Pemain Kedua Belas

Juni 06, 2016

Menurut akte kelahiran, gue lahir 12 Februari 1999, dan sekarang 6 Juni yang merupakan ulang tahun Bapak Soekarno yang ke-115. Selamat ulang tahun, Pak !!

Iya gue gak tau apa hubungannya tapi keun lah da budak.

Tadi subuh, abis gue saur dan lagi nunggu adzan, gue nonton pertandingan Copa America Centenario antara Venezuela vs Jamaika yang berakhir 1-0 buat Venezuela. Selain fans Latin cantik yang sering terekam kamera (lalu gue kemudian menundukkan pandangan sambil berkata "Kang kameramannya belum liat berita hilal ini") dan jersey Timnas Jamaika yang tjakeps, gak banyak hal menarik yang bisa ditonton di pertandingan itu. Pertandingan yang digelar di Soldier Field Stadium, Chicago itu sendiri gue liat gak terlalu banyak penontonnya, padahal kapasitas Soldier Field Stadium itu gue baca di Wikipedia bisa sampe 61.500 orang. Gue curiga penonton yang dateng tadi adalah penonton impor dari Dah*syat yang menunggu bayaran nasi kotak pas pertandingan selesai, atau malah mereka adalah penonton yang beli tiket buat nonton kampanye Calon Bupati Chicago yang katanya ngundang Govinda, atau malah mereka adalah para peserta test STANBI (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Bagian Illinois) yang nunggu jadwal test sekalian nonton bola biar gak stress.

*kemudian Haykal diumpan ke ikan paus*

Setelah itu, pertandingan berlanjut, Meksiko vs Uruguay yang akhirnya dimenangin Meksiko 3-1 dan sempet ada insiden memalukan berupa panitia salah muterin lagu kebangsaan Uruguay, malah muterin lagu kebangsaan Chile. Bardaks Uruguay pun jadi salting dan kayaknya mencoba untuk pura-pura nyanyi tapi malah jadi nyanyi lagu Hello Band yang Ular Berbisa.

"AKU TERTIPU AKU TERJEBAK AKU TERPERANGKAP MUSLIHATMUU"

Tapi intinya, gue sedikit heran sama pertandingan Venezuela vs Jamaika. Bukan karena Rodoloph Austin kena kartu merah dan bukan juga karena kenapa Rosales mainnya bagus tapi kok gak direkrut Persewa Wamena, tapi lebih karena kenapa penontonnya sedikit. Ya secara kualitas boleh lah penonton Venezuela cantik-cantik dan "Ini yang mama cari"-able (untung nulisnya jam segini), tapi secara kuantitas, gue kecewa. Venezuela dan Jamaika penontonnya kalah dari Indonesia, yang pertandingan persahabatan Timnas U-19 nya pun tetep rame sama penonton, padahal Venezuela punya Salomon Rondon yang main di WBA (Liga Inggris) dan Jamaika punya Wes Morgan yang malah jadi kapten Leicester City, juara Liga Inggris musim ini.

Tapi semua ini berujung kepada "Saha maneh Kal ka Jamaika geh acan". Ya, benar, gue bahkan belum pernah ke Jamaika atau Venezuela. Yang mungkin kalo gue orang Jamaika, gue bakal bikin Kosupnas Jantaise alias "Komunitas Supporter Timnas Jamaika Cinta Damai Selalu" yang menggagas chant (nyanyian dukungan) timnas dengan nada reggae. Asik.

Omong-omong, kali ini gue bakal coba bahas soal fans di sepak bola yang sering juga disebut sebagai pemain kedua belas, yang sebenernya ada di 3 draft tulisan gue dan entah kapan akan gue selesein, mungkin bakal dirangkum disini. Sebagai olahraga yang paling banyak digemari orang, pertandingan bola gak akan rame kalo gak ada fans atau gak ada yang nonton, bakal garing kayak jokes "Eh lo dipangil tuh sama si Wanda" / "Wanda mana ya?" / "Waaa ndak tau saya".

*dijodohin sama pesut*

Di dunia sepak bola sendiri, udah banyak fans yang terbukti ngedukung timnya dengan cara gila-gilaan, sememble apapun tim itu bermain. Contohnya kayak fansnya Borussia Dortmund yang dijuluki "The Yellow Wall" yang kalo diliat bisa bikin kita serasa lagi nonton lomba bikin papercraft terkeren dan terbesar se-Jerman saking kerennya supporter Dortmund kalo lagi dukung timnya. Ada lagi fansnya Galatasaray di Turki sana yang gak beda jauh sama fans Dortmund. Gak lupa fans dari beberapa klub negara Eropa Timur yang dikenal ekstrim kalo lagi dukung timnya dan lebih dikenal dengan nama "Ultras".

Di Indonesia sendiri, ada banyak fans klub yang kalo nonton ke stadion bisa edan-edanan kerennya. Kayak supporter Persib dan PSS Sleman yang pernah bikin koreo keren banget pas di Stadion Jalak Harupat (Bandung) dan Stadion Maguwoharjo (Sleman). Selain itu, gue kira kesetiaan fans bola di Indonesia udah gak usah diragukan lagi. Dari mulai klub yang ada di divisi tiga sampe level timnas usia junior sekalipun, pasti ada aja yang ngedukung.

Beberapa orang pun kaget sama animo supporter Indonesia ini. Kayak Miljan Radovic waktu pertama kali seleksi masuk Persib. Di biografinya, dia cerita kalo semangatnya waktu seleksi di Persib nambah berkali-kali waktu liat ada banyak orang yang nonton di pertandingan latihan itu. Ada juga David Laly sama Samsul Arif yang takjub sama penonton Persib yang menuhin lapangan di pertandingan ujicoba lawan tim kecil. Podolski pemain timnas Jerman pun pernah bilang bahwa animo supporter Indonesia menakjubkan.

Walau keren, tapi sayang sekali gue belum termasuk bagian dari mereka yang bisa nonton di stadion secara langsung. Sebagai fans, gue lebih sering nonton di TV dan kunjungan gue ke stadion mungkin masih bisa di hitung pake jumlah jempol dan kelingking di tubuh manusia. Selain karena faktor stadion jauh (gue seumur-umur baru 2 kali nonton langsung ke Stadion Jalak Harupat) dan jomblo (gak nyambung sih), gue entah kenapa lebih senang nonton di rumah. Mungkin karena di rumah gue bisa melakukan lebih banyak hal. Tapi dalam hati gue pengen punya tiket musiman Persib yang sayang sekali belum ada wujudnya HAHAHA.

Selain itu pun, gue masih punya harapan suatu saat nanti bisa nonton pertandingan AC Milan di San Siro sana, atau nonton Lyon main di Parc OL. Tapi ya bagaimana yah, jalan ke Jalak Harupat aja gue gak hapal :(

************

Gue sendiri gak tau darimana dan siapa yang memulai penggunaan istilah "Pemain Kedua Belas" buat nyebut supporter. Tapi gue setuju sama penyebutan ini. Karena gue yakin supporter adalah sumber semangat bagi para pemain, sama halnya kayak "dia" yang jadi sumber semangat gue di sekolah.

He. Jomblo.

Gue (secara soide) bisa melihat sendiri pengaruh supporter ke suatu tim, terutama tim favorit gue, AC Milan. Milan yang dalam 3 tahun terakhir ini mainnya gak karuan melulu, ngebuat San Siro sering sepi penonton pas Milan main dan ngebuat Milan mainnya tambah memble, bahkan dapet skor 3-3 pas main lawan tim peringkat 19 di San Siro, gak pantes buat tim yang udah 7x juara Liga Champions ini. Tapi pas Final Tim Cup (Piala Italia) di Stadio Olimpico, gue liat yang nonton cukup banyak. Dann, saat itu Milan mainnya kereeeennn banget parah, gue aja jujur gak nyangka Milan main sekeren itu, ya walau akhirnya kalah juga tapi setidaknya gue takjub sama permainan Milan yang udah kayak anomali hari itu.

Tapi ada juga tim yang gak tau diri. Udah didukung semua orang tapi tetep aja memble. Kayak timnas Indonesia. Gue yakin semua WNI bakal dukung Timnas Indonesia kalo lagi main, apalagi pas Piala AFF atau pas Sea Games, melupakan hal apakah mereka suka bola atau nggak. Tapi sayang sekali, penampilan Timnas Indonesia gak kunjung membaik, apalagi didukung dengan pengurus PSSI yang kayaknya gak ngerti amat sama sepak bola dan lebih suka sama uangnya.

#HaykalForKetuaPSSI

Selain itu, ada juga beberapa tim yang terbukti menghargai keberadaan supporter, dengan memesiunkan nomer punggung 12 (gak boleh dipake pemain) kayak Persija dan PSM kalo gak salah. Pemain yang make nomer 12 sendiri gue gak tau banyak, entah karena sepi peminat atau karena mereka sadar nomor 12 adalah untuk supporter. Cuman Gilang Angga (Persib) dan Marcelo (Real Madrid) yang gue tau sebagai pemain bernomor punggung 12. Gue juga inget bahwa maskot Bayern München, Berni, sering keliling Allianz Arena pake jersey bernomor punggung 12, lucu aja, kayak kamu.

Hehe. Wassalam.

You Might Also Like

0 komentar