptop dengan segala macam spek dan merek. Jadi, kalo kalian ngebayangin acang itu adalah alat buat mekarin kabupaten, mendingan elo belajar debus aja deh sapatau berguna daripada ngebayangin yang nga-nga :(

    Jadi, andai saja gue hidup tanpa acang, gue tentu adalah orang di tahun 1886, atau kurang dari itu. Sebenernya di medio segitu udah ada beberapa acang kayak kereta kuda ataupun kang yang nganterin pos pake sepeda onthel merek "Family", tapi kan udah gue jelaskan bahwa acang yang gue maksud adalah hengpon dan antek-anteknya.

    Tahun 1886 Indonesia masih dijajah sama Belanda. Gue mungkin adalah remaja muda Jawa yang tampan dan wow bernama Ngadiman atau Supangat. Gue adalah remaja petani cengek yang keheranan kok pohon gue gak tinggi-tinggi ya. Karena belum ada acang, jadi gue gak bisa ngesearch di Google tentang pohon cengek ataupun nyari tentang cara merubah cengek jadi jus wortel.

    Sebagai remaja, jiwa bersemangat tentu menggebu-gebu dalam dada gue. Jadi gue berusaha mendekati seorang anak petani kopi yang namanya Fiona. Gue mendekati Fiona ini karena namanya cenderung keren buat anak petani tahun 1886. Gue ingin sekali membahagiakan Fiona, karena kasian liat kebun kopi Bapaknya diperas terus-terusan sama Belanda akibat kebijakan Preanger stelsel. Sebagai remaja yang baik, gue pun kadang menyumbang sebagai penghasilan menanam cengek gue untuk menghidupi keluarga Fiona, karena Belanda gak terlalu peduli sama produksi cengek, waktu itu makan gorengan sama cengek belum sepopuler sekarang.

    Lah malah cerpen.

    Oke oke. Jadi ceritanya adalah Fiona dan keluarga ini terpaksa diasingkan ke Deli Serdang di Sumatra Utara sana karena ketauan melanggar aturan Preanger stelsel. Sedihlah hati gue, mau dengerin lagu Saat Terakhir nya ST12 pake headset eh baru inget jaman itu kan belum ada headset, Charlie ST12 nya juga belum lahir. Walhasil gue hanya duduk-duduk doang diatas genteng rumah, memandangi banyak bintang yang kayaknya tahun 1886 bintang masih bisa diliat tanpa harus pergi tengah malem ke Bromo. Gue pun berkeluh kesah pada bintang-bintang, bertanya-tanya kenapa Fiona meninggalkanku. Akhirnya gue ketiduran di genteng lalu paginya dimarahin Bapak dengan kalimat ampuh :

    "PANGAATT, MAU BANGUN JAM BERAPA LU TIDUR MULU KEK KEBO ABIS BUKA PUASA. LO MAU POHON CENGEK LO DIPATOK AYAM HAH ?!"

    Lah baru tau gue ayam suka yang pedes-pedes.

    Tapi akhirnya gue menerima keputusan Fiona pindah ke tempat yang jauh disana. Walau begitu, sebelum dia pergi, kita udah sama-sama janji buat surat-suratan karena kata dia tahun 1886 kan belom ada watsap atau Line. Bener juga sih. Akhirnya, setiap sebulan sekali kita surat-suratan. Sebulan karena itulah waktu yang dibutuhkan buat nganterin surat dari Sumatra Utara ke Jawa. Kedatangan kang pos pun selalu gue nantikan dengan bahagia dan derai tawa. Surat dari Fiona sendiri gue baca berulang-ulang sebelum bener-bener nulis balesan, tanpa harus khawatir dimarahin "Ihh suratku kok cuman kamu read doangg, sebel ah sama Supangat". Emang, terkadang gue butuh waktu bebapa hari sebelum nulis surat balesan, karena kalau salah kata, mampuslah gue.

    Kita berdua cerita macem-macem di surat itu. Mulai dari kehidupan dia disana, nanya pohon cengek gue, sampe dia cerita kalo disana dia melihara ayam jago yang dikasih nama Susilo. Asik deh walau tanpa acang, semua berjalan seakan begitu alami, tanpa rekayasa dan tanpa ada tekanan perasaan bahwa suratnya akan di read doang.

    Sampe sekarang, gue masih surat-suratan sama Fiona. Belum dapet kabar kapan Fiona bakal balik ke Jawa, apalagi karena Gunung Krakatau meletus beberapa bulan lalu di tahun 1887 ini. Gue heran kenapa dia tau Gunung Krakatau meletus padahal kan belom ada Twitter, terus dia bilang "Kan ada koran bego".

    Eh, tahun 1887 ada koran gak sih? Ngatau ah.

    Tapi gue sangat menunggu kehadiran Fiona di Tanah Jawa. Gue udah lama gak ketemu dia, apalagi belom ada Skype atau Video Call Line yang ngebuat gue tambah kangen sama wajah Fiona. Kita berdua sendiri udah rencanain banyak hal kalo Fiona balik lagi ke Jawa. Mulai dari memandangi bintang bareng-bareng sampe nyanyi-nyanyi lagu Belanda atau lagu keroncong yang bagus secara asal-asalan, kan belom ada azlyrics.com atau MusicMatch buat liat lirik benernya. Bodo amat salah yang penting sama Fiona uwuwuwuw.

    Gue rasa, gue beruntung hidup di tahun 1887 ini. Karena belom ada Instagram dan sebagainya jadi peluang gue ditikung semakin kecil. Gue juga sebenernya males kalo harus foto sama Fiona terus dipost ke IG atau sosmed lain, kasian banyak jomblo diluar sana yang bakal iri dengki sama gue dan Fiona. Untung aja belom ada tuh sosmed-sosmed kutil harimau di jaman gue ini. Aman dah surat-suratan sama Fiona nya.

    Walau kangen dan gak bisa liat mukanya, tapi setidaknya surat-suratan gue sama Fiona terasa lebih tulus dibanding chattingannya anak-anak abad 21 ntar yang dibalesnya satu kata doang dikira "Ih sieta tiis ah gasuka". Tiis tiis lo kira dia turunan kulkas.

    *****

    Yah, begitulah gambaran kalo gue idup tanpa acang alias gadget. Agak ngaco sih tapi ya gimana lagi tiba-tiba ngalir aja hahaha. Maaf namanya juga baru lulus SMA pikirannya masih ngaco.

    Dan kalo gue hidup tanpa acang di abad 21 ini, mungkin gue gak bakalan jadi kolektor jersey bola kayak sekarang dan mungkin gue bakalan jomblo sampe usia 25 huhuhu sedih bet jangan sampe lah. Kalaupun harus hidup tanpa acang sekarang ini, seenggaknya kamar gue penuh buku jadi masih bisa bahagia walaupun gebetan bales chat gue tiap 3 hari sekali.

    Wassalam.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Hari Sabtu kemaren (18 Juni 2016) gue di wisuda dari sekolah gue, SMA Taruna Bakti. Acara yang disebut Pawidya ini sendiri diadain di GOR Taruna Bakti yang ada di Jalan Suci dan berlangsung dari jam setengah 1 sampe jam 3, lebih cepet dari Pawidya tahun lalu karena Pawidya tahun ini bertepatan dengan puasa. Entah kenapa, acaranya sendiri buat gue gak terlalu meriah dan gak berhasil menarik minat gue buat ngerasa pengen Pawidya terus. Acara utamanya sendiri cuman pengumuman siswa peraih nilai UN tertinggi (selamat buat Nadyra sama Kiki yang dapet hadiah dari sekolah !!) sama ranking 3 besar tiap kelas, yang fotonya dipajang di layar proyektor besar di depan, yang kualitas gambarnya gak terlalu bagus. Gue sendiri semester ini gagal lagi masuk 3 besar dan entah ranking berapa, paling kalo gak 5 ya 6. Dari kelas 10, gue selalu mentok di ranking 5 atau 6 buat nilai semesteran. Susah buat jadi ranking 1 di kelas kalo gue masih sekelas sama si Shanaya (yang sekelas 3 tahun sama gue).

    Gue sendiri selama Pawidya cuman duduk-duduk bosen doang gak jelas atau sambil bercanda sama si Gazza yang duduk deket gue. Rada ngaco sih duduknya, tapi gue merasa santai aja karena duduk di barisan paling belakang. Gak banyak yang gue lakukan di sana, paling cuman tepuk tangan sambil berdiri heboh pas bagian ranking IPS dibacain (semua anak IPS berdiri atas kesepakatan), atau berdiri buat nyanyi beberapa lagu (lagu Hello Band gak termasuk) dan jalan ke depan buat dikalungin medali sama Bu Sofi (kepala sekolah) dan dapet map yang isinya rapot semester 6 dan beberapa hal lain, gak termasuk buku rapot asli karena masih tertahan di ITB buat proses daftar ulang. Abis acara selesai, paling cuman foto-foto doang sama beberapa orang, lalu pulang deh, karena gak jadi ke Jonas Photo sama beberapa temen gue. Pulang-pulang, gue langsung sakit kepala gak tau kenapa, padahal diem aja selama Pawidya juga, aku lemah :(

    Buat gue, kelulusan bukanlah sesuatu yang harus gue banggakan. Hehe, asa kumaha nya aing. Tapi beneran, gue gak pernah puas kalo cuman sekadar lulus (kecuali pas ulangan matematikanya Pak Eka, dapet 67 pun gue pantes ngadain pesta semalam suntuk). Gue gak terlalu berbahagia dan bangga berlebihan waktu ada yang bilang (ortu, ortu temen, temen, guru atau siapapun) “Haykal selamat ya” dan seketika gue berpikir “Selamat apa? Selamat udah lulus? Eh, perasaan semua siswa lulus deh..” walau gue gak cukup berani ngomong gitu dan malah bilang “Ah iya makasih” sambil senyum ala model bimbelnya anak SMP. Lulus tapi nilai gue kayak kang TNI AU mah (suka terjun bebas) gue mendingan nangis aja sampe Haddad Alwi kolaborasi sama Slash bikin buku panduan agar bisa metal tapi tetap takwa.

    Yang terpenting bagi gue adalah, proses kita selama di SMA dan ke depannya mau gimana. Selama SMA sendiri gue sebenernya gak terlalu kecewa amat sama nilai, ya mungkin kisah cinta mah ngatau ah males, tapi selain itu bisa dibilang baik-baik aja, gak ada insiden yang ngebuat gue harus pindah sekolah atau ngebuat gue harus jualan stiker “Motor antik khusus cewek cantik” dan semacamnya demi bayar SPP. Gue sendiri Alhamdulillah mengakhiri SMA dengan baik, keterima ITB lewat jalur undangan, dimana gue gak nyangka karena gue keterima di SMATB aja di daftar tunggu. Pada akhirnya, semua ini harus gue syukuri, sambil ngedoain temen gue supaya pada keterima di PTN impian yang pengumumannya nanti tanggal 28 Juni. Doain juga yak !!

    Tapi kayaknya, yang ngebuat gue gak terlalu semangat Pawidya adalah, rambut gue sama jas gue. Rambut gue entah gimana bisa lepek banget hari kemaren, padahal gue udah perkirakan dan usahakan dari 2 Minggu sebelumnya (beneran) biar rambut gue sempurna di tanggal 18 Juni. Tapi Tuhan berkata lain, 1 hari sebelum Pawidya, gue juga gak ngerti kenapa rambut gue bisa lepek dan semakin diatur semakin jelek. Mungkin ini ujian dari Tuhan, tapi nya sedih weh :( Gue jadi gak terlalu semangat mau difoto juga. Yang lebih nyebelinnya lagi, rambut gue mulai bagus pas gue udah di mobil perjalanan pulang dari Pawidya. Beneran. Apalagi besoknya (hari ini), rambut gue udah kembali kayak biasa, seperti yang gue harapkan. Jujur, gue bener-bener gak ngerti, tapi seenggaknya gue belajar bahwa rambut lepek pas acara wisudaan itu lebih buruk daripada chat di read doang gebetan.

    Sedihan di read doang deng :<

    Yang kedua adalah jas, dimana gue minjem yang Ayah gue. Jasnya gede banget yang ngebuat gue kayak paman-paman pengangguran lagi iseng dateng ke acara wisudaan anak SMA :( Beneran deh. Tapi karena gak ada jas lagi, ya apa boleh buat...

    Yaudah deh, gak tau lagi mau nulis apaan.

    Wassalam
    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !

    Sebagai wong cilik yang kurang gaul dan lebih sering ngobrol sama kenari yang sekarang udah dikasihin ke orang, tentu dapet kado pas ulang tahun adalah sesuatu yang mewah buat gue. Boro-boro kado, ada yang tau gue ulang tahun aja udah seneng. Waktu kelas 10 pun, gak ada temen gue yang ngucapin ultah karena gak ada yang tau bahwa 12 Februari itu gue ulang tahun. Kelas 11 mendingan lah banyak, kelas 12 juga lumayan.

    Tapi dari 3 tahun ulang tahun di SMA (soalnya pas SMP udah lupa huehuehue), yang paling berkesan adalah waktu kelas 12. Karena, di kelas 12 ini gue dapet kado dari 2 orang HAHAHA sedih ya :( Orang gaul mah dapet kado saking banyaknya sampe bikin ruangan khusus buat naro kado dan tiap kado ada waiting list di bukanya, gue mah dapet kado dari 2 orang aja ditulis d blog. Rakyat.

    Yang pertama dari Syntia, berupa kaos dan buku yang dulu dia pinjem (eh bukan kado deng). Satu lagi dari Nadyra, yang telat banget -- parah -- ngasihinnya, 12 hari setelah gue ulang tahun. Tapi yang unik malah kado dari Nadyra ini, karena siapa sih orang gila yang mau beliin kado tapi minta anterin beli kadonya sama orang yang mau dikasih kadonya?

    Ya, jadi waktu itu 24 Februari, abis ujian apa ya UTS kalo gak salah. Dyra ngajak gue ke Gramedia Merdeka, katanya mau beliin gue kado, sekalian bilang dia juga mau beliin Kresna kado karena beberapa hari sebelumnya Kresna juga ulang tahun. Ya caw lah gue dan Nadyra ke BIP, abis gue test susulan olahraga, sambil gatau gue bakal dikasih apa sama dia.

    Setelah nyari nyari nyari dan nyari, akhirnya dia ngasih gue kado semacam board game produk Kompas Gramedia yang namanya "Perjuangan Jomblo".

    Iya, "Perjuangan Jomblo".

    Jadi itu adalah board game yang tujuannya, apa ya sampe sekarang gue juga belom ngerti amat cara mainnya gimana. Tapi intinya ada beberapa kartu cewek dan cowok serta ada kartu semacam pintu kos-kosan yang bertingkat-tingkat. Nanti kita cari cara dengan beberapa kartu supaya PDKT berjalan lancar dan bisa sampe di tingkatan teratas kitu-kitu lah teuing teu paham abdi geh :(

    :'<

    Waktu mau bungkus kado sama gue pun, gue ama Dyra kayak orang bego abis ketiban granat Perang Badar ke mas mbanya dengan pura-pura nego dan diskusiin bungkus kado seakan-aka kado itu buat temen yang lain. Akhirnya dipilihlah bungkus kado Hello Kitty, warnanya pink, tulisannya tentang dream dream upil kuda naonlah lupa gue. Sebelumnya, gue ama Dyra udah diskusiin banyak bungkus kado mulai dari Frozen sampe Transformer. Abis itu, dia milih kartu ucapan dan nulisnya juga serius. Padahal mah isinya...

    "Game ini memrepresentasikan kehidupan cinta maneh. Semoga maneh gak jomblo lagi di usia 17 tahun."

    Sedih aing mah. Ya walau bener sih bagian jomblonya.

    Dia pun ngasih kadonya di parkiran pas mau pulang, untung gak lagi banyak orang waktu itu, karena ya mau dibawa kemana harga diriku dapet kado gambarnya Hello Kitty :( Seolah pria jantan ini berubah menjadi gadis mungil penjual colenak seketika.

    Beberapa hari setelahnya, gue lumayan sering bawa game itu ke sekolah karena nyari temen buat mainnya dan karena gak ngerti juga HAHAHA. Sekitar seminggu kemudian gue baru bener-bener mainin gamenya dan itu pun gak selesai karena keburu mau pemantapan. Walhasil sampai saat ini game itu belum pernah tamat, karena kura-kura gue ternyata juga gak terlalu ngerti dan gak terlalu minat waktu gue ajak main game gituan.

    Kalo yang penasaran atau yang prihatin sama kehidupan gue mungkin bisa cek tutorialnya di Youtube di link berikut : https://youtu.be/4umXPCXR714. Kalo udah ngerti kita main yuk !! Gamenya buat 2-4 orang kok jadi mari bersenang-senang.

    Walau bagi banyak orang dapet kado itu biasa aja, tapi buat gue ya gile aja, dapet 2 pula. Yah, walaupun gebetan gue ngucapin pun nggak, tapi setidaknya gue dapet kado. Sedih juga sih kalo liat game jomblo itu, karena gak bisa dimainin sendirian. Tapi, makasih Syntia sama Nadyra !! Semoga kebaikan kalian dibales sama Allah Swt.

    :>

    Wassalam.

    Baca Terus Jangan Kasi Kendor !
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Selamat datang di blog Hai Haykal ! yang merupakan pelopor tulisan tidak berguna sejak tahun 2011. Kami tidak bertanggung jawab atas gangguan mata, mual, muntah, kejang-kejang, dan ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya setelah membaca blog ini.

    Tentang Aq

    HAYKAL SATRIA PANJERAINO
    Seorang mahasiswa tingkat akhir yang senang menulis hal yang tidak ada gunanya dan sedang memulai bisnis baju olahraga. Sering random, pelupa, dan suka marah kalo lagi laper.

    Yang Udah Nyasar

    Semua Tulisan

    • ►  2018 (5)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (3)
    • ►  2017 (11)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Maret (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (1)
    • ▼  2016 (44)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Juli (1)
      • ▼  Juni (30)
        • Liburan Produktif
        • Elegi
        • Menafkahkan In a Nutshell
        • Teu Diwaro
        • Rendy
        • Hubungan Tidak Sehat
        • Keluh Kesah Pedagang Kain
        • Adi dan Koi Kesayangannya
        • Pandji Pandjeraino
        • Cowok Sunda-Cewek Jawa
        • Hidup Tanpa Acang
        • Setelah Lulus, Lalu Apa?
        • Wong Cilik Dapet Kado
        • SSB Salero Bundo
        • Jalan Kabupaten dan Jalan Tol Dalam Kota
        • Kamu Terlalu Baik Buat Aku
        • Sembilan Mei
        • Hinyahorror
        • Kelas 11 Yang Ngatau Ah Males
        • Tidak Ada Fix-it Felix, Jr. Hari Ini
        • Kisah Kasih di Paduan Suara
        • Sembilan Juni
        • Shakuntala 72
        • Puasa Kok Manja
        • Pemain Kedua Belas
        • Copet Aja Sepasang
        • Naik Bang
        • Karena Cinta Itu Melindungi
        • Peka
        • Mas Qiqi dan Mbak Mar
      • ►  April (3)
      • ►  Maret (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2015 (68)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (5)
      • ►  Agustus (6)
      • ►  Juli (3)
      • ►  Juni (27)
      • ►  Mei (8)
      • ►  April (8)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (7)
    • ►  2014 (36)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (8)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (2)
      • ►  Maret (4)
      • ►  Februari (4)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2013 (18)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (2)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juni (2)
      • ►  Mei (6)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2012 (46)
      • ►  Desember (1)
      • ►  November (4)
      • ►  Oktober (4)
      • ►  September (2)
      • ►  Agustus (4)
      • ►  Juli (7)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (5)
      • ►  April (5)
      • ►  Maret (5)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2011 (7)
      • ►  November (2)
      • ►  September (5)

    Kategori

    Ada Ilmunya Bodoh Cerpen Diriqu Fiksi Gak Jelas Galau Iseng Jejersian Keperluan Lomba Kisah Nyata Lagi Bener Lagu Galau Masa Kuliah Masa SMA Masa SMP Pembodohan Random Review Buku Sehari-Hari Sepak Bola Tantangan Menulis Random - Februari Tantangan Menulis Random - Juni Temen-Temen Terlalu Jujur Tulisan Pendek

    Paling Rame

    • Galauan Lagu : Adhitya Sofyan - Blue Sky Collapse
    • Debat Pramuka, Dan Lain-Lain
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pendaftaran)
    • Galauan Lagu : HiVi - Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi
    • Cowok Sunda-Cewek Jawa
    • Karena Kita Adalah Sahabat Bagi Diri Sendiri
    • Akhir Yang Indah di Bulan Juni
    • Secuil Kisah Trilogi di SMA Taruna Bakti (Pengumuman)
    • Galauan Lagu Secondhand Serenade - Awake
    • Hari Pertama Pake Kacamata

    Sosmed Aq

    • Google Plus
    • LinkedIn
    • Facebook
    • Twitter
    • Ask FM
    • Instagram
    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top